logo Kompas.id
RisetAkankah Jateng Tetap Jadi...
Iklan

Akankah Jateng Tetap Jadi ”Kandang Banteng”?

Jawa Tengah menjadi kandang PDI-P. Apakah Pemilu 2024 partai ini mampu mempertahankan dominasinya di provinsi ini?

Oleh
RANGGA EKA SAKTI
· 5 menit baca
Rombongan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memasuki lapangan untuk menghadiri acara konsolidasi partai yang dihadiri calon presiden Ganjar Pranowo di Stadion Jati Diri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/8/2023).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Rombongan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memasuki lapangan untuk menghadiri acara konsolidasi partai yang dihadiri calon presiden Ganjar Pranowo di Stadion Jati Diri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/8/2023).

Selama ini Jawa Tengah dikenal dengan sebutan ”kandang banteng” karena kuatnya penguasaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di wilayah ini. Namun, dinamika politik yang terjadi di tingkat nasional bisa saja menggoyahkan posisinya sebagai partai penguasa di Jawa Tengah. Akankah partai ini mampu menjaga dominasi pada Pemilu 2024?

Penguasaan Jawa Tengah oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sudah menjadi realitas politik. Sejak pemilu pertama pascareformasi, yakni Pemilu 1999, PDI-P secara konsisten mampu mengantongi suara terbanyak di wilayah tersebut.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Di Pemilu 1999 PDI-P menjadi partai dengan suara terbanyak di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah, kecuali Jepara dan Kabupaten Magelang, dengan perolehan suara mencapai 42,8 persen, lebih tinggi dari suara nasionalnya yang saat itu mencapai 33,7 persen.

Meskipun di Pemilu 2004 dan 2009 sempat mengalami penurunan, capaian PDI-P masih menjadi yang terbaik. Setelah sedikit lesu di dua pemilu tersebut, kekuatan PDI-P makin solid di Pemilu 2014 dan 2019. Pada 2014, PDI-P berhasil menggenjot suaranya di Jawa Tengah hingga di atas angka 24 persen.

https://cdn-assetd.kompas.id/qnQw7_Rn8wVw8_6g3bUD0kWpaXw=/1024x1063/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F01%2F17%2F14b1ce90-a7d2-4408-a26f-a9a9df0fc2c8_png.png

Pencapaian pada 2014 ini pun memperlebar jarak dengan Partai Golkar di posisi kedua dengan raihan 14 persen suara. Pada Pemilu 2019, tren positif PDI-P ini terus berlanjut, dengan mengunci kemenangan sebesar 29,5 persen suara di Jawa Tengah.

Tidak heran, meski secara populasi lebih kecil dari Jawa Barat dan Jawa Timur, posisi Jawa Tengah sangat strategis bagi PDI-P. Pada Pemilu 2019, perolehan 5,7 juta suara di provinsi ini jauh lebih besar dibandingkan dengan capaian di Jawa Timur (4,3 juta) dan Jawa Barat (3,5 juta). Tanpa dukungan pemilih Jawa Tengah, mustahil PDI-P bisa tampil sebagai satu-satunya partai di parlemen dengan penguasaan kursi lebih dari 20 persen di Pemilu 2019.

Baca juga : Puan Optimistis Jateng Jadi Lumbung Suara PDI-P

Sebaran merata

Secara geografis, penguasaan PDI-P di Jawa Tengah bisa dibilang cukup merata. Sebanyak 28 dari 35 kabupaten dan kota di provinsi ini berhasil dimenangi oleh partai ini di Pemilu 2019. Dilihat dari lanskap daerah pemilihan (dapil), PDI-P sedikit lemah di Jawa Tengah III, Jawa Tengah VII, Jawa Tengah VIII, dan Jawa Tengah X.

Dari empat dapil ini, Jawa Tengah X menjadi titik yang terlemah bagi PDI-P. Pada Pemilu 2019 partai ini hanya mampu mengunci kemenangan di Kabupaten Pemalang.

Perolehan PDI-P di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan lebih kecil dari PKB yang memperoleh 23,4 persen dan 32,8 persen suara. PDI-P harus mengakui keunggulan Partai Golkar di Batang yang memperoleh 30,4 persen suara.

Meski tak sempurna, posisi PDI-P di daerah Jawa Tengah III, Jawa Tengah VI, Jawa Tengah VII, dan Jawa Tengah VIII masih cukup dominan.

Secara geografis, penguasaan PDI-P di Jawa Tengah bisa dibilang cukup merata.

Di Jawa Tengah III, misalnya, perolehan PDI-P hanya mampu dikalahkan oleh PPP yang meraup 17,7 persen suara. Selaras, capaian PDI-P di Jawa Tengah VIII pun cenderung melemah akibat lepasnya Cilacap setelah direbut oleh Golkar yang meraih 24,7 persen suara.

Iklan

Dilihat secara historis, wilayah-wilayah yang belum mampu dikuasai oleh PDI-P di Pemilu 2019 merupakan wilayah yang memang bukan basis dari partai tersebut. Kabupaten Rembang, misalnya, sejak Pemilu 1999 tidak pernah lagi dimenangi oleh PDI-P. Dalam empat kali pemilu, kabupaten ini hampir selalu dikuasai oleh PPP, kecuali saat Partai Demokrat berhasil merebut kemenangan di Pemilu 2009.

Sama halnya dengan Wonosobo. Dalam tiga pemilu terakhir, kabupaten ini secara konsisten dikunci oleh PKB. Bahkan, tren perolehan suara PKB di Wonosobo cenderung naik, dari 17 persen di 2009 menjadi 28 persen di 2019.

Baca juga : Menakar Kontestasi Caleg di Dapil Jateng VII

Tetap ”banteng”

Walaupun secara historis dominasi PDI-P di Jawa Tengah tak terbantahkan, bukan berarti partai ini bisa berleha-leha. Pasalnya, dinamika politik nasional yang berlangsung selama enam bulan terakhir bisa saja membuyarkan dominasi yang selama ini terbentuk di provinsi ini. Utamanya terkait dengan pecah kongsi antara Presiden Joko Widodo dan PDI-P.

Pengaruh Jokowi di provinsi ini tak bisa diremehkan. Dalam pemilu sebelumnya, Provinsi Jawa Tengah mutlak dikuasai oleh pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan perolehan suara di atas 77 persen.

Maka, posisi Gibran Rakabuming Raka selaku Wali Kota Surakarta, salah satu kota penting di Jawa Tengah, dan calon wakil presiden dari gerbong Partai Gerindra, sedikit banyak akan memengaruhi konstelasi politik di provinsi ini. Tak ayal nasib Jawa Tengah sebagai lumbung suara PDI-P pun mengundang tanya.

Hasil pantauan survei Litbang Kompas periode Desember 2023 menunjukkan, posisi PDI-P masih cukup mapan di Provinsi Jawa Tengah. Secara umum, tingkat keterpilihan PDI-P masih menjadi yang paling tinggi, yakni di atas 32 persen. Angka tersebut jauh lebih besar dari beberapa partai mapan lain, seperti Gerindra (14,1 persen), PKB (10,2 persen), dan Golkar (7,3 persen).

Suvenir potret calon presiden Ganjar Pranowo yang dijual pedagang saat acara  konsolidasi PDI-P di Stadion Jati Diri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/8/2023).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Suvenir potret calon presiden Ganjar Pranowo yang dijual pedagang saat acara konsolidasi PDI-P di Stadion Jati Diri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/8/2023).

Sebagian besar dapil di Jawa Tengah pun masih didominasi PDI-P. Beberapa daerah yang ”mutlak” dikuasai partai ini meliputi Jawa Tengah III (Grobogan, Pati, Rembang, dan Blora), Jawa Tengah IV (Wonogiri, Karanganyar, dan Sragen), dan Jawa Tengah X (Batang, Pekalongan, Pemalang, dan Kota Pekalongan). Pasalnya, tingkat keterpilihan PDI-P di kedua wilayah ini terlampau tinggi, yakni sebesar 44,7 persen, 47,2 persen, dan 37,1 persen.

Adapun beberapa daerah seperti Jawa Tengah V (Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Kota Surakarta), Jawa Tengah VI (Purworejo, Wonosobo, Magelang, Temanggung, dan Kota Magelang), Jawa Tengah VII (Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen), dan Jawa Tengah IX (Tegal, Brebes, dan Kota Tegal) kemungkinan besar masih akan didominasi PDI-P. Hal ini tecermin dari 31-33 persen responden survei di daerah-daerah tersebut yang menyatakan akan memilih partai ini di pemilu mendatang.

Baca juga : Wilayah Loyal dan Tarian Dinamis Pantura

Dapil dinamis

Menariknya, terdapat beberapa daerah dengan perebutan suara yang relatif lebih panas. Daerah Jawa Tengah I (Semarang, Kendal, Kota Salatiga, dan Kota Semarang), misalnya, menjadi arena pertempuran PDI-P dengan Gerindra. Hasil survei menunjukkan bahwa selisih tingkat keterpilihan kedua partai ini cukup tipis, sekitar satu persen.

Situasi yang mirip juga terjadi di Dapil Jawa Tengah VIII (Cilacap dan Banyumas). Di dapil ini, selisih antara kedua partai ini bahkan lebih kecil di angka 0,2 persen. Selain itu, PKB yang memiliki tingkat keterpilihan 14 persen pun mengejar di posisi ketiga dengan selisih sekitar 4 persen dari PDI-P dan Gerindra.

Di Dapil Jawa Tengah II (Kudus, Jepara, dan Demak), tingkat keterpilihan PDI-P dan Gerindra justru lebih kecil dibandingkan dengan PKB. Di daerah ini, hampir 30 persen responden survei menyatakan akan memilih PKB. Sementara jumlah responden yang ingin memilih PDI-P dan Gerindra jauh tertinggal di angka 14,5 persen dan 13,9 persen.

Tak ayal, walau posisi PDI-P di Jawa Tengah berpeluang tak tergantikan, bukan berarti partai ini akan lebih mudah memenangi pertarungan. Sejumlah partai politik lain tak bisa dianggap sebagai lawan yang mudah dihadapi.

Terlebih lagi masih ada sekitar seperlima dari pemilih di Jawa Tengah yang belum menentukan pilihan atau termasuk dalam undecided voters. Maka, semua partai politik memiliki peluang untuk meyakinkan mereka guna merebut suara di Jawa Tengah. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga : Persaingan Anies, Prabowo, dan Ganjar di Jawa Tengah

Editor:
YOHAN WAHYU
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000