logo Kompas.id
RisetPDI-P dan Gerindra Bersaing...
Iklan

PDI-P dan Gerindra Bersaing Ketat Merebut Suara Perempuan

Suara perempuan menjadi rebutan semua partai politik, tak terkecuali bagi PDI-P dan Gerindra.

Oleh
MB DEWI PANCAWATI
· 4 menit baca
Suasana simulasi pemungutan suara dalam acara Simulasi Pemilu 2019: Perempuan Memiih di Jakarta, Sabtu (6/4/2019).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Suasana simulasi pemungutan suara dalam acara Simulasi Pemilu 2019: Perempuan Memiih di Jakarta, Sabtu (6/4/2019).

Empat dari 10 perempuan yang menjadi responden dalam survei nasional Kompas periode Desember 2023 mengaku bahwa figur calon anggota legislatif (caleg) lebih menjadi pertimbangan utama dalam memilih anggota DPR RI dibandingkan dengan partainya.

Pertimbangan utama pada partai politik (parpol) disebut sekitar 16,6 persen perempuan. Sementara sekitar 27 persen yang menyatakan akan mempertimbangkan keduanya, partai dan calegnya.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Pertimbangan perempuan dalam menentukan pilihan untuk wakil rakyat tersebut tentu akan berkorelasi dengan elektabilitas partai. Hal ini perlu menjadi perhatian semua parpol yang akan berlaga dalam Pemilu 2024.

https://cdn-assetd.kompas.id/tnqvJodg0zLaUc7HoGaDdn_2m8g=/1024x1106/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F18%2F9af86ec8-74fd-45b7-ae20-a7b8011ce5d3_png.png

Pasalnya, suara perempuan akan menentukan lolos tidaknya partai politik di parlemen Senayan dengan menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen.

Pemilu 2019 menghasilkan hanya sembilan partai yang lolos ke Senayan. Apakah 9 dari 18 partai lain peserta Pemilu 2024 yang belum melewati ambang batas parlemen bisa lolos? Kerja keras caleg untuk merebut dukungan perempuan menjadi kunci.

Baca juga: Menakar Pilihan Perempuan terhadap Bakal Capres di Pemilu 2024

Dinamis

Perebutan kursi DPR oleh 18 parpol peserta Pemilu 2024 masih sangat terbuka mengingat dinamika elektabilitas parpol masih naik turun. Situasi politik empat bulan terakhir, terutama setelah penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden secara resmi diumumkan KPU, memengaruhi tingkat keterpilihan parpol.

Survei periodik Kompas pada Desember 2023 memotret terjadinya pergeseran posisi keterpilihan partai oleh perempuan untuk 10 parpol dengan elektabilitas tertinggi. Selama empat kali survei periodik Kompas pada tahun 2023, yaitu periode Januari, Mei, Agustus, dan terakhir Desember, terpotret tren elektabilitas partai (TOP 10) bergerak dinamis saling menyalip.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang selalu memimpin dengan elektabilitas yang terus meningkat hingga mencapai 23,4 persen pada Agustus 2023, mengalami penurunan sebesar 4,6 persen pada Desember hingga menjadi 18,8 persen.

Posisinya disamai Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang menyusul dengan elektabilitas 18,8 persen, juga setelah naik 3,7 persen dari survei sebelumnya.

Selain Gerindra, partai lain yang mengalami kenaikan elektabilitas antara lain Partai Golkar yang naik tipis 0,7 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) naik 1 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) naik 1,4 persen, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) naik tipis 0,5 persen.

https://cdn-assetd.kompas.id/EGZ6LugVz7w9T-5uVEnsM0yhs7E=/1024x757/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F18%2Fca4f97e8-c859-40c3-8cbd-ed296b6cdace_png.png
Iklan

Sementara itu, partai lainnya mengalami penurunan elektabilitas, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, Partai Nasional Demokrat (Nasdem), dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).

Partai Demokrat mengalami penurunan yang sangat drastis hingga 5,1 persen, padahal pada survei Agustus posisi Demokrat di urutan ketiga melebihi Golkar dengan tingkat keterpilihan 9,5 persen, kini tinggal 4,4 persen. Saat itu Partai Demokrat masih bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mengusung Anies Baswedan menjadi capres.

Keputusan Partai Demokrat pindah ke koalisi Indonesia Maju dan mendukung Prabowo-Gibran ternyata tidak serta-merta membawa efek ekor jas pada partai yang dikomandani Agus Harimurti Yudhoyono ini. Sementara Golkar dan PAN yang juga berada dalam satu gerbong mendapat efek positif.

Dari dinamika elektabilitas parpol di kalangan perempuan ini terlihat penurunan elektabilitas terjadi pada parpol pengusung pasangan nomor urut satu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Partai Nasdem dan PKS sebagai pengusung utama justru mengalami penurunan elektabilitas 1,8 persen dan 1,2 persen, sedangkan PKB yang baru bergabung dengan terpilihnya Muhaimin sebagai calon wakil presiden Anies terdongkrak elektabilitasnya.

Demikian juga dengan parpol-parpol pengusung pasangan nomor urut tiga Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Selain PPP yang naik tipis, Perindo justru turun menjadi 2,6 persen di bawah ambang batas parlemen. Yang menarik adalah persentase elektabilitas partai lainnya, yang pada dua survei sebelumnya di kisaran 2,3 persen, kini menjadi 4,3 persen.

Kenaikan ini antara lain disumbang elektabilitas Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kini mencapai 2,5 persen. Kejutan politik dua putra Presiden Jokowi dalam tiga bulan terakhir dengan munculnya Kaesang sebagai Ketua Umum PSI dan ditetapkannya Gibran sebagai calon wakil presiden dari Prabowo tak dapat dimungkiri berdampak pada naiknya elektabilitas PSI dan Gerindra.

Baca juga: Gerindra Menyusul PDI-P

Merangkul pemilih bimbang

Meskipun demikian, partai-partai yang mengalami penurunan elektabilitas masih punya waktu kurang lebih dua bulan sebelum hari-H pesta demokrasi dengan tetap merawat pemilih-pemilih loyalnya (strong voters).

Partai-partai ini juga harus bekerja lebih keras lagi memanaskan mesin partainya untuk merebut suara pemilih yang masih ragu-ragu, jangan sampai pemilih bimbang berubah pikiran dan pindah ke partai lain.

Survei Kompas mencatat, perempuan yang sudah mempunyai pilihan, tetapi masih ragu-ragu dengan pilihan tersebut cukup tinggi sebesar 47,2 persen. Artinya, dari 83,4 persen perempuan dalam survei Kompas yang sudah mempunyai pilihan partai, hampir separuhnya masih bimbang dan kemungkinan bisa berubah pilihan.

Dari kelompok perempuan yang masih bimbang (swing voters) tersebut, terbanyak adalah pemilih Partai Gerindra (21,8 persen), diikuti PDI-P (19,4 persen), Golkar (11,4 persen), PAN (8,5 persen), PKB (6,6 persen), lalu PKS dan Demokrat masing-masing 5,7 persen. Partai lainnya memiliki pemilih bimbang di bawah 5 persen.

https://cdn-assetd.kompas.id/gIay7LMWAOTf5LYeaf3xJlJQw50=/1024x994/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F18%2F9cdeef11-43eb-4f4a-8cca-59c63a03c57c_png.png

Yang perlu mendapat perhatian lebih dari setiap parpol adalah partai-partai yang persentase pemilih bimbangnya lebih besar daripada pemilih loyalnya. Tercatat Partai Golkar, Nasdem, PKS, PAN, Demokrat, Perindo, PPP, termasuk PSI, memiliki pemilih bimbang yang lebih besar daripada pemilih loyal.

Temuan dari besarnya kelompok pemilih bimbang ini bisa menjadi acuan partai politik untuk mengubah strategi atau lebih memanaskan mesin partai dan menjadikan para caleg sebagai ujung tombak menyampaikan program-programnya untuk dapat mendulang suara perempuan.

Masa kampanye hingga 10 Februari 2024 perlu dioptimalkan dengan strategi yang lebih tepat yang dapat mempertahankan pemilih loyal dan memantapkan pilihan para pemilih bimbang. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga: Prabowo-Gibran Unggul, Pemilih Bimbang Meningkat

Editor:
YOHAN WAHYU
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000