Meningkatnya kasus Omicron berdampak pada perburukan Indeks Pengendalian Covid-19. Hal ini terutama terjadi pada manajemen infeksi yang cenderung kedodoran.
Oleh
Gianie, Reza Felix Citra
·5 menit baca
Perburukan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia terpantau melalui pergerakan skor Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC oleh Kompas sejak Juli 2021. Indeks ini melihat pengendalian dari dua aspek, yakni manajemen infeksi dan pengobatan. Di saat badai Omicron melanda, terlihat manajemen infeksi yang lebih kedodoran.
Sejak kasus Covid-19 varian Omicron terdeteksi di Indonesia pada pertengahan Desember 2021, lonjakan kasus mulai tampak pada minggu kedua Januari 2022. Pada saat itu, skor IPC secara nasional masih di level tertinggi, yaitu 83.
Namun, DKI Jakarta sudah mulai menunjukkan penurunan skor, bahkan sejak minggu pertama Januari. Jakarta mencatatkan skor pengendalian tertingginya di angka 96 pada minggu ketiga Desember 2021. Namun, setelah itu skornya terus turun hingga ke level 60 pada 7 Februari lalu.
Penurunan yang cukup tajam ini disebabkan oleh memburuknya manajemen infeksi yang ditandai dengan tambahan kasus positif harian di Jakarta yang meningkat 300 kali lipat dalam kurun tujuh minggu.
Jika pada 20 Desember 2021 baru ada 38 kasus per hari, pada 7 Februari lalu sudah menjadi 12.682 kasus per hari.
Secara nasional, penambahan kasus selama periode yang sama sebanyak 200 kali lipat. Skor IPC nasional tidak turun sedrastis skor DKI Jakarta, hanya bergerak dari level 83 ke 76.
Skor manajemen infeksi di angka 35 dan manajemen pengobatan di angka 41. Lonjakan kasus di Jakarta belum memengaruhi skor nasional karena provinsi lain belum menunjukkan penambahan kasus yang signifikan.
Jakarta memang menjadi titik awal penjalaran virus varian Omicron, seperti halnya varian Delta tahun lalu. Dari situ penyebaran terjadi secara cepat pertama-tama ke daerah aglomerasi yang merupakan bagian dari Banten dan Jawa Barat.
Skor IPC Banten menyusul mengalami penurunan pada minggu ketiga Januari, hingga mencapai skor 58 pada 7 Februari lalu. Jawa Barat baru mengalami penurunan skor pada minggu keempat Januari.
Bali yang memiliki karakteristik mirip Jakarta karena menjadi gerbang kedatangan internasional mengalami lonjakan kasus pada awal Februari. Skornya dalam waktu singkat turun ke titik 65 pada 7 Februari.
Jawa Tengah dan Jawa Timur juga mengalami penurunan skor sejak awal Februari, menjadi masing-masing 66 dan 69. Di Pulau Sumatera, Lampung menjadi provinsi yang mengalami lonjakan kasus cukup tinggi sehingga skornya turun menjadi 63.
Jakarta memang menjadi titik awal penjalaran virus varian Omicron, seperti halnya varian Delta tahun lalu.
Di hampir semua provinsi, skornya turun. Kecuali Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo, skornya tetap. Terdapat 15 provinsi dengan skor di bawah skor nasional.
Lonjakan kasus yang tinggi merupakan dampak dari karakter virus varian Omicron. Studi oleh peneliti dari University of Copenhagen, Denmark, menemukan, varian Omicron 2,7-3,7 kali lebih menginfeksi dibandingkan varian Delta (Reuters, 3/1/2022).
Meski demikian, gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron lebih ringan sehingga cenderung tidak membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit atau berujung kematian. Pasien Covid-19 bisa mengatasi gejala dengan isolasi mandiri di luar rumah sakit.
Risiko perawatan di rumah sakit karena varian Omicron separuh dibandingkan karena varian Delta. Ini sebabnya, indikator-indikator dalam aspek manajemen pengobatan masih terkendali baik.
Merujuk data global, saat varian Delta melanda sejak April 2021, jumlah kasus positif harian tertinggi yang pernah terjadi pada gelombang kedua adalah sebanyak 903.803 kasus (29/4/2021).
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan saat varian Omicron datang menjadi gelombang ketiga, yang dimulai pada November 2021. Kasus positif harian tertinggi pernah mencapai 3,8 juta kasus, yang terjadi pada 20 Januari 2022. Kini, kasus harian di tingkat global mulai turun.
Di Indonesia, fase puncak lonjakan kasus akibat varian Omicron belum terjadi. Grafik kasus masih merangkak naik seiring dengan wilayah di luar DKI Jakarta yang mulai memanen kasus.
Data Satgas Covid-19 pada 12 Februari 2022 mencatat, kasus positif harian sebanyak 55.209 kasus. Angka ini mendekati kasus tertinggi yang terjadi di masa varian Delta, yakni 56.757 kasus (15/7/2021).
Jika dilihat ke level provinsi, terdapat setidaknya empat provinsi yang mengalami kasus positif harian melampaui puncak kasus di masa varian Delta. Keempat provinsi itu adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Bali.
Pada 6 Februari 2022, kasus positif harian di DKI Jakarta tercatat 15.825 kasus, yang melampaui puncak kasus di saat varian Delta, yakni 14.619 kasus.
Selanjutnya, pada 9 Februari 2022, kasus positif Covid-19 di Banten, Jawa Barat, dan Bali secara bersamaan juga melampaui kasus puncak akibat varian Delta tahun lalu.
Di Banten, pada hari itu terdapat 6.026 kasus positif baru, lebih tinggi daripada kondisi puncak 4.016 kasus tahun lalu. Di Jawa Barat ada 11.201 kasus positif baru, melebihi puncak kasus saat varian Delta tahun lalu yang sebanyak 10.678 kasus. Sementara di Bali tercatat 2.556 kasus positif baru, yang melampaui kasus tertinggi tahun lalu di angka 1.910 kasus.
Provinsi lain punya kemungkinan mencatatkan jumlah kasus yang juga lebih tinggi dibandingkan saat varian Delta. Hal itu dipengaruhi oleh tingkat vaksinasi yang cenderung lebih rendah dibandingkan di wilayah Jawa-Bali.
Lalu, setinggi apa lonjakan kasus bisa terjadi di Indonesia akibat varian Omicron dan kapan hal itu akan terjadi?
Jika dihitung berdasarkan rumusan varian Omicron menyebar hingga 3,7 kali varian Delta, kemungkinan kasus tertinggi yang bisa terjadi di Indonesia berkisar 150.000-200.000 kasus per hari.
Dari hasil pemodelan yang dilakukan Litbang Kompas dengan menggunakan pola pergerakan kasus harian varian Delta selama periode Juni-Oktober 2021, kasus tertinggi yang mungkin terjadi akan mencapai 100.000 kasus per hari secara nasional. Diperkirakan hal itu akan terjadi pada minggu ketiga Februari atau sebelumnya.
Dengan pemodelan yang sama, kasus positif harian tertinggi di DKI Jakarta diperkirakan mencapai 24.000 kasus per hari pada minggu kedua atau ketiga Februari. Di Jawa Barat, jumlah kasus akan mencapai 17.000 kasus per hari pada minggu kedua atau ketiga Februari.
Di Banten, diperkirakan akan tercatat 7.500 kasus pada minggu kedua Februari. Adapun di Bali, jumlah kasus akan mencapai 3.500 kasus pada minggu ketiga atau keempat Februari.
Membenahi kembali manajemen infeksi menjadi kunci pengendalian badai Omicron.
Tingginya kasus akibat varian Omicron kali ini bisa jadi juga karena banyaknya penderita yang isolasi mandiri dan yang tidak bergejala masih beraktivitas walaupun lebih terbatas.
Akan tetapi, dengan beraktivitas di tempat isolasi yang pada umumnya adalah rumah, mereka masih bisa menularkan kepada orang lain di sekitarnya. Membenahi kembali manajemen infeksi menjadi kunci pengendalian badai Omicron. (LITBANG KOMPAS)