Survei Litbang ”Kompas” merekam mayoritas pemilih partai politik enggan aktif mempromosikan calon presiden yang diusung partainya. Hanya sedikit dari mereka yang mau melibatkan diri dalam kampanye capres.
Oleh
YOHAN WAHYU
·4 menit baca
Partai politik yang mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden rasanya tidak bisa mengandalkan pemilihnya untuk membantu mengampanyekan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung. Mayoritas pemilih partai politik cenderung enggan aktif mempromosikan calon presiden yang diusung partai politik pilihannya.
Kesimpulan ini terekam dari hasil survei Litbang Kompas periode Agustus 2023 ini. Seperti diuji pada kelompok pemilih bakal calon presiden (capres) yang cenderung tidak bersedia membantu mengampanyekan capres yang dipilihnya, hal yang sama ditemukan pada pemilih partai politik.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Setidaknya ada empat indikator yang dijadikan ukuran sejauh mana pemilih partai politik ini bersedia aktif berkampanye mendukung calon presiden yang diusung partai politik pilihannya. Pertama, terkait sejauh mana responden mau menyebarkan informasi untuk memengaruhi orang lain agar memilih bakal capres pilihannya di media sosial. Aktivitas ini juga masuk kategori sosialisasi.
Kemudian, indikator yang kedua soal apakah responden mau menghadiri acara-acara pertemuan tatap muka para sukarelawan dari sosok bakal capres yang didukung partai politik pilihannya.
Selanjutnya, indikator ketiga terkait apakah responden bersedia terlibat dalam upaya memberikan advokasi terkait capres yang diusung partai politik pilihannya.
Advokasi ini dalam arti kemauan untuk membujuk orang lain agar memilih bakal capres pilihannya. Indikator terakhir, yakni keempat, terkait apakah responden bersedia memberikan donasi atau sumbangan, baik uang maupun barang, untuk mendukung agenda pemenangan bakal capres yang diusung partai.
Senada dengan apa yang terekam dari kelompok pemilih bakal capres, yang rata-rata dari empat pertanyaan tersebut sebagian besar responden (85,8 persen) enggan melakukannya, hal sama juga terbaca dari kelompok pemilih partai politik. Rata-rata dari empat indikator di atas, 84,5 persen terdeteksi tidak mau melakukan dan terlibat di dalamnya.
Artinya, ada gejala yang sama, kecenderungan kelompok pemilih bakal capres untuk menjadi pemilih pasif juga ditemukan pada kelompok pemilih partai politik.
Lalu, seberapa besar kelompok pemilih dari partai politik yang mengaku bersedia terlibat dalam upaya kampanye bakal capres di pemilu nanti? Jika di kelompok pemilih bakal capres rata-rata 14,3 persen bersedia menjadi pemilih aktif, di kelompok pemilih partai politik, yang bersedia aktif relatif lebih tinggi, yakni 15,6 persen.
Kelompok pemilih ini cenderung menginginkan lebih aktif sebagai pemilih untuk mengekspresikan pilihan politiknya dengan ikut mengampanyekan bakal cares pilihannya.
Jika dibandingkan dari empat indikator yang ada, sama dengan yang terjadi di kelompok pemilih bakal capres yang menunjukkan antusiasme tinggi untuk hadir dalam acara-acara sukarelawan capres, yakni 21,4 persen responden, hal yang sama terekam dari kelompok pemilih partai politik.
Rata-rata 23,4 persen kelompok pemilih partai mengaku mengikuti acara-acara sukarelawan pendukung bakal capres. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata dari tiga indikator lain, yakni menyebar informasi positif terkait bakal capres pilihannya, terutama di sosial media (15,6 persen), membujuk orang lain untuk memilih bakal capres pilihannya (17,9 persen), dan memberikan donasi untuk pemenangan capres (5,3 persen). Lebih tingginya kegiatan sukarelawan yang banyak diikuti tidak lepas dari makin maraknya kegiatan serupa menjelang masa kampanye Pemilu 2024 yang makin dekat.
Fenomena pertemuan sejumlah elite partai politik yang diikuti ribuan pendukung, terutama dalam upaya membangun koalisi pengusungan bakal capres, menjadi sinyal aktivitas ini lebih banyak muncul jelang masa pendaftaran pasangan capres dan cawapres yang akan dibuka pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.
Di luar acara deklarasi koalisi partai, acara yang digelar para sukarelawan yang digerakkan di akar rumput juga marak terjadi. Sejumlah komunitas yang menamakan diri sebagai pendukung bakal capres tertentu secara terbuka menyatakan dukungan kepada tokoh tertentu untuk menjadi presiden pada 2024 mendatang.
Fenomena munculnya sukarelawan ini semakin menguatkan bahwa kehadiran dan kemauan pemilih terlihat lebih tinggi, yang terbaca pada hasil survei Kompas periode Agustus ini.
Upaya acara sukarelawan yang kemudian dibungkus dengan ajang deklarasi dukungan ini tentu diharapkan membangun opini pada publik bahwa bakal capres yang diusung semakin banyak mendapat dukungan. Apalagi jika momentum tersebut disebarkan di media sosial, yang dalam survei Kompas merekam bagaimana kuatnya penetrasi informasi melalui kanal media sosial tersebut.
Hasil survei Kompas merekam, rata-rata pemilih bakal capres, yakni 47,1 persen responden, mengikuti pemberitaan melalui media sosial, selain televisi dan media berita daring.
Hal yang sama ditemukan pada kelompok pemilih partai politik. Sebanyak 48,1 persen dari pemilih partai lebih banyak menggunakan media sosial dalam mengikuti pemberitaan terkait pemilihan presiden.
Jika dibandingkan kelompok pemilih partai mana yang lebih antusias melibatkan diri dalam aktivitas kampanye bakal capres, pemilih dari partai-partai politik besar dan menengah cenderung menunjukkan antusiasme lebih tinggi.
Dari indikator pertama, yakni aktif melakukan sosialisasi bakal capres pilihannya di media sosial, pemilih partai PDI-P, Gerindra, dan Nasdem tergolong berada di atas rata-rata pada isu ini dari sembilan partai politik di parlemen.
Rata-rata tingkat antusiasme pemilih partai di aspek melakukan sosialisasi tentang bakal capres di media sosial ini mencapai 15,6 persen. Pemilih Partai Nasdem terekam paling antusias, yakni 32,1 persen, disusul pemilih PDI-P (17,7 persen) dan pemilih Gerindra (16,7 persen). Sementara enam partai politik lain mencatatkan angka di bawah rata-rata dari indikator sosialisasi ini.
Kemudian, pada indikator kedua, yakni kemauan untuk menghadiri acara-acara sukarelawan bakal capres, rata-rata dari sembilan partai berada di angka 23,4 persen dalam hal antusiasme pemilih. Setidaknya ada lima partai politik dengan pemilih yang cukup antusias menghadiri acara-acara sukarelawan karena angkanya di atas rata-rata, yakni pemilih Partai Nasdem (35,8 persen), PAN (28,3 persen), PKS (27,1 persen), PKB (23,6 persen), dan Gerindra (21,6 persen).
Sementara pada indikator ketiga, yakni kemauan membujuk orang lain untuk memilih bakal capres pilihannya, rata-ratanya tercatat 17,9 persen.
Dari indikator ini, ada empat partai politik dengan antusiasme pemilih melebihi rata-rata. Lagi-lagi, kelompok pemilih Nasdem terlihat paling antusias, yakni mencapai 32,1 persen, dibandingkan partai politik yang lain.
Indikator terakhir, yakni memberikan donasi, dengan rata-rata 5,3 persen semakin menegaskan bahwa tidak banyak pemilih partai yang antusias memberikan donasi untuk pemenangan bakal capres.
Namun, secara umum hampir mayoritas pemilih partai enggan melibatkan diri dalam antusiasme yang lebih dari sekadar menjadi pemilih. Pada akhirnya, partai politik memang akan lebih banyak mengandalkan kerja-kerja tim pemenangan dari bakal capres dan tim yang dibentuk oleh partai politik. (LITBANG KOMPAS)