Pengukuhan Emma Stone di Elite Hollywood
Emma Stone mengukuhkan namanya di jajaran aktris elite Hollywood dengan memenangi Piala Oscar kedua di film Poor Things.
Kategori Aktris Utama Terbaik dalam Academy Awards ke-96 berdengung hebat. Emma Stone diputuskan mengungguli Lily Gladstone yang juga dijagokan. Di film Poor Things, Stone melepas atribut dirinya demi menjadi Bella Baxter, perempuan jadi-jadian yang dihidupkan lagi. Ini Piala Oscar kedua atas keuletannya berakting.
Emma Stone dan Lily Gladstone adalah dua aktris yang diunggulkan di kategori Aktris Utama Terbaik pada perhelatan ke-96 piala Oscar ini. Gladstone bermain apik di film Killers of the Flower Moon. Nomine lainnya di kategori ini adalah Annette Benning dalam film Nyad, Carey Mulligan dalam film Maestro, dan Sandra Hüller dalam film Anatomy of a Fall.
Gladstone bermain apik sebagai perempuan suku Indian Osage yang mati-matian mempertahankan tanah leluhurnya dari keserakahan kulit putih. Dia telah memenangi Aktris Drama Terbaik di ajang Golden Globe dan Screen Actors Guild. Sementara Stone berperan sebagai perempuan yang mencari jati diri untuk berkelit dari cengkeraman patriarki. Stone memenangi Aktris Musikal atau Komedi Terbaik di Golden Globe dan British Academy Film Awards (BAFTA).
Keduanya bertemu di kategori sama di ajang bergengsi piala Oscar. Spekulasi siapa yang membawa pulang piala emas terjawab pada Minggu (10/3/2024) malam waktu Los Angeles, AS, tempat ajang ini berlangsung. Emma Stone terenyak dari kursinya ketika aktris Michelle Yeoh membacakan namanya sebagai pemenang. Dia tergugup naik ke panggung; tak menduga, juga karena gaun Louis Vuitton tanpa bahunya robek di punggung.
”Sepertinya gaunku robek ketika Ryan (Gosling) menyanyikan ’I’m Just Ken’ tadi,” kata Stone tersipu-sipu. Sebelum kategori Aktris Utama Terbaik dibacakan, Ryan Gosling tampil di panggung membawakan lagu dari film Barbie. Iramanya aduhai. Stone menikmatinya. Bukan kebetulan juga, Gosling adalah rekan mainnya di film La La Land yang memberi Stone piala Oscar pertama kategori yang sama di tahun 2017 silam.
Setelah lebih dari dua dekade berkarier di sinema Hollywood, piala kedua itu membuat Stone sejajar dengan aktris kawakan, seperti Jodie Foster, Hillary Swank, Elizabeth Taylor, Meryl Streep, dan Jane Fonda. Emma Stone kini berusia 35 tahun, masuk di jajaran elite aktris Hollywood.
Di panggung, Stone tak henti mengucap syukur dan berterima kasih, termasuk kepada Gladstone dan nomine lainnya. ”Lily, aku membagi piala ini denganmu. Aku mengagumimu. Sungguh membanggakan kita ada di tempat yang sama,” ucap Stone yang tak kuasa membendung air mata.
Stone juga berterima kasih kepada tim film Poor Things, termasuk sutradara Yorgos Lanthimos. ”Terima kasih atas peran Bella yang kuanggap sebagai berkah besar sepanjang hidupku,” lanjut Stone penuh haru.
Perkembangan karakter
Film berdurasi 142 menit ini diadaptasi dari novel penulis Skotlandia, Alasdair Gray. Stone berperan sebagai Bella Baxter yang bunuh diri, lantas dihidupkan lagi layaknya Frankenstein oleh ilmuwan sableng bernama Godwin (Willem Dafoe). Godwin menanam otak anak kecil pada tubuh dewasa Bella. Hasilnya, Bella seperti perempuan dewasa dengan polah dan keluguan seperti anak-anak.
Bella tergagap-gagap dengan semua hal baru yang dia temukan. Kondisi ini makin runyam ketika Bella berinteraksi dengan lawan jenis. Asisten Godwin, Max (Ramy Youssef) jatuh cinta kepada Bella. Pengacara berkumis melintir, Duncan (Mark Ruffalo), menjanjikan membuka cakrawala Bella pada seksualitas.
Baca juga: Suara Perdamaian dari Oscar
Plot film berputar pada perkembangan karakter Bella. Fokus utama film ini bertumpu pada tingkah polahnya. Stone mengemban beban itu di pundaknya. Dia berkomunikasi intens dengan Lanthimos.
”Film ini terasa berbeda karena kami telah membahasnya sejak lama. Meski Yorgos yang mengambil banyak keputusan, aku terlibat banyak hal dalam pengembangan film ini. Kami mulai melakukannya di masa pandemi; berkomunikasi dengan seluruh tim dan pemain karena kami tak bisa ke mana-mana di masa itu,” kata Stone kepada Vogue.
Menurut Stone, karakter Bella adalah metafora kehidupan perempuan pada umumnya; perempuan yang mengalami banyak hal di bawah bayang-bayang lelaki, berkembang menjadi perempuan yang punya cita-cita untuk pembebasan dirinya, sampai memberi dampak pada sekitarnya.
”Dia (Bella) adalah karakter paling menyenangkan karena tak malu pada apa pun. Dia benar-benar (manusia) baru, bukan? Aku belum pernah menghidupi karakter tanpa latar belakang seperti Bella. Rasanya benar-benar membebaskan memerankan Bella,” kata Stone yang sebelumnya pernah diarahkan Lanthimos dalam film The Favourite (2018).
Akting Stone di Poor Things dan La La Land seperti bertolak belakang meski sama-sama berkarakter sebagai perempuan naif. Di Poor Things, gerak-gerik Stone terasa teatrikal—terllihat pula lewat pandangan matanya. Sementara film La La Land lebih dekat dengannya, merepresentasikan ”impian Amerika” yang ia jalani sehingga aktingnya berasa apa adanya.
”(La La Land) Mirip sekali dengan pengalaman pertamaku ketika datang ke Hollywood. Menakutkan. Lambat laun, cerita audisi itu menjadi lucu karena kami saling berbagi cerita menyeramkan penuh drama saat audisi,” kata Stone kepada The Globe pada 2016 silam.
Menuju Hollywood
Seperti kebanyakan para ”pencari keberuntungan” di Los Angeles, Stone menjalani banyak audisi untuk mendapatkan peran di proyek film ataupun tontonan televisi. Hollywood adalah tujuannya selepas masa remaja yang diisi dengan bermain teater di pementasan sekolah.
Keinginannya menekuni dunia akting membantu ketika dia memutuskan cabut dari SMA yang cuma dijalaninya satu semester. Dia meyakinkan orangtuanya untuk pindah dari Scottsdale, Arizona, kota kelahirannya, ke Los Angeles dengan membuat presentasi berjudul Project Hollywood. Orangtuanya luluh. Pada Januari 2004 ketika berusia 15 tahun, Stone berangkat ke ”tanah terjanjikan” itu bersama ibunya, dan tinggal di sebuah apartemen di Los Angeles.
Hari-harinya pun berubah. Audisi peran dia datangi. Stone kadang mencuri perhatian dengan suara serak yang jadi ciri khasnya. Dia mengubah warna rambut blonda menjadi coklat gelap, dengan harapan perubahan itu memberinya peran serius.
Pintu pertama menuju industri perfilman Hollywood terbuka ketika terpilih untuk proyek serial realitas televisi In Search of the New Partridge Family di 2004. Meski proyek pilot itu batal tayang di televisi VH1, Stone menemukan titik cerah setelah bertemu Doug Wald, manajer yang kelak berperan besar bagi karier Stone.
Stone membutuhkan waktu tiga tahun untuk mendapat peran pertamanya di film layar lebar berjudul Superbad (2007), berbagi akting komedi bersama Jonah Hill dan Michael Cera. Film itu cukup laris.
Peran utama pertamanya ia dapat di film komedi remaja Easy A (2010) yang terinspirasi dari novel The Scarlet Letter karya Nathaniel Hawthorne. Perannya di situ menorehkan sejarah baru bagi dirinya: dinominasikan sebagai aktris terbaik di ajang Golden Globe.
Baca juga: Dominasi ”Oppenheimer”, Gaza, dan Antiperang di Oscar
Produksi besar mulai melirik talenta Stone. Dia bermain di film laris The Amazing Spider-Man (2012) dan sekuelnya, serta Gangster Squad (2013) bersama Ryan Gosling dan aktor kawakan Sean Penn. Stone pertama kali masuk nominasi Oscar berkat perannya di film Birdman or (The Unexpected Virtue of Ignorance) (2014) mendampingi Michael Keaton.
Duet Stone-Gosling mengharu-biru dalam film drama musikal La La Land (2016). Film ini menggondol enam Piala Oscar pada 2017, termasuk untuk sutradara Damien Chazelle, dan Oscar pertama bagi Stone. Filmnya sendiri diunggulkan di kategori Film Terbaik, tetapi ”ditikung”Moonlight.
Gelar Aktris Terbaik di Oscar 2017 itu bagai mimpi Amerika yang terbeli oleh Stone. Sementara piala keduanya dari Poor Things adalah pengukuhan kecakapannya di jagat peran.
Emma Stone
Lahir: Scottsdale, Arizona, AS, 6 November 1988
Beberapa film:
- Superbad (2007)
- The House Bunny (2008)
- Zombieland (2009)
- Easy A (2010)
- Crazy, Stupid, Love (2011)
- The Amazing Spider-Man (2012)
- Gangster Squad (2013)
- Birdman or (The Unexpected Virtue of Ignorance) (2014)
- La La Land (2016)
- Battle of Sexes (2017)
- The Favourite (2018)
- Cruella (2021)
- Poor Things (2023)