Pemerintah menerapkan dua jurus untuk menjaring wisatawan mancanegara, yakni kemudahan masuk Indonesia lewat fasilitas visa kedatangan dan program pariwisata berkelanjutan lewat pengembangan desa wisata.
Oleh
Gianie
·5 menit baca
Pemerintah bergerak cepat menerapkan dua jurus yang berorientasi menjaring kedatangan wisatawan mancanegara untuk membangkitkan sektor pariwisata. Kedua jurus tersebut adalah memberi kemudahan masuk ke wilayah Indonesia lewat fasilitas visa kedatangan dan program pariwisata berkelanjutan lewat pengembangan desa wisata.
Sebelum pandemi, sektor pariwisata menjadi sumber baru untuk menghela pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat. Pandemi memberi jeda atas peluang tersebut seiring dengan terjadinya pembatasan pergerakan manusia di berbagai belahan dunia. Kini, peluang tersebut dicoba dibangkitkan kembali.
Sebelum pandemi, sektor pariwisata menjadi sumber baru untuk menghela pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat.
Tahun 2020, tahun pertama pandemi melanda, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Indonesia turun drastis sebanyak 75 persen. Jika pada tahun 2019 terdapat 16,1 juta wisman yang berkunjung ke Indonesia, pada tahun 2020 hanya tercatat 4,05 juta orang.
Tahun berikutnya jumlahnya turun lagi 61 persen menjadi hanya 1,56 juta kunjungan wisman. Tak terkira besarnya perekonomian masyarakat yang tercerabut dan potensi penerimaan negara yang hilang karena penyebaran virus korona.
Oleh sebab itu, memulihkan kedatangan wisman menjadi agenda besar. Target meningkatkan kedatangan turis asing ini tak lain karena uang yang mereka bawa tidak saja dapat menghidupkan perekonomian masyarakat di daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata, tetapi juga menyumbang devisa bagi negara.
Untuk mendukung pembukaan kembali sektor pariwisata pada masa pandemi Covid-19, pemerintah melalui keimigrasian pada 27 April 2022 memperluas penerapan kebijakan visa saat kedatangan (visa on arrival/VOA). Subyek visa kunjungan saat kedatangan khusus wisata atau VOA khusus wisata meningkat dari 43 negara menjadi 60 negara.
Sebanyak 17 negara tambahan yang mendapatkan VOA khusus wisata adalah Austria, Bulgaria, Ceko, Estonia, Hong Kong, Irlandia, Kroasia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Portugal, Romania, Siprus, Slowakia, Slovenia, dan Yunani.
Perluasan cakupan VOA ini melengkapi kebijakan sebelumnya mengenai peniadaan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang masuk ke sejumlah daerah di Indonesia. Kebijakan ini mulai berlaku Maret lalu.
Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, merupakan pintu masuk yang paling banyak dimanfaatkan oleh PPLN untuk mendapatkan VOA. Dalam periode sebulan, 7 Maret-7 April 2022, terjadi peningkatan persentase wisman yang memanfaatkan VOA di Bandara Ngurah Rai sebesar 66,8 persen.
Hal ini menjadi harapan untuk pulihnya pariwisata Indonesia, khususnya Bali. Selain Bandara Ngurah Rai, pintu masuk lain yang akan mulai menerapkan fasilitas VOA antara lain Bandara Kualanamu, Soekarno-Hatta, Juanda, Sultan Hassanudin, dan Sam Ratulangi.
Pada periode Januari-Maret 2022, wisman yang masuk ke Indonesia lewat pintu utama berjumlah 74.383 kunjungan. Jumlah ini meningkat 228 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Jumlah kunjungan wisman terbanyak terjadi pada Maret 2022 yang mencapai 40.790 orang. Terbanyak masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta, disusul oleh Bandara Ngurah Rai. Hal ini menjadi sinyal positif pulihnya pariwisata nasional.
Jika kebijakan perluasan VOA ini dikatakan sebagai jurus pertama dalam membangkitkan sektor pariwisata, jurus kedua adalah mendorong dan mempromosikan pariwisata berkelanjutan melalui program pengembangan desa wisata.
Momen penting promosi pariwisata berkelanjutan ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pada Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, 4 Mei 2022.
Apa itu pariwisata berkelanjutan?
Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) dalam laman resminya menyebutkan, definisi pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan secara menyeluruh dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan dalam kegiatan memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan penduduk setempat.
Prinsip keberlanjutan mencakup tiga aspek, yaitu ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Dalam aspek lingkungan sebagai elemen penting, pemanfaatan sumber daya secara optimal harus tetap memperhatikan proses ekologis dan upaya membantu melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati.
Dalam aspek sosial-budaya, pariwisata harus menghargai keaslian sosial-budaya masyarakat lokal, melestarikan warisan budaya dan nilai-nilai tradisional yang mereka bangun dan jalani, serta berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman dan toleransi antarbudaya.
Dalam aspek sosial-budaya, pariwisata harus menghargai keaslian sosial-budaya masyarakat lokal.
Dalam aspek ekonomi, pariwisata harus dapat memastikan kegiatan ekonomi berlangsung secara jangka panjang, memberikan distribusi keuntungan sosial-ekonomi kepada semua pihak secara merata, termasuk membuka lapangan kerja dan peluang penghasilan yang tetap bagi penduduk setempat, serta berkontribusi mengurangi kemiskinan.
Mengacu pada definisi dan prinsip keberlanjutan dari sektor pariwisata tersebut, maka konsep atau program pengembangan desa wisata yang berbasis komunitas dan ekonomi berkeadilan bagi setiap lapisan masyarakat adalah yang cocok dikembangkan di Indonesia saat ini dan ke depan.
Program desa wisata dianggap memiliki kekuatan yang besar untuk mendorong perekonomian Indonesia, memberdayakan masyarakat, sekaligus membuka lapangan kerja. Dengan demikian, pada akhirnya kesejahteraan masyarakat akan terdongkrak.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kini aktif mengembangkan program desa wisata ini untuk seluruh wilayah Indonesia yang memiliki beragam budaya dan keunggulan. Program pendampingan bagi pengelola-pengelola desa wisata pun diberikan untuk menciptakan kualitas desa wisata yang baik.
Kualitas pengelola desa wisata perlu ditingkatkan sebab di tangan merekalah pelayanan yang baik, pengalaman yang menarik, dan kenangan yang indah dapat memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang. Selain itu, kemampuan digitalisasi dalam mempromosikan dan menjual produk ekonomi kreatif yang ada di desa wisata juga sangat diperlukan.
Kemudahan masuk ke Indonesia lewat fasilitas VOA dan kepuasan dari pariwisata berkelanjutan menjadi jurus jitu yang bertemali untuk membangkitkan sektor pariwisata. Momentum Indonesia sebagai tuan rumah untuk kegiatan-kegiatan internasional dalam waktu dekat akan menjadi pengungkit.
Ada ajang Formula E di Jakarta. Ada puncak pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Ke-17 G20 di Bali, dan sebagainya. Kesempatan emas ini tidak boleh disia-siakan. (LITBANG KOMPAS)