Puisi-puisi Iyut Fitra
Iyut Fitra. Lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat. Buku ”Mencari Jalan Mendaki” dapat perhargaan dari Perpusnas RI 2019.
barisan yang merayap
dari segala entah. barisan itu merayap
_____________merayapi langit
_____________merayap di berbagai kota
membelah dada sunyi. tubuh-tubuh kosong
barangkali tidak ada yang tahu
sekejap-sekejap pesta dirayakan. tawa dan sukacita
hujan panas derita yang sama. derap keangkuhan bergulambai
”kata manti kata berulang, kata alim kata hakikat
tegak di adat alang-kepalang, lipat pakaian dengan mufakat”
lagu yang nyinyir. mungkin pantun atau bidal
barisan itu hanya bergeming
darah dan nanah terus berceceran
_______terus diserak-taburkan
ia berjalan. menyeka airmata. senantiasa menuliskan
menulis bilang langkah
tapi bukan puisi. bukan pula tentang hujan
hari menghitam. batu-batu lumpuh tertutup kerakap
hidup segan mati pun ragu
adakah tanah telah berganti nama. adakah air telah bertukar warna
pinta ditengadahkan hanya abu yang bergulung
mimpi yang dikisahkan hanya sebatas harap tertumpu
ia berlari. mengejar barisan itu
lalu menyiramkan seluruh airmata
_____________airmata saudara-saudaranya
Baca juga: Puisi-puisi Aksan Taqwin Embe
bengkalai kenangan
penyanyi bersuara serak itu sudah sampai pada lagu kelima
_____________pada hingar sesungguhnya
ia masih diam. ada yang memancar dari mata
serupa kota yang tak dikenali iramanya
wajah buram
perburuan meninggalkan banyak luka
orang-orang menciptakan ruang untuk nasib
_____________untuk diri sendiri
membengkalaikan kenangan-kenangan persaudaraan
musik menghentak. girang berdencak
laki-laki itu terus bernyanyi. barangkali tentang kepedihan kota
_________________barangkali tentang unggun cita-cita
satu-satu melupa pada pekik dan irama
_____________pada kata maupun makna
ada yang melirik waktu. ada yang digilas waktu
keduanya sama mabuk
berdiri gamang di bibir panggung
dengan rintih blues atau dangdut yang patah-patah
lalu ia mencari-cari kertas. serupa ingin menulis sesuatu
bahwa malam. adalah degup jantung orang-orang kehilangan
mungkin pula angkuh roda zaman
bahwa malam. adalah harapan berkepanjangan
rencana-rencana yang bergagalan
”tuliskan saja di kertas tissu itu
lagu apa yang kau mau?”
tapi ia telah berjalan. meninggalkan laki-laki yang terus bernyanyi
sebelum berdamai dengan kegelisahan. tentang nasibnya
_______________________tentang negerinya
Baca juga: Puisi-puisi Efix Mulyadi
langit warna-warni
sudut-sudut kusut silang-pintang
jalanan, pagar, dinding kota penuh gambar
__________penuh pampang gelar
ia membaca warna demi warna dengan gamang. entah lembar riwayat
__________entah bungkah silsilah
serupa mengeja kaji ketika kanak
terbata, gagap, penuh tanya dalam benak
”akan ke mana bangsa ini?
setelah tahun-tahun tanggal oleh buncah luka
__________luka dari sejarah demi sejarah
mematahkan ranting-ranting rindu kedamaian
menghayutkan canggah-canggah kesejahteraan
di langit pelangi berwarna-warni
di bawahnya ia mencoba melunggukkan remah janji
nyanyian wabah, gelombang banjir,
kabut asap, erupsi merapi
terus mengalun setiap hari
__________hari-hari jauh dari mimpi
adakah nyanyian itu akan pudar oleh gambar dan pampang gelar?
sesungguhnya ia tak ingin bertanya
tanah yang goyah
kabut asap dan udara hitam yang dikrim itu
sudah biasa memeluk tubuhnya
setelah tanah asal, bukit-bukit, dan pohon tinggal nama
ia kini adalah burung-burung dengan sayap sebelah
________burung-burung berparu arang
mencari tempat hinggap ketika embun tak lagi turun
matahari kalah
di balik masker yang angit. sesak dan pengab
ia rintihkan doa-doa di antara sengal napas
________di antara tabur beragam tuba
gelombang banjir berpulun yang dikirim itu
sudah biasa tiba di beranda
sedangkan tenang tumbuh tak jadi, ini bah lapar bergulung
ia kini adalah ungguk puing berbaju lecah
________puing bertimbun basah
menunggu matahari
dalam doa-doa terkurung murung
ia lihat rumah-rumah hanyut
________hanyut pula sawah-sawah
ia kini adalah tanah yang goyah setiap dipijak
Baca juga: Puisi-puisi Made Adnyana Ole
negeri berpagar rimbun
setiap berjalan. simpang-simpang membelintang di depan
kebimbangan tebal bagai selimut
___________bagai duka tiada surut
menidurkan ragu
tapi perjalanan bukan tentang berhenti
karena rasa selalu ingin sampai
serupa angan yang terus menggamit-gapai
selalu ia bayangkan sebuah negeri berpagar rimbun
_______________________berpagar damai dalam pantun
”sudah masak padi di sawah, padi di ladang menguning pula”
rasian saja rupanya. jauh tak terjuluk tangan
kelam bersibak malam
simpang-simpang yang membelintang di depan
gemuruh bagai langit pecah
______bagai pekik damai tak sampai-sampai
musibah dan bencana. lagu perang demi segala kuasa
tapi langkah diayun bukan untuk menyerah
selagi badan di kalang, mungkin-mungkin akan terus datang
________________datanglah hari terang-benderang
”ladang tebu menyentak ruas
pisang berdukung di tandannya”
sekadar pepatah lama. sampai pada sampiran saja
bulan dilukis hitam
negeri dalam angan-angan
ia hanya membayangkan
Baca juga: Puisi-puisi Wawan Kurniawan
panorama yang pincang
di padang alangkah luas
langit seolah payung-payung melepuh
seolah tujuh musim hujan tiada turun
siang melukis dengkang. kaki-kaki kurus letai tersungkur
yang lumpuh meminum peluh. yang luka menelan airmata
sebelum matahari beringsut ke barat
_________beringsut pula asa-asa berkarat
ia simpan semua gambar itu. panorama yang pincang
di mana hari tak lebih dari daun-daun dilepas ranting
_________ranting ranggas dihempas dahan
_________dahan mengulai dipatah batang
laju waktu hanya jerit dari segala pilu. kota-kota kehilangan rambu
setiap yang datang hanya meminjamkan tangis
mengeruh sungai dan seluruh sudut kota
_________sudut kampung kehilangan mimpi
di jalan kanak-kanak berselimut debu. ringkih tak bersepatu
di rumah hanya dingin dan lapar. berdengung di antara berita-berita viral
nasib menggelinding. berhenti tak serupa gasing
_________tak serupa roda berputar
ia bingkai semua gambar itu. pajangan kekalahan
takdir ditulis di rimba-rimba kegelapan
_________kegelapan menyungkup hidup
_________hidup sekadar menyematkan arti pada mimpi
tak ada cita-cita. selain menghitam semua warna
tiba-tiba ia merasa. negeri dalam gambarnya telah kalah!
Baca juga: Puisi-puisi Taty Haryati
nubuat tentang fajar
lengang demikian gigil
doa-doa mengiang dari kubah masjid. nubuat tentang fajar
dan langkah-langkah berderap lagi
________berderap berirama pagi
menuju pintu-pintu kehidupan
mencari rumah megah dalam rasian
”mari terjemahkan mimpi sebelum siang datang
________sebelum serigala-serigala
kembali mengangkang!”
kalimat yang tergantung di punggung matahari
melecut penat. membungkus kecemasan demi kecemasan
kecemasan itu ia sangkutkan di tampuk embun
________di tangkai-tangkai kesejukan
pergilah derita pergilah angkuh segala kuasa
bila kering daun-daun. kupu-kupu akan bernyanyi
”ingatlah ranting akan mencucuk. pahami dahan akan menimpa!”
nyanyian yang kemudian diterbangkan burung-burung
________diterbangkan angin pagi
o, berhentilah segala mimpi buruk. hidup sangsai merasai
o, bertobatlah serigala-serigala busuk. seluruh tanah hampir tergadai
seperti doa-doa dari kubah masjid
nubuat tentang fajar