Dominasi ”Oppenheimer”, Gaza, dan Antiperang di Oscar
”Oppenheimer” menguasai Academy Awards dengan membawa pulang tujuh piala dari 13 nominasi yang ada.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·4 menit baca
Meski hampir semua film yang masuk nominasi memperoleh piala, Oppenheimer tetap mendominasi. Dari 13 kategori, Oppenheimer memenangi tujuh piala, yaitu Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik, Sinematografi Terbaik, Penyunting Film Terbaik, dan Scoring Orisinal Terbaik. Christopher Nolan, sutradara, dan Emma Thomas, produser Oppenheimer, menyampaikan kebahagiaannya atas deretan piala yang diperoleh ini.
Nolan sudah beberapa kali masuk nominasi, tapi tidak pernah berujung menang. Berawal dari 2002, Nolan dinominasikan dalam kategori Naskah Orisinal Terbaik melalui film Memento. Pada 2011, film Inception yang dibintangi Leonardo Di Caprio masuk dalam kategori Film Terbaik dan Naskah Orisinal Terbaik.
Pada 2017, giliran film Dunkirk yang tercatat pada kategori Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Namun, semuanya harus takluk pada nomine lain.
Capaian Oppenheimer ini diikuti oleh film Poor Things milik Yorgos Lanthimos yang memperoleh empat piala dari 11 kategori nominasi. Film tentang transformasi diri yang berani mendobrak norma sosial ini unggul dalam kategori Aktris Terbaik, Kostum Terbaik, Penata Rias dan Rambut Terbaik, serta Produksi Terbaik.
”Para perempuan yang ada di panggung, kalian luar biasa. Dan para perempuan yang ada dalam kategori ini (Aktris Terbaik), Sandra (Huller), Annette (Bening), Carrey (Mulligan), dan Lily (Gladstone), ini juga untuk kalian. Aku merasa terhormat ada di antara kalian,” ujar Emma Stone dalam pidatonya sebagai Aktris Terbaik sambil menyinggung gaunnya yang rusak di bagian retsleting.
Tahun ini, momen pembacaan penerima aktor dan aktris terbaik memang diatur dengan mengundang ke atas panggung lima peraih penghargaan tersebut untuk masing-masing membacakan kesan terhadap para nomine yang masuk. Aktris Lily Gladstone yang diprediksi menang dan akan mengukir sejarah sebagai perempuan keturunan asli suku Indian harus legawa dengan kemenangan aktris Emma Stone.
Tak hanya Lily, jajaran tim film Killers of the Flower Moon jugamenelan pil pahit karena dari 10 nominasi, tak satu pun menang di malam penganugerahan Academy Awards ke-96 yang berlangsung di Dolby Theater, Hollywood, Amerika Serikat, pada Minggu (10/3/2024) malam waktu setempat.
Sementara itu, tebakan tidak meleset. Barbie yang memperoleh delapan nominasi diselamatkan Billie Eilish dan Finneas melalui lagu ”What was I Made for?” untuk kategori Lagu Orisinal Terbaik. Di sisi lain, film kuda hitam dengan masing-masing lima nominasi, yakni The Holdovers, Anatomy of Fall, dan American Fiction, sama-sama membawa pulang satu piala.
Adapun The Zone of Interest yang juga masuk dalam lima kategori mengantongi dua piala untuk Film Internasional Terbaik dan Penata Suara Terbaik.
Perdamaian
Saat Nolan dan Stone mengambil langkah aman dalam pidatonya, aktor Cillian Murphy mendedikasikan kemenangannya untuk para penjaga kedamaian yang masih gencar berjuang untuk keadilan. ”Untuk peacemakers,” ujar Murphy di akhir sesi pidato.
Selain Murphy, sutradara Jonathan Glazer yang membesut film The Zone of Interest tentang Holocaust malah terang-terangan mendorong para pekerja seni juga aktif menyuarakan kemanusiaan.
”Saat ini, kami berdiri di sini sebagai orang-orang yang menyangkal ke-Yahudi-an mereka karena Holocaust telah dibajak oleh pendudukan yang telah menyebabkan konflik bagi begitu banyak orang yang tidak bersalah, baik para korban 7 Oktober di Israel atau serangan yang sedang berlangsung di Gaza. Semua korban dehumanisasi ini. Bagaimana kita melawannya?” ungkap Glazer di hadapan audiens Oscar.
Sebelumnya, para tamu undangan Academy Awards sempat terhalang menuju areal Dolby karena ada unjuk rasa pro-Palestina di sekitar lokasi. Namun, setidaknya hal itu menjadi pengingat bagi para hadirin yang datang.
Pidato kemenangan ini suka tak suka kerap dimanfaatkan para aktor, aktris, hingga sutradara untuk menyampaikan kegelisahannya, seperti yang dilakukan Glazer. Selain Glazer, Mstvlav Chernov dengan film dokumenternya bertajuk 20 Days in Mariupol, yang berkisah tentang perang Ukraina-Rusia, juga menyampaikan perihal penindasan dan kehancuran yang diakibatkan perang, baik fisik maupun mental.
Di sisi lain, sutradara Hayao Miyazaki tetap menjaga komitmennya. Meski The Boy and the Heron menjadi Film Animasi Terbaik, ia tidak datang ke acara akbar itu. Keterlibatan Amerika Serikat dengan perang dan penjajahan, hingga genosida, membuatnya enggan hadir.
Miyazaki memang dikenal sebagai pribadi antiperang. Salah satunya perang AS dan Irak yang membuat Miyazaki memilih tak hadir. Ketidakhadirannya ini juga sebagai wujud protes akan abainya suatu negara terhadap alam.