Desa Wisata di Lombok Kombinasikan Paket Wisata dengan Buka Puasa
Desa Wisata di Lombok tetap berkegiatan selama Ramadhan dengan membuka paket wisata dikombinasikan dengan paket berbuka puasa.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sejumlah desa wisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat, membuka paket wisata yang dikombinasikan dengan buka puasa bersama. Pembukaan paket wisata berbuka ini menjadi peluang baru pergerakan ekonomi warga pada bulan Ramadhan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Desa wisata yang membuka paket wisata berbuka seperti Desa Wisata Hijau Bilebante, Kecamatan Pringgarata, dan Desa Wisata Bonnjeruk, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Bilebante dan Bonjeruk merupakan desa wisata yang masing-masing berada sekitar 16 kilometer dan 19 kilometer sebelah tenggara Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, atau 25 kilometer dan 21 kilometer sisi utara Bandara Internasional Lombok.
Bilebante, misalnya, membuat ”Paket Ngabuburit dan Bukber (buka bersama)”. Paket ini mengombinasikan kegiatan berkeliling desa pada sore hari menggunakan all terrain vehicle (ATV) atau sepeda motor segala medan dilanjutkan buka puasa.
”Wisatawan bisa berkendara dari area Pasar Pancingan, salah satu obyek wisata di Bilebante, ke Tugu Sepeda. Sekitar 20 menit sambil menunggu waktu berbuka,” kata Direktur Desa Wisata Hijau Bilebante Pahrul Azim di Mataram, Selasa (5/4/2022).
Menurut Pahrul, tidak hanya berkeliling dengan ATV, wisatawan juga bisa memancing ikan di kolam pemancingan yang telah disediakan. Ikan hasil memancing bisa juga langsung diolah untuk menu berbuka. Di paket menu berbuka puasa juga sudah tersedia ikan bakar.
Untuk satu paket Ngabuburit dan Bubker, pengelola memasang tarif Rp 225.000. Tarif tersebut sudah termasuk biaya ATV, pemandu, juga menu berbuka untuk tiga orang.
Menu berbuka itu, kata Pahrul, disebut ”Ayam Merangkat”, istilah ayam khas dalam tradisi merariq atau kawin lari Lombok. Tetapi tidak hanya ayam yang dihidangkan. Dalam satu dulang, wisatawan mendapatkan nasi, ikan bakar, sate khas Lombok, urap sayur, sayur bening, dan kerupuk, ditambah kelapa muda.
”Seluruh menu kami masak sendiri di satu dapur. Tetapi jika nanti peminat paket ini banyak, kami juga akan berdayakan usaha mikro kecil lainnya untuk ikut terlibat,” kata Pahrul.
Sementara Desa Wisata Bonjeruk menawarkan menu buka paket Ayam Merangkat Pasar Bambu Bonjeruk. Menurut pengelola Pasar Bambu Bonjeruk, Syarif Hidayattullah, paket Ayam Merangkat dijual dengan harga Rp 130.000 yang bisa dinikmati 2-3 orang. Menunya, selain ayam bakar, juga ada ikan bakar, daging goreng, tempe goreng, dan sayur bening.
Menurut Hidayat, jika menu itu dirasa kurang, wisatawan bisa memilih tambahan yang dijual masyarakat di Pasar Bambu, misalnya pelecing kangkung, sate, urap, atau sayur rumahan lainnya.
Pasar Bambu sendiri merupakan salah satu destinasi wisata di Desa Wisata Bonjeruk. Pada Ramadhan kali ini, dibuat seperti bazar Ramadhan. Di sana pengunjung bisa membeli berbagai aneka kudapan untuk berbuka puasa.
Pasar Bambu akan mulai dibuka pada Kamis (7/4/2022) pada pukul 16.00 Wita. Sambil menunggu jadwal berbuka, wisatawan atau pengunjung bisa bersepeda keliling kampung.
Menurut Hidayat, rute bersepeda termasuk pendek, yakni 2-4 kilometer. Pengelola telah menyiapkan sepeda di area Pasar Bambu dan wisatawan cukup membayar Rp 25.000 per sepeda.
Berkegiatan
Pahrul mengatakan, secara umum, seluruh kegiatan wisata di Bilebante yang berada sekitar 16 kilometer tenggara Mataram, ibu Kota NTB, itu memang ditutup. Meski demikian, mereka tetap mencari kegiatan yang bisa dikombinasikan dengan Ramadhan.
”Anggota kami (kelompok penggerak pariwisata/pokdarwis) sebagian besar pemuda. Daripada diam, mereka bisa ikut berkegiatan di sini selama Ramadhan. Selain itu, lewat kegiatan ini, kami juga ingin tetap menghidupkan area Pasar Pancingan,” kata Pahrul.
Hidayat juga menyampaikan hal serupa. Menurut dia, dengan tetap berkegiatan di Ramadhan, masyarakat tetap mendapatkan pemasukan. Baik warga yang memang selama ini berjualan di Pasar Bambu maupun pedagang keliling yang muncul saat Ramadhan bisa ikut mengambil bagian.
Penerapan protokol kesehatan tetap mereka utamakan.
Selain itu, permintaan untuk membuka paket ngabuburit dan buka puasa bersama juga cukup banyak. Pahrul mengatakan, beberapa rombongan dari Kota Mataram saat ini sedang mencari tanggal yang pas untuk hadir di desa wisata. ”Kemungkinan ramai nanti di pertengahan Ramadhan,” kata Pahrul.
Para anggota pokdarwis pun antusias bisa menyelenggarakan kegiatan tersebut, apalagi setelah dua tahun tertunda karena merebaknya Covid-19. Meski demikian, karena masih berlangsung dalam suasana pandemi, penerapan protokol kesehatan tetap mereka utamakan.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Yusron Hadi mengapresiasi ide kreatif desa wisata di NTB dalam mengemas kegiatan wisata di Ramadhan. ”Saya kira bagus kreasi teman-teman desa wisata, terutama yang punya kekuatan potensi kuliner, seperti Bilebante ataupun Bonjeruk,” kata Yusron.
Yusron melihat desa-desa wisata di NTB telah semakin cerdas mengambil peluang wisata yang ada dan seharusnya memang seperti itu. ”Hendaknya setiap momen (desa wisata) harus siap dengan tawaran berwisata yang pas,” kata Yusron.