Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyerukan perdamaian, khususnya di Semenanjung Korea. Menariknya, ia menyebut harapan agar Indonesia ikut ambil peran.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Seruan upaya perdamaian tersebut disampaikan Presiden Yoon dalam upacara pelantikan dirinya di plaza depan gedung parlemen Korea Selatan, Seoul, Selasa (10/5/2022). Isu perdamaian di Semenanjung Korea, termasuk isu nuklir Korea Utara, disebut secara khusus dalam pidato Yoon, selain isu-isu lain seperti ekonomi, ketimpangan sosial, dan kebebasan. Bagi komunitas internasional, sorotan pada upaya perdamaian di Semenanjung Korea tentu menarik perhatian.
Upacara pelantikan itu menandai awal pemerintahan Yoon hingga lima tahun ke depan. Media menyebut, upacara tersebut dihadiri sekitar 41.000 orang, termasuk 300 tamu pejabat negara sahabat. The Korea Times melaporkan, dalam daftar tamu, tercantum Wakil Presiden China Wang Qishan, salah satu orang dekat Presiden Xi Jinping; suami Wakil Presiden AS Kamala Harris, Douglas Emhoff, Menlu Jepang Yoshimasa Hayashi, Presiden Singapura Halimah Yacob, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, dan lain-lain.
Kehadiran para tamu penting dari negara-negara luar itu menjadi semacam pengakuan atas pentingnya posisi Korsel bagi dunia. Setelah dilanda Perang Korea 1950-1953, Korsel menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Tanpa sumber daya alam, negara itu pada masa-masa sulit pernah bergantung pada bantuan luar negeri. Seperti mengalami keajaiban, empat dekade kemudian Korsel tampil menjadi salah satu negara terkaya di dunia dan raksasa di bidang semikonduktor, telepon seluler, peralatan elektronik, dan mobil.
Dalam pidatonya, Yoon, antara lain, menyebut tekadnya untuk membangun negara yang mendukung demokrasi liberal dan memastikan ekonomi pasar yang berkembang. Negara yang memenuhi tanggung jawab sebagai anggota komunitas internasional. Negara yang benar-benar milik rakyat.
Pernyataan tersebut memberi gambaran umum tentang visi global Korsel yang tengah dirintis Yoon. Namun, disadari juga bahwa tekad membangun negara besar dengan kemakmuran ekonomi itu tak lepas dari ancaman. Salah satu ancaman itu ibarat hanya sepelemparan batu dari negeri tetangga, Korea Utara. Yoon menyebut secara khusus isu nuklir Korut sebagai salah satu ancaman serius. Masuk akal, ia mendorong upaya perdamaian di kawasan melalui denuklirisasi Korut.
Menjadi pertanyaan besar, bagaimana Yoon akan mewujudkan upaya tersebut. Yang menarik, seperti diberitakan, dalam pertemuan terpisah dengan Megawati, Yoon menyampaikan harapan agar Indonesia terlibat dalam upaya perdamaian di Semenanjung Korea. Ia tahu, Indonesia juga menjalin hubungan baik dengan Korut.
Jembatan perdamaian hanya dapat dibangun oleh mereka yang diterima kedua pihak yang bertikai. Megawati dinilai bisa menjadi sosok yang dapat membantu upaya perdamaian Korsel-Korut itu.