Sarinah, Merdeka Mengajar di Tepi IKN
Segala inovasi mengajar yang Sarinah terapkan itu membawanya dianugerahi Guru Berprestasi Kabupaten Penajam Paser Utara pada 2017 dan 2018.
Entakan drum dan gesekan cakram terdengar dari pengeras suara di ruang kelas 4A. Siswa yang semula duduk tenang perlahan menggoyangkan kepala mengikuti irama. Bak Ramengvrl, rapper perempuan kekinian itu, sang guru merapalkan kata-kata sambil berjalan menuju meja anak didiknya.
”Yo... yo... Dara, coba sebutkan apa saja bagian dari tumbuh-tumbuhan?” rapal Sarinah sambil berjalan mendekati muridnya. Sambil sedikit bergoyang mengikuti irama, sang murid berdiri dari duduknya dan menjawab laiknya rapper pula, ”Ada daun, batang, ranting, dan akar!”
Siang itu, Rabu (27/7/2022), suasana kelas begitu hidup meski sebentar lagi pukul 12.00 Wita, waktu istirahat yang biasanya membuat kantuk dan tak bergairah bagi kebanyakan pelajar. Terik matahari di luar ruangan pun tak berarti bagi 30-an siswa di sana. Malah, kelas terasa begitu hangat dengan interaksi antarsiswa dan guru.
Sesekali para siswa terbahak lantaran temannya keseleo lidah saat melantunkan rap. Namun, di setiap siswa mengakhiri rapalan rap, teman-temannya selalu memberi tepuk tangan. Bagitulah nukilan suasana kelas yang dibimbing oleh Sarinah di SDN 020 Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Sekolah itu hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Adapun Kecamatan Sepaku berjarak sekitar 90 kilometer dari Balikpapan, salah satu kota terbesar di Kaltim. Meski letaknya jauh dari pusat kota, Sarinah tak ingin siswanya tertinggal dalam berekspresi dan memperoleh pengetahuan.
Sejak mengajar pada 2006 sebagai guru honorer dan menjadi ASN pada 2010, perempuan 38 tahun itu telah mencoba banyak metode mengajar. Tujuannya sederhana, membuat suasana belajar jadi menyenangkan dan memunculkan keberanian siswa dalam berekspresi. Perempuan berkacamata itu juga menanamkan pentingnya kolaborasi antarsiswa.
”Sekarang bukan era kompetisi, melainkan kolaborasi. Siswa perlu bisa bekerja sama dalam belajar. Makanya, tempat duduk siswa saya susun menjadi dua kelompok,” kata Sarinah.
Cara itu ia manfaatkan agar siswa bisa saling bekerja sama untuk mempelajari materi belajar. Misalnya, siswa diminta berkelompok untuk mempresentasikan fungsi dari bagian tumbuhan dari daun hingga akar. Siswa dibebaskan menggunakan alat peraga dan cara. Hasilnya, ada kelompok siswa yang membuat alat peraga dari kardus bekas hingga menggambar detail pohon dengan gaya mereka sendiri.
Baca juga: Novilla Maria Aru, Membangkitkan Peran Perempuan di Papua
Menyiasati keterbatasan
Sarinah juga menggunakan multimedia untuk mengajar. Tak semua kelas di SDN 020 Sepaku dilengkapi pengeras suara dan proyektor. Dari 12 kelas, hanya ada tiga proyektor. Saat membutuhkan alat itu, Sarinah mesti bergiliran dengan guru lainnya.
Proyektor itu ia gunakan sebagai alat peraga. Ia mengunduh berbagai video dari Youtube sebagai bahan ajar. Hal itu ia lakukan agar siswa mendapat pemahaman lebih jelas dan menyenangkan. Misalnya, saat siang hari yang terik, siswa tak perlu keluar kelas untuk mengetahui bagian-bagian dari tumbuhan. Video dan gambar yang dipantulkan proyektor memudahkan siswa mengetahui nama, bentuk, dan fungsi bagian pohon.
Meskipun belum ada laboratorium komputer di sekolahnya, Sarinah mengenalkan teknologi komunikasi kepada anak didiknya dengan cara lain. Sesekali ia meminta siswanya membawa gawai ke sekolah atas seizin orangtua. Gawai itu digunakan untuk mengenalkan akun-akun Youtube yang kontennya berisi pendidikan.
”Kami juga bisa main kuis melalui handphone itu dengan layanan Kahoot!” ujar lulusan Pendidikan Guru SD Universitas Mulawarman Samarinda itu.
Kecamatan Sepaku baru dikenal luas setelah ditetapkan menjadi titik awal pembangunan IKN Nusantara. Kecamatan ini jauh dari hiruk pikuk kota. Untuk memberi pemahaman sejak dini kepada peserta didik, Sarinah dan pihak sekolah membuat program kunjungan ke sejumlah perusahaan. Dengan begitu, siswa mendapat gambaran tentang aneka profesi yang ada.
Salah satu tempat yang mereka kunjungi adalaj kantor media massa di Kota Balikpapan. Tujuannya agar peserta didik mengetahui proses pembuatan berita. Anak-anak juga dikenalkan dengan profesi wartawan.
Baca juga: H Abu Ubaedah, Menjaga Nasionalisme Generasi Muda di Tapal Batas
Merdeka belajar
Metode mengajar yang Sarinah terapkan itu ternyata membuat siswa betah belajar di sekolah. Pernah suatu ketika, orangtua siswa bercerita kepadanya: sang anak tetap ingin belajar di sekolah meskipun sedang sakit. Sarinah memberi pengertian kepada siswanya agar jangan memaksakan diri. Yang terpenting, katanya, tetap belajar meskipun di rumah.
Konsep merdeka belajar yang digadang-gadang oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi disambut pun dengan semangat. Ia berupaya mengembangkan metode mengajar yang nyaman bagi siswa. Ia sering berdiskusi dengan senior sesama pengajar yang akrab disapa Miss Dayang. Selain itu, di setiap ada pelatihan guru, ia selalu menyempatkan diri untuk turut serta.
Tak ingin stagnan dengan metode mengajar, ia juga rutin mencari inspirasi mengajar melalui Youtube dan sumber lain di internet. Dari sana, ia memahami bahwa siswa tak bisa dituntut untuk segala bisa. Ia mesti ekstra melihat keunggulan dan kelemahan anak didiknya satu per satu. Dari sana, ia memotivasi siswa dengan memberi berbagai penghargaan untuk memantik kemampuan siswa.
Misalnya, di akhir sesi pembelajaran ia memberi penghargaan dengan kategori siswa teraktif, siswa tersopan, siswa paling disiplin, serta siswa dengan pemahaman baik di setiap bidang. Memberi penghargaan seperti itu diharapkan mampu memberi semangat siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki meskipun memiliki kelemahan di mata pelajaran tertentu.
Segala inovasi mengajar yang ia terapkan itu membawanya dianugerahi Guru Berprestasi Kabupaten Penajam Paser Utara dua tahun berturut-turut, yakni pada tahun 2017 dan 2018. Meskipun pengaruh yang Sarinah berikan hanya terbatas di ruang kelas, ia berharap anak didiknya mampu berkembang dan menyebar manfaat ke lebih banyak orang, terlebih wilayah yang mereka tinggali saat ini ditetapkan sebagai ibu kota baru.
”Harapan kami, anak-anak mampu mengisi kemerdekaan di bidang masing-masing. Tugas kami sebagai guru adalah terus berupaya bagaimana anak-anak ini akan dibawa dengan menghargai proses belajar,” katanya.
Sarinah
Lahir: Balikpapan, 20 April 1986
Pendidikan: Pendidikan Guru SD Universitas Mulawarman (2009)
Prestasi:
- Guru Berprestasi Kabupaten Penajam Paser Utara (2017 dan 2018)
- Guru Inti Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (2019)
- Instruktur Nasional Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (2018)
Organisasi
- Ketua Kelompok Kerja Guru Gugus 2 Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara
- Ketua Kelompok Kerja 2 Tim Penggerak Kecamatan Sepaku