Membendung Laju Virus Varian Omicron
Gelombang ketiga Covid-19 dengan varian Omicron disinyalir lebih cepat menular. Bagaimana kesiapan Indonesia melalui gelombang ketiga ini?
Skor nasional Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC) Kompas pekan ini per 7 Februari 2022 turun lagi 4 poin dibandingkan pekan sebelumnya dari angka 80 ke 76. Penurunan skor ini seiring dengan meningkatnya kasus positif harian selama tujuh hari terakhir. Di beberapa provinsi, kasus harian dalam seminggu terakhir bahkan sudah melampaui jumlah kasus tertinggi yang terjadi pada gelombang kedua akibat varian Delta tahun lalu.
Hampir seluruh provinsi skornya kali ini turun, kecuali Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo yang skornya tetap. Artinya, penyebaran Covid-19 sudah meluas lagi. Episentrum kasus yang semula berada di wilayah Jabodetabek meluas menjadi Jawa-Bali beserta Lampung. Kasus di kawasan Indonesia timur pun meningkat, terutama di Maluku.
Skor IPC terendah tetap dipegang oleh tiga provinsi, yakni Banten skor 58 (turun 5 poin), DKI Jakarta skor 60 (turun 7 poin), dan Jawa Barat skor 62 (turun10 poin). Namun, penurunan yang paling besar dialami Jawa Tengah sebanyak 12 poin, skornya menjadi 66 dari sebelumnya 78. Melihat hal ini, pengetatan mobilitas dengan menaikkan level PPKM perlu dilakukan di Jateng.
Penurunan skor secara nasional dipicu oleh bertambahnya angka kasus positif harian yang membentuk aspek manajemen infeksi dalam pengukuran indeks. Selain itu, tingkat kepositifan kasus sebagai indikator yang membentuk manajemen infeksi juga meningkat.
Skor indeks manajemen infeksi minggu ini turun 3 poin ke level 35. Skor indeks manajemen infeksi ini lebih rendah dibandingkan skor indeks manajemen pengobatan yang di pekan ini berada di angka 41, turun satu poin dibandingkan minggu sebelumnya.
Perbedaan yang cukup jauh antara indeks manajemen infeksi dan pengobatan ini mengonfirmasi karakteristik varian Omicron yang lebih cepat menular, tetapi tidak menimbulkan keparahan dan kematian. Orang yang positif terkena Covid-19 saat ini lebih banyak yang melakukan isolasi mandiri sehingga tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit bagi pasien positif Covid-19 tidak setinggi ketika kasus varian Delta tahun lalu.
Perbedaan yang cukup jauh antara indeks manajemen infeksi dan pengobatan ini mengonfirmasi karakteristik varian Omicron yang lebih cepat menular.
Begitu pula dengan angka kematian yang juga tidak setinggi akibat varian Delta. Pencapaian vaksinasi 90 persen untuk dosis 1 dan 63,7 persen untuk dosis 2 tentunya juga berpengaruh dalam menekan tingkat keparahan dan kematian akibat varian Omicron.
Baca juga: Jakarta, Kunci Pengendalian Pandemi
Lonjakan kasus
Karena sifat varian Omicron yang penularannya sangat cepat, pekan lalu tiga provinsi mencatatkan lonjakan kasus positif harian yang tinggi, bahkan melampaui puncak kasus akibat varian Delta yang pernah terjadi tahun lalu. Ketiga provinsi itu adalah DKI Jakarta, Banten, dan Bali.
Kasus positif Covid-19 harian di DKI Jakarta pada 6 Februari 2022 tercatat 15.825 kasus. Angka ini melampaui jumlah kasus tertinggi akibat varian Delta di Jakarta tahun lalu, tepatnya 14.619 kasus pada 12 Juli 2021.
Sebelumnya, pada 5 Februari 2022, kasus positif Covid-19 di Banten dan Bali juga melampaui kasus puncak akibat varian Delta tahun lalu. Di Banten, pada hari itu terdapat 4.992 kasus positif baru, lebih tinggi daripada kondisi puncak 4.016 kasus tahun lalu. Sementara di Bali tercatat 2.038 kasus positif baru yang melampaui kasus tertinggi tahun lalu di angka 1.910 kasus.
Secara nasional, kasus positif harian per 9 Februari 2022 tercatat 46.843 kasus. Berkaca pada kasus varian Delta tahun lalu, pergerakan penambahan kasus baru dari level 46.000 kasus ke angka tertinggi lonjakan kasus yang tercatat di angka 56.757 kasus, terjadi hanya dalam waktu kurang dari satu minggu.
Dengan karakter varian Omicron yang bertransmisi sangat cepat, lonjakan kasus yang melebihi puncak kasus tahun lalu sangat mungkin terjadi dalam waktu satu atau dua hari ke depan.
Dengan karakter varian Omicron yang bertransmisi sangat cepat, lonjakan kasus yang melebihi puncak kasus tahun lalu sangat mungkin terjadi dalam waktu satu hari atau dua hari ke depan. Angkanya pun akan bisa jauh melampaui angka tertinggi di tahun lalu.
Hasil pemodelan yang dilakukan Litbang Kompas, jumlah kasus tertinggi yang mungkin terjadi di Indonesia akibat varian Omicron ini bisa mencapai 140.000 kasus per hari. Selain itu, diperkirakan pula kasus dari varian Omicron ini akan lebih cepat turun atau melandai dibandingkan kasus pada varian Delta.
Baca juga: Perkuat Langkah Kuratif di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19
Negara lain
Laju penularan kasus akibat varian Omicron juga tergambarkan melalui kasus yang terjadi di negara lain. Amerika Serikat, misalnya, kasus pertama Omicron ditemukan di California pada 1 Desember silam. Saat itu, pertambahan kasus positif harian di negara ini ”baru” berada di angka 134.000. Awalnya, kehadiran Omicron di AS belum terlalu berdampak pada kenaikan kasus.
Jumlah kasus positif baru harian di AS baru mengalami kenaikan signifikan pada 23 Desember 2021. Saat itu, pertambahan pasien positif Covid-19 harian melonjak hingga di atas 294.000 per hari. Angka ini memecahkan rekor tertinggi selama pandemi melanda negara tersebut. Sebelumnya, pada puncak gelombang dua yang disebabkan oleh Covid-19 varian Delta, jumlah positif harian tertinggi hanya berada di kisaran 242.000 kasus.
Laju penambahan kasus baru ini semakin kencang di awal tahun 2022. Per 1 Januari 2022, terdapat lebih dari 591.000 tambahan kasus positif dalam sehari. Jumlah tersebut pun belum merupakan puncak penularan di gelombang ketiga ini. Pasalnya, seminggu setelahnya, terdapat lebih dari 902.000 kasus baru dalam sehari di AS.
Berbeda dengan gelombang Delta sebelumnya, gelombang ke-3 Covid-19 ini cenderung lebih cepat berlalu.
Namun, berbeda dengan gelombang Delta sebelumnya, gelombang ke-3 Covid-19 ini cenderung lebih cepat berlalu. Jika gelombang Delta melanda selama lebih dari lima bulan, gelombang Omicron ini sudah mulai surut sekitar dua bulan setelah kasus pertama ditemukan. Hingga 6 Februari 2022, kasus harian dapat kembali ditekan di sekitar angka 179.000 orang.
Bukan cuma rentang waktu yang lebih sempit, jumlah korban jiwa dari gelombang Omicron ini juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan di masa gelombang Delta. Hal ini diakibatkan oleh puncak jumlah kematian yang lebih rendah dan sempitnya rentang waktu gelombang. Pada saat puncak penularan, terdapat lebih dari 4.400 kematian di AS dalam satu hari. Adapun puncak kematian harian saat gelombang Omicron di negara ini berada di kisaran 3.500 jiwa.
Tidak hanya di negara maju seperti AS, pola serupa juga terjadi di negara berkembang seperti India. Di negara ini, gelombang Omicron dapat dirasakan mulai minggu terakhir Desember 2021. Sama dengan fenomena di AS, gelombang Omicron ini mulai mereda di minggu pertama Februari ini. Setelah mengalami puncak penularan pada 19 Januari 2022 dengan kasus harian mencapai lebih dari 317.000, kasus positif harian saat ini dapat ditekan di kisaran 71.000 orang.
Cerita yang sama juga tampak soal jumlah kematian di India. Di masa gelombang Delta lalu, jumlah kematian harian sempat tembus di atas angka 4.800 jiwa. Sementara, pada gelombang Omicron saat ini, jumlah kematian harian tertinggi di kisaran 1.700 jiwa.
Kasus di AS dan India ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang gelombang ketiga pandemi yang kini tengah meradang di Indonesia.
Kasus di AS dan India ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang gelombang ketiga pandemi yang tengah meradang Indonesia. Tentu, kesimpulan dari kedua negara tersebut belum pasti terjadi di Indonesia. Maka, meski pengalaman dari negara lain cukup memberi harapan, Indonesia masih harus terus waspada hingga gelombang benar-benar melandai dalam waktu dekat. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Antisipasi Darurat Omicron di Indonesia