Membaca Peta Persaingan Elektabilitas Ganjar, Prabowo, dan Anies
Mendekati masa pendaftaran capres-cawapres, peta persaingan elektoral capres masih didominasi tiga nama, yakni Ganjar, Prabowo, dan Anies. Bagaimana peta persaingan dari ketiganya?
Politik kontestasi semakin dinamis menjelang pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada pekan kedua bulan Oktober 2023. Hasil survei Kompas menunjukkan nama Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto bersaing ketat di puncak elektabilitas. Sementara itu, Anies Baswedan belum menunjukkan pergerakan suara yang signifikan selama delapan bulan terakhir.
Sejak April 2021, nama Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan sudah diperhitungkan publik untuk masuk ke dalam kontestasi nasional pada Pemilihan Presiden 2024. Hingga saat ini, nama mereka selalu masuk ke dalam posisi tiga besar survei elektabilitas.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Dalam survei Litbang Kompas periode Agustus 2023, elektabilitas Ganjar tercatat di angka 24,9 persen, Prabowo 24,6 persen, dan Anies Baswedan 12,7 persen. Perolehan Ganjar kembali naik setelah pada Mei 2023 turun ke angka 22,8 persen. Posisi keterpilihannya kian mendekati elektabilitas pada Januari 2023 yang 25,3 persen.
Sempat tertinggal 1,7 persen dari Prabowo pada Mei 2023, kini Ganjar unggul tipis 0,3 persen. Meskipun tidak terlalu signifikan, tren kenaikan ini dapat berpengaruh pada pergerakan politik ke depan, apalagi selama tiga bulan terakhir nyaris tak ada pergerakan suara yang signifikan pada Prabowo.
Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto bersaing ketat di puncak elektabilitas.
Elektabilitas Prabowo tercatat hanya naik 0,1 persen dari Mei 2023. Namun, dinamika politik yang terjadi pada pertengahan Agustus 2023 dengan masuknya Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) ke kubu Prabowo, dan keluarnya PKB dari Koalisi Indonesia Maju pada akhir Agustus, akan berpengaruh pada pergerakan politik ke depan.
Sementara itu, Anies Baswedan masih tertinggal dari dua nama teratas yang sudah dideklarasikan untuk maju sebagai capres. Sejak mencapai kenaikan cukup tinggi pada Oktober 2022 (16,5 persen), Anies tak lagi bergerak naik, bahkan cenderung turun. Sosok yang diusung oleh Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) ini pada berbagai sisi demografis pemilihnya memang tak menunjukkan perkembangan.
Masuknya PKB ke dalam koalisi diperkirakan berpengaruh pada pergerakan suara Anies ke depan. Namun, kecamuk dalam penunjukan Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres Anies yang mengakibatkan Partai Demokrat hengkang dari koalisi berpotensi mengerem laju elektabilitas Anies.
Ganjar masih bersaing ketat dengan Prabowo dalam simulasi terhadap 10 nama, 5 nama, hingga 3 nama yang diajukan untuk dipilih. Dalam skema 10 nama, Ganjar mendapat 29,6 persen, Prabowo 27,1 persen, dan Anies 15,2 persen. Pada skema 5 nama, perolehan Ganjar 31,8 persen, Prabowo 27,8 persen, dan Anies 15,6 persen.
Hasil tersebut menunjukkan, hanya suara Ganjar yang menanjak. Perubahan dari 10 ke 5 nama relatif tak mengubah suara Prabowo dan Anies sehingga jarak keterpilihan Ganjar semakin lebar dengan Prabowo dan Anies.
Baca juga: Signifikansi Jokowi dalam Pilpres 2024
Tiga calon
Selanjutnya, pada skema pilihan terhadap 3 nama, Ganjar memperoleh 34,1 persen. Bagi dua nama lain, mulai ada pergerakan yang lebih besar, jadi 31,3 persen untuk Prabowo dan 19,2 persen untuk Anies. Namun, suara Ganjar dan Prabowo belum bisa dikatakan berbeda secara signifikan, alias masih bersaing ketat.
Meskipun elektabilitas Ganjar menempati urutan teratas pada pilihan secara bebas dan pada simulasi 10, 5, hingga 3 nama, saat ini belum cukup menjamin kemenangannya jika berhadapan langsung dengan Prabowo. Hasil survei menunjukkan ada akumulasi perolehan suara untuk Prabowo pada skema head to head ketika dua calon berhadapan.
Jika pemilu presiden digelar saat survei dilakukan dan Ganjar berhadapan hanya dengan Prabowo, Prabowo masih unggul tipis atas Ganjar. Prabowo memperoleh 52,9 persen, sedangkan Ganjar 47,1 persen. Perolehan kali ini memperlebar jarak keterpilihan Prabowo dengan Ganjar, yang sebelumnya 2,2 persen pada Mei 2023 menjadi 5,8 persen.
Kalau Prabowo berhadapan dengan Anies, Prabowo unggul jauh dengan selisih angka yang besar. Prabowo 65,2 persen dan Anies 34,8 persen. Jarak keduanya yang kini terpaut 30,4 persen lebih lebar dari sebelumnya yang 24 persen.
Jarak elektabilitas Anies juga masih terpaut cukup jauh dari Ganjar, yaitu mencapai 20,2 persen. Ganjar di angka 60,1 persen, sedangkan Anies 39,9 persen. Jarak keterpilihan keduanya relatif tak berubah dari sebelumnya yang 19,8 persen.
Baca juga: Survei Litbang ”Kompas”: SBY Turun Gunung, Prabowo Banjir Pendukung?
Dua calon
Konsentrasi dukungan kepada Prabowo cenderung meningkat jika pilpres menghadirkan dua calon. Dalam skema pertarungan antara Prabowo dan Ganjar, suara dari kalangan pendukung Anies cenderung makin besar mengarah ke Prabowo. Pada Mei 2023, aliran suara Anies ke Prabowo 60,1 persen, sedangkan sekarang naik menjadi 69,9 persen.
Sementara itu, dalam skema Ganjar melawan Anies, nyaris tidak ada perubahan yang berarti dari pemilih Prabowo yang terbelah. Suara pemilih Prabowo mengalir ke Ganjar 53,2 persen dan ke Anies 46,8 persen.
Pada Ganjar, cenderung terjadi peningkatan secara gradual dukungan dari pemilih Prabowo. Sebaliknya, pada Anies terjadi penyusutan dukungan. Pada Mei 2023, suara pemilih Prabowo yang mengalir ke Ganjar 52,3 persen dan ke Anies 47,7 persen.
Jika pemilu hanya menghadirkan capres Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, suara pemilih Ganjar terbesar akan mengalir ke Prabowo (71,6 persen) dan hanya 28,4 persen yang mengalir ke Anies. Suara dari pemilih Ganjar yang mengalir ke Prabowo mengalami pertambahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan Januari 2023. Sebaliknya, suara Ganjar yang mengalir ke Anies cenderung turun dari Januari hingga Agustus.
Yang menarik dalam pemilu kali ini adalah perebutan mendapatkan suara pemilih yang pada Pemilu 2019 memilih Jokowi. Sejauh tertangkap dalam survei periodik Litbang Kompas, suara terbesar dari pemilih Jokowi masih mengalir ke Ganjar, yakni 63,6 persen, jika Ganjar hanya berhadapan dengan Prabowo. Meski demikian, ada kecenderungan kian tergerogotinya suara pemilih Jokowi yang mengalir ke Ganjar.
Sebaliknya, suara pemilih Jokowi yang mengalir ke Prabowo kian besar meski masih jauh dari yang didapatkan Ganjar. Pada Januari 2023, aliran suara Jokowi ke Prabowo masih di angka 27,7 persen, kemudian menanjak menjadi 33,9 persen pada Mei 2023, dan kini naik ke angka 36,4 persen.
Peningkatan aliran suara ke Prabowo berjalan seiring dengan kedekatan Jokowi dengan Prabowo di depan publik, selain berkat dukungan-dukungan dari sukarelawan dan tokoh yang semula memilih Jokowi lalu merapat ke Prabowo.
Sementara itu, pemilih yang pada 2019 mencoblos Prabowo terlihat semakin solid untuk kembali memilihnya dalam Pemilu 2024. Pada Januari 2023, mereka yang kembali memilih Prabowo berada di angka 72,5 persen, lalu Mei 2023 naik menjadi 79,3 persen, dan pada Agustus 2023 telah mencapai 85,7 persen.
Baca juga: Survei ”Kompas”: Dukungan Pemilih dan Partai Tidak Selalu Sejalan
Peta geopolitik
Pulau Jawa menjadi pulau dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia. Dalam Pemilu 2024, jumlah pemilihnya mencapai 56,82 persen dari total pemilih di Indonesia yang mencapai 204.807.222 orang.
Wilayah Jawa cenderung masih dikuasai oleh Ganjar dengan dukungan saat ini 39,6 persen suara pada skema tiga calon, sementara Prabowo 28,8 persen dan Anies 16,7 persen. Suara Ganjar cenderung tetap dibandingkan dengan perolehan pada Mei 2023 sebelumnya.
Namun, jika dibandingkan dengan Januari, suaranya cenderung turun. Sementara suara Prabowo dan Anies tidak menampakkan pergerakan yang signifikan selama tiga bulan terakhir. Dengan semakin stabilnya perolehan suara capres selama tiga bulan terakhir, peluang perubahan mungkin terjadi ketika skema pasangan nantinya membentuk konfigurasi capres-cawapres berdasarkan basis kewilayahan.
Di Pulau Jawa, Ganjar menguasai Jawa Tengah dengan persentase yang paling tinggi, mencapai 62 persen. Ganjar juga unggul di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Prabowo menguasai Jawa Barat dan Banten, sedangkan Anies unggul di DKI Jakarta dengan 42,5 persen.
Di Jawa Tengah, suara Prabowo meningkat cukup pesat meski masih jauh di bawah perolehan Ganjar. Pada Januari, perolehan Prabowo baru mencapai 7,7 persen, lalu meningkat menjadi 11,2 persen pada Mei 2023, dan pada Agustus 2023 sudah di angka 19,6 persen.
Peningkatan suara yang serupa bagi Prabowo juga terjadi di wilayah DIY. Sebaliknya, suara Anies semakin menyusut di wilayah basis PDI-P ini. Di DIY, suara Anies pada Agustus hanya mencapai 5,3 persen.
Luar Jawa cenderung dikuasai oleh Prabowo dengan persentase 34,7 persen, sementara Ganjar 27 persen dan Anies 22,3 persen. Suara Prabowo di luar Jawa cenderung naik dari sebelumnya yang 29,3 persen.
Di luar Jawa, Prabowo unggul di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Ganjar unggul di gugus pulau Bali-Nusa Tenggara dan Maluku-Papua.
Sejumlah provinsi yang tercatat menjadi wilayah utama pemberi suara besar kepada Prabowo di luar Jawa ialah Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Ganjar mendapat dukungan suara signifikan di Provinsi Bali, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Papua Barat Daya, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Tengah. Anies memiliki basis suara yang kuat di Aceh, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua Pegunungan.
Tak pelak, pada akhirnya ketiga nama yang masuk dalam kandidat kuat bakal calon presiden akan tetap bersaing ketat dan ketiganya mewarnai perbincangan publik. Perbincangan ini semakin menghangat menjelang dimulainya masa pendaftaran pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dimulai. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Faktor Jokowi Memperketat Persaingan