Andrew Wiggins, Penebusan Sang ”Maple Jordan”
Andrew Wiggins mengubah persepsi banyak orang, dari pemain gagal jadi pemain yang patut dihargai. Semua itu berkat penampilan heroiknya di final.
Andrew Wiggins mengubah persepsi banyak orang, dari pemain gagal jadi pemain yang patut dihargai. Sepanjang seri final NBA 2022, ia telah melakukan pekerjaan ”kotor”, berjibaku menghadapi para pemain belakang Celtics yang rata-rata tinggi besar. Di balik dominasi keindahan permainan Stephen Curry, nama Wiggins sayup-sayup, tetapi memegang peran penting bagi Warriors saat meraih juara NBA 2002.
Wiggins adalah bintang paling bersinar untuk Warriors setelah Curry. Kurang diperhitungkan sebelum final, pebasket 27 tahun ini justru memimpin statistik tim dalam jumlah menit bermain, rebound, dan blok. Dia mengambil alih peran bintang veteran Draymond Green dan Klay Thompson yang tampil inkonsisten.
Jumlah poinnya, rerata 18,3 poin, hanya kalah dari Curry yang terpilih sebagai Most Valuable Player Final. ”Dia (Wiggins) sangat percaya diri, sangat menikmati final ini. Dia punya peran yang sangat krusial. Saya pikir itu yang menguatkan dirinya. Dia tahu bagaimana kami begitu membutuhkannya. (Dia) Fantastis,” puji pelatih Warriors Steve Kerr.
Saat Curry menciptakan keindahan lewat lemparan tiga angka, Wiggins berjibaku melakukan pekerjaan ”kotor”. Pemain setinggi 2,01 meter ini tidak gentar bertarung merebut bola dengan pasukan Celtics yang lebih tinggi dan besar. Adapun dia sering jadi pemain tertinggi untuk tim karena strategi bola kecil, bermain tanpa center, ala Kerr.
Uniknya, Wiggins yang kalah postur dibandingkan dengan dua center lawan, Al Horford (2,06 meter) dan Robert Williams (2,03 meter), justru menjadi pencetak rerata rebound terbanyak, 8,8 kali. Dia bahkan menciptakan 16 rebound pada gim keempat yang merupakan catatan terbanyak dalam satu gim di final ini. Kegigihannya berbicara banyak.
Kesuksesan terbesar Wiggins ada di sisi pertahanan. Dia seolah mencabut roh bintang utama Celtics, Jayson Tatum. Dengan langkah gesit dan gerakan tangan agresif, dia menahan sang lawan hanya mencatat akurasi lemparan 36,7 persen dalam seri final. Angka itu terendah untuk Tatum selama playoff musim ini.
Wiggins mencatat penampilan paling fenomenal di gim kelima. Dia menyumbang 26 dan 13 rebound untuk mengantar Warriors menang dan berbalik unggul 3-2. Dalam laga itu, Curry yang sedang bau tidak memasukkan satu pun dari sembilan kali lemparan tiga angka. Wiggins memanggul tanggung jawab Curry untuk jadi mesin skor tim.
Hebatnya, dengan penampilan agresif di dua sisi lapangan, dia tidak pernah terlihat kehilangan tenaga. Padahal, dia bermain rata-rata 39,3 menit atau hanya istirahat sekitar 8 menit. Kata Wiggins, semua usaha itu dilakukan demi gelar juara dalam debutnya di final. Berkat kontribusi itu, Warriors meraih gelar ke-4 dalam delapan musim terakhir setelah menang atas Celtics, 4-2.
Beban Jordan
Wiggins telah mencurahkan segalanya. Namun, dia masih belum percaya terhadap kenyataan. Di tengah perayaan gelar, mantan pemain Minnesota Timberwolves ini terbengong menatap trofi Larry O’Brien yang berada dalam pelukannya.
Dia melihat trofi berwarna emas itu dari titik teratas sampai terbawah. Ketika ditanya bagaimana perasaan meraih trofi itu oleh reporter ESPN, Lisa Salters, Wiggins menjawab, ”Puji Tuhan. Ini adalah sebuah mimpi yang jadi kenyataan.”
Wajar jika Wiggins masih memproses apa yang terjadi. Dia tidak menyangka akan juara NBA, apalagi menjadi salah satu penampil terhebat di final. Sebab, saat pindah ke Warriors pada 2019, dia berada di titik terendah. Dia divonis sebagai pemain gagal karena tidak mampu memenuhi ekspektasi banyak orang.
Anak dari mantan pebasket NBA, Mitchell Wiggins (ayah), dan mantan pelari Olimpian, Marita Payne, ini punya ekspektasi setinggi langit ketika datang ke liga pada 2014. Di negaranya, dia dijuluki ”Maple Jordan atau Michael Jordan versi Kanada. Adapun ”maple” merujuk pada daun di bendera Kanada.
Baca juga: Waktunya Mengakui Kebesaran Stephen Curry
Wiggins, dengan keturunan tubuh atletis, sudah mencuri perhatian sejak usia 13 tahun. Videonya yang sedang melakukan dunk ditonton nyaris 5 juta akun di Youtube. Setelah jadi pembicaraan, dia meneruskan karier bola basket di Sekolah Menengah Atas Huntington Prep.
Namanya semakin besar. Wiggins menjadi prospek nomor satu untuk direkrut tim universitas versi ESPN. Dia yang sempat mencetak 57 poin dalam satu laga terpilih jadi peraih gelar Naismith Prep Player of The Year 2013. Gelar untuk pemain SMA terbaik itu pernah diraih juga oleh pebasket legendaris, seperti LeBron James dan Kobe Bryant.
Universitas di Amerika Serikat pun memperebutkan sang calon bintang masa depan. Wiggins akhirnya bermain di Universitas Kentucky selama semusim sebelum masuk dalam Draft NBA 2014. Berkat potensi besar itu, dia digadang-gadang akan punya karier seperti Jordan atau James.
Hingga, Wiggins dipilih oleh Cleveland Cavaliers dalam urutan pertama draft. Dia mengalahkan bakat besar, seperti center 76ers, Joel Embiid, dan guard Bulls, Zach LaVine. Namun, belum sempat bermain satu laga pun, dia sudah ditukar ke Timberwolves.
Kariernya jalan di tempat bersama Timberwolves. Sempat mendapat gelar Rookie of The Year, dia tidak pernah menciptakan lompatan besar dari tahun ke tahun. Angka statistiknya hampir mirip. Timberwolves juga hanya lolos sekali playoff dalam lima musim.
Masa-masa itu sangat sulit untuk Wiggins. Dia diberikan beban sangat besar. Apalagi, dia bermain untuk tim yang belum pernah menjuarai NBA. Timberwolves pun mencapai batas kesabaran terhadap Wiggins. Dia ditukar ke Warriors pada 2019. Kepindahan itu merupakan hal terbaik yang terjadi dalam kariernya.
Perubahan terbaik
Pemain bernomor punggung 23 ini menemukan kebahagiaan lagi untuk bermain bola basket. Di Warriors, dia tidak dibebankan jadi bintang utama. Wiggins berperan sebagai bintang keempat tim ini, setelah Curry, Thompson, dan Green. Itu membuatnya bisa bermain lepas.
Warriors juga tim yang punya pengalaman juara. Mereka lolos ke final enam kali dalam delapan musim terakhir. Tim asuhan pelatih Steve Kerr ini pun menularkan kultur juara yang tidak didapatkannya di Timberwolves. Lebih dari itu, sesama anggota tim Warriors punya hubungan dekat layaknya keluarga.
Juga, Wiggins cocok berada dalam sistem Warriors. Berkat Curry yang menarik gravitasi pertahanan lawan, Wiggins bisa menunjukkan kemampuannya dalam penetrasi. Dia bisa punya ruang lebih untuk menyerang keranjang lawan.
Baca juga: Warriors Dinasti Terhebat Abad Ini
”Intinya dia kembali bersenang-senang dengan permainan ini. Anda tahu betapa banyak beban yang diberikan kepadanya karena menjadi pilihan pertama dalam draf. Saya yakin sekarang dia menikmati momen ini lebih dari apa pun yang pernah terjadi dalam kariernya,” kata Curry.
Fakta uniknya. Wiggins mendapatkan trofi pertamanya di usia 27 tahun, lebih muda setahun dibandingkan dengan Jordan. Dia masih mungkin menambah cincin juara lagi bersama Warriors, terlepas kontrak yang tinggal semusim. ”Saya ingin bertahan di tim ini. Kami sudah seperti keluarga besar,”
Wiggins jelas tidak akan menyamai seorang Jordan, sang pebasket paling dominan dalam sejarah. Dia bukan pemain yang bisa bersinar sendirian. Namun, yang pasti, sang ”Maple Jordan” telah membuktikan bisa berbicara banyak di NBA. Pria kebanggaan Kanada ini punya jalan sendiri untuk bersinar. (AP/REUTERS)
Andrew Wiggins
Lahir: 23 Februari 1995, Toronto, Kanada.
Tim:
- Golden State Warriors (2019-sekarang)
- Minnesota Timberwolves (2014-2019)
Prestasi:
- Juara NBA 2022
- Rookie of The Year 2014-2015
- All-Star NBA 2022