Selama Pandemi, Potensi Wisata Desa Justru Menggeliat
Selama pandemi, destinasi-destinasi wisata baru justru bertambah dan tumbuh di desa. Hal ini membutikan bahwa di tengah himpitan pandemi, kreativitas masyarakat tetap berjalan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Setelah dua tahun lebih melalui situasi pandemi, jumlah destinasi wisata di Jawa Tengah justru menggeliat. Jika sebelumnya hanya terdata 690 destinasi wisata, saat ini jumlahnya berkembang menjadi 1.056 destinasi wisata.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinung Nugroho Rachmadi mengatakan, penambahan destinasi-destinasi wisata baru tersebut didominasi dari desa-desa wisata.
”Setelah menemukan potensi wisata baru, desa-desa tersebut mendaftarkannya sebagai destinasi wisata baru,” ujarnya saat ditemui di sela-sela kunjungannya ke Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (16/4/2022).
Kondisi ini pun membuktikan bahwa di masa pandemi, kreativitas masyarakat desa tetap berjalan. Sekalipun tidak memiliki obyek wisata alam, beberapa desa juga ada yang berinisiatif untuk mengolah apa yang di desa menjadi destinasi yang layak dikunjungi.
”Di masa sekarang, warga desa pun bisa membuat gambar, lukisan di sawah, sehingga sawah itu pun menarik untuk dikunjungi,” ujarnya.
Sinung mengatakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sangat mendukung pengembangan destinasi wisata baru tersebut karena keberadaan destinasi-destinasi tersebut secara otomatis akan membantu menciptakan lapangan kerja di desa.
Pertumbuhan wisata di desa tersebut diharapkan dapat membantu menciptakan tren wisata baru. Tidak lagi berwisata secara massal ke kawasan perkotaan, ke depan, dia pun berharap akan semakin banyak orang berkunjung menyebar ke desa-desa.
Di masa sekarang, warga desa pun bisa membuat gambar, lukisan di sawah, sehingga sawah itu pun menarik untuk dikunjungi. (Sinung Rachmadi)
Tumbuhnya destinasi-destinasi baru di desa diharapkan juga dapat memberi dampak positif bagi perekonomian warga secara lebih merata. Di kawasan Borobudur, misalnya, keberadaan destinasi-destinasi baru sangat diperlukan sehingga wisatawan tidak melulu berkunjung ke Candi Borobudur, tetapi juga berkunjung dan memberi pemasukan kepada warga di desa-desa di sekitarnya.
Empat destinasi
Bendrat, Ketua Desa Wisata Wanurejo di Kecamatan Borobudur, mengatakan, setelah dua tahun lebih pandemi, kini di Desa Wanurejo justru muncul empat destinasi wisata baru. Sebagian di antaranya muncul dari tempat usaha atau kegiatan produksi sejumlah pelaku UKM yang kemudian menjadikannya sebagai destinasi wisata edukasi.
Inisiatif dari kalangan pelaku usaha, antara lain, muncul dari kelompok pelaku usaha ukir bambu. Setelah sebelumnya hanya terfokus pada menjalankan kegiatan usahanya masing-masing, di masa pandemi ini, mereka justru bersepakat membuat destinasi wisata baru, yaitu wisata edukasi ukir bambu.
”
Dari semula menjalankan usaha perorangan, kini mereka menjalankan usaha bersama,” ujarnya.
Situasi pandemi, menurut dia, pada akhirnya memang membuat banyak orang, terutama pelaku wisata, menyadari tidak bisa terus-menerus menjalankan aktivitas yang sama. Mereka pun berpikir keras mencari-cari inovasi.
”Saat ini, kelompok ibu-ibu rumah tangga pun mulai berinisiatif membuka kelas memasak sebagai paket wisata,” ujarnya.
Selain desakan kebutuhan ekonomi, menurut dia, banyak ide dan inovasi baru di desa wisata justru muncul karena selama pandemi para pelaku wisata sering menganggur karena tidak menerima tamu.
Ke depan, para pelaku wisata di desa pun makin optimistis karena wisata di alam terbuka dinilai bisa memenuhi standar protokol kesehatan.
”
Selain sehat karena berbaur dengan alam, wisata di desa pun bisa memenuhi standar protokol kesehatan karena mampu meminimalkan risiko terjadinya kerumunan,” katanya.