Carissa Kainani Moore, Marwah Selancar Hawaii
Peselancar putri Hawaii, Carissa Moore, menjelma jadi peselancar terbaik di dunia 17 tahun terakhir. Capaiannya turut menjaga marwah tanah kelahirannya, Hawaii, yang diyakini tempat kelahiran olahraga memburu ombak itu.
Lahir di sekitar Pantai Honolulu, Hawaii, Carissa Kainani Moore (29) tumbuh dengan budaya selancar yang kuat. Semesta pun mengiringnya menjadi peselancar profesional sejak usia 12 tahun. Selama 17 tahun terakhir berkarier, perempuan kelahiran 27 Agustus 1992 itu menjelma menjadi salah satu peselancar putri terbaik di muka bumi. Melalui prestasi-prestasi itu, dia turut menjaga marwah Hawaii yang diyakini sebagai rahim lahirnya olahraga mengarungi ombak modern saat ini.
Moore memang gagal memenangi Seri Keenam Championship Tour Liga Selancar Dunia (CT WSL) 2022 di Pantai Plengkung atau G-Land, Banyuwangi, Jawa Timur, 28 Mei-6 Juni 2022. Pada final putri, Sabtu (4/6/2022), peselancar bertinggi 170 sentimeter itu takluk kepada peselancar Perancis, Johanne Defay.
Dalam lomba itu, Moore mengumpulkan total skor 13,33 poin hasil akumulasi nilai dua ombak terbaik dari total lima ombak yang didapatnya, yakni 4,83 di ombak keempat dan 8,50 di ombak kelima. Adapun Defay mengumpulkan total skor 14,00 poin, yakni dari 6,50 poin di ombak pertama dan 7,50 poin di ombak ketiga dari total empat ombak yang diarunginya.
Itu menjadi kekalahan ketiganya di partai puncak dari enam seri yang telah berlangsung musim ini. Sebelumnya, dia kalah dari peselancar Australia, Tyler Wright, dalam final seri keempat di Pantai Bells, Victoria, Australia, 10-20 April, dan kalah dari rekan senegaranya, Moana Jones Wong, dalam final seri pertama di Banzai Pipeline, Oahu, Hawaii, 29 Januari-10 Februari.
Secara keseluruhan, Moore belum memenangi satu pun seri di musim ini. Namun, itu cukup bagi Moore mengudeta posisi peselancar Kosta Rika, Brisa Hennessy, di puncak klasemen putri sementara. Moore naik satu tangga di papan klasemen, yakni dari urutan kedua menjadi yang pertama dengan 32,095 poin.
Moore pun membuka peluang untuk mempertahankan gelar juara CT WSL yang diraih tahun lalu. ”Saya melakukan beberapa kesalahan di awal lomba. Saya tidak menyadari beberapa peluang yang didapat oleh Defay. Terlepas dari itu, Defay juga berselancar sangat baik,” ujar Moore sehabis perlombaan tersebut.
Kemampuan Moore memang tidak perlu diragukan. Dia adalah salah satu peselancar putri dengan koleksi juara dunia terbanyak dengan lima gelar, yakni Tur Dunia Asosiasi Selancar Profesional (ASP) 2011 dan 2013 serta CT WSL 2015, 2019, dan 2021.
Moore hanya kalah dari duo peselancar putri Australia, Layne Beachley dan Stephanie Gilmore, yang masing-masing mengoleksi tujuh gelar juara dunia. Akan tetapi, dirinya mengoleksi medali emas selancar Olimpiade pertama dalam sejarah ketika merebutnya di Olimpiade Tokyo 2020 tahun lalu.
”Saya sangat beruntung dibesarkan di Hawaii yang memiliki komunitas selancar luar biasa. Saya tidak akan berada di posisi sekarang kalau tidak berasal dari sana (Hawaii). Maka itu, saya sangat bersyukur dan bangga bisa mewakili tempat saya dilahirkan (Hawaii) dalam panggung selancar dunia, terutama di Olimpiade,” kata Moore, dilansir Hawaiinewsnow.com, Sabtu (2/4/2022).
Menunaikan takdir
Kehidupan Moore bak menunaikan takdir sebagai orang Hawaii. Laman Collections of Waikiki, Minggu (1/5/2022), mencatat, selancar diduga berasal dari tradisi kuno masyarakat Polinesia setidaknya sejak abad ke-12 Masehi atau lebih tua (ada yang mencatat sekitar abad ke-5 Masehi) sebelum dibawa ke Hawaii dan menjadi populer di sana.
Di Hawaii, roh tradisi selancar Polinesia tetap terjaga karena erat kaitannya dengan kegiatan religius. Seiring waktu, selancar berkembang menjadi bagian tradisi adat dan hiburan masyarakat Hawaii. Konon, di Hawaii pula seni berdiri dan berselancar tegak di atas papan tradisional yang disebut papa nui itu ditemukan.
Ekspansi penduduk Eropa di Hawaii pada medio abad ke-18 dan ke-19 sempat menjauhkan penduduk lokal dari selancar. Namun, jiwa berselancar pribumi Hawaii tidak bisa dikekang. Mereka tetap mencuri waktu berselancar dan melakukan perlawanan jika orang-orang Eropa coba mengganggu momen mereka memburu ombak terbaik.
Bangsawan kecil dari Kerajaan Hawaii, Duke Kahanamoku, diperkirakan sebagai orang pertama yang mengenalkan selancar atau disebut he’e nalu dalam bahasa Hawaii ke seluruh dunia, mulai dari daratan Amerika Serikat di California hingga Australia pada awal abad ke-20. Kahanamoku yang juga atlet renang Amerika Serikat dengan koleksi tiga emas dan dua perak Olimpiade dalam kurun 1912-1924 itu pula yang memperjuangkan agar selancar bisa masuk Olimpiade sejak 1912.
Moore ibarat meneruskan DNA leluhur peselancar Hawaii tersebut. Dia terlahir sebagai anak tertua dari dua bersaudara pasangan Christopher Moore (ayah) dan Carol Lum (ibu). Sejak usia lima tahun, ayahnya yang atlet renang terbuka berprestasi telah mengenalkan Moore kepada laut dan mengajak bermain ombak di Queen’s Beach, Waikiki, Hawaii. ”Waktu itu, saya langsung ketagihan dengan laut dan ombak,” ungkap Moore, dikutip Surfertoday.com, Selasa (24/8/2021).
Kegemarannya pada laut dan ombak sempat terhalang tembok perceraian antara ayah dan ibunya saat Moore berusia 10 tahun. Moore sempat hidup bersama ibunya yang tinggal di daratan yang jauh dari laut. Jiwa Moore berontak dengan kondisi tersebut. Dia meminta tinggal bersama ayahnya agar bisa lebih dekat dengan laut dan ombak.
Tak lama, Moore mengirim surat kepada ayahnya agar tetap menjaga motivasi dan hasratnya pada selancar. Alam mengabulkan keinginan Moore sehingga tidak ada pertentangan antara ibu dan ayahnya dalam mewujudkan keinginan Moore lebih akrab dengan laut dan ombak.
”Saya sangat senang berbagi waktu bersama ayah di laut dan mengendarai ombak. Ayah selalu bercanda bahwa tujuan utamanya membuat saya jatuh cinta dengan laut agar saya tidak akan pernah meninggalkan Hawaii dan misi itu tercapai,” tutur Moore, dilansir Inquisitr.com, Rabu (16/3/2022).
Fenomena baru
Dengan bakat besarnya, Moore menjadi fenomena baru selancar dunia. Pada usia 10 tahun, dia nyaris menjuarai semua kompetisi amatir yang diikutinya. Bahkan, sebelum memulai tahun keduanya di sekolah menengah, dirinya sudah mengoleksi 11 gelar Kejuaraan Asosiasi Selancar Skolastik Nasional (NSSA).
Media menyoroti penampilan Moore sebagai bakat paling murni yang pernah ada. Dia dikenal memiliki mental luar biasa dalam melakukan manuver-manuver ekstrem. Aksinya bukan cuma anggun, melainkan bak seniman yang menari-nari di atas gulungan ombak.
Lewat performa yang dewasa sebelum waktunya, Moore mantap memulai karier profesional pada usia yang masih belia, yakni 12 tahun. Tak butuh waktu lama bagi Moore merebut prestasi bergengsi tingkat dewasa. Seusai menempati peringkat ketiga klasemen akhir dan dinobatkan sebagai Pendatang Baru Terbaik Tur Dunia ASP 2010, dia meraih gelar juara Tur Dunia ASP 2011.
Moore merebut gelar itu dalam usia 18 tahun dan tercatat sebagai peselancar termuda yang memenangi kejuaraan selancar terelite dunia tersebut untuk kategori putra ataupun putri. Kala itu, dia memutus rantai prestasi Gilmore yang juara berturut-turut sejak 2007.
Moore melanjutkan kiprah sensasionalnya itu dengan meraih gelar juara Tur Dunia ASP 2013; CT WSL 2015, 2019, dan 2021; serta puncaknya emas Olimpiade 2020. ”Saya terdorong untuk selalu memberikan semua kemampuan terbaik saya dan berusaha terus lebih baik. Setiap tahun, saya terus belajar bertransformasi menjadi pribadi ataupun atlet yang lebih baik. Saya pun belajar bagaimana menerima kegagalan dan bangkit kembali,” tutur Moore, dikutip Redbull.com.
Berkat segenap prestasinya, Moore mendapatkan sejumlah predikat individu, seperti Surfers Hall of Fame pada 2014. Capaiannya menjadi kebanggaan warga dan Pemerintah Negara Bagian Hawaii sehingga 4 Januari ditetapkan sebagai Hari Carissa Moore per 4 Januari 2016.
Saya terdorong untuk selalu memberikan semua kemampuan terbaik saya dan berusaha terus lebih baik. Setiap tahun, saya terus belajar bertransformasi menjadi pribadi ataupun atlet yang lebih baik. Saya pun belajar bagaimana menerima kegagalan dan bangkit kembali.
Moore boleh jadi tidak menghapus perbudakan atau menemukan obat kanker, tetapi dirinya mengilhami banyak perempuan untuk berjuang menggapai mimpi, terutama bagi perempuan di Hawaii. ”Carissa (Moore) mengikuti jejak pendahulunya, seperti Rell Kapolioka’ehukai Sunn (pelopor selancar putri asal Hawaii) dan Duke Kahanamoku yang memberikan inspirasi untuk komunitasnya,” ujar Wali Kota Honolulu 2013-2021 Kirk Caldwell, dilansir Freesurfmagazine.com.
Kegiatan amal
Reputasi Moore sebagai peselancar tidak bisa dimungkiri lagi. Akan tetapi, dia tak puas hanya menginspirasi dari prestasi selancarnya. Dirinya pun coba turun langsung ke lapangan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Hal itu ditunjukkannya dengan mendirikan organisasi atau yayasan nirlaba Moore Aloha Charitable Foundation sejak 2018.
Organisasi itu diambil dari namanya dan kata sapaan khas Hawaii yang bermakna cinta, rasa kasih, perdamaian, perasaan, dan kemurahan hati. Sasaran utamanya adalah memberdayakan dan mendorong wanita muda Hawaii yang berusia 10-16 tahun agar lebih berani dalam melakukan kegemaran serta menggapai mimpi. Kegiatannya antara lain selancar, yoga, membuat lei atau kalung bunga khas Hawaii, menari hula atau tarian khas Hawaii, membersihkan pantai, membuat jurnal, dan membahas isu ekspresi diri.
Organisasi itu pun memberikan beasiswa sekolah dan coba menyalurkan wanita-wanita muda yang mencari pengalaman kerja. ”Saya selalu ingin menemukan cara untuk membalas jasa dengan cara saya sendiri. Ada begitu banyak organisasi nirlaba hebat yang sudah ada di luar sana. Jadi, saya ingin melakukan sesuatu yang unik yang saya sukai, antara lain pemberdayaan wanita dan menyebarkan semangat aloha,” ujar Moore, dikutip Theinertia.com, Jumat (27/5/2022).
Moore berfokus kepada wanita karena dia menganggap banyak ketidaksetaraan yang dialami, termasuk dalam selancar. Dia mengalami sendiri betapa sulitnya mewujudkan mimpi menjadi peselancar ketika awal meniti karier. Kendati demikian, dengan kepercayaan diri, dia bisa mengatasi segala tantangan tersebut.
Baca juga :Gabriel Medina, Kebangkitan Sang Juara Dunia
”Saya masih ingat saat saya tumbuh dewasa, tidak ada peluang yang sama (dengan peselancar putra) untuk bersaing. Kini, saya mau mengajak para wanita muda lebih yakin dengan kemampuannya dan terus berupaya menggapai mimpinya. Mereka sangat mampu melakukan hal-hal sulit yang selama ini mereka khawatirkan dan tidak apa-apa mencoba walau membuat kesalahan (gagal),” kata Moore yang memilih mengibarkan bendera Hawaii di setiap ajang internasional.
Semua prestasi dan kegiatan amal yang diinisiasi Moore merupakan cara syukur dan terima kasihnya kepada selancar yang membesarkannya, lebih-lebih kepada Hawaii yang notabene rumah selancar dunia. ”Saya cuma berterima kasih untuk diri saya sekarang. Dan, saya ingin terus berselancar, kegiatan yang benar-benar saya sukai,” pungkas istri dari Luke Untermann tersebut.
Carissa Kainani Moore
Lahir: Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat, 27 Agustus 1992
Orangtua:
- Christopher Moore (ayah)
- Carol Lum (ibu)
Suami:
- Luke Untermann
Prestasi:
- Emas papan pendek putri cabang selancar Olimpiade Tokyo 2020
- Lima kali juara dunia (Tur Dunia Asosiasi Selancar Profesional/ASP 2011 dan 2013 serta Championship Tour Liga Selancar Dunia/CT WSL 2015, 2019, dan 2021)
- 25 kali menang seri CT WSL
- Pendatang Baru Terbaik Tur Dunia ASP 2010
- Dua kali juara Triple Crown of Surfing (2020 dan 2021)
- 11 kali juara Asosiasi Selancar Skolastik Nasional/NSSA