Pandemi berakhir, wisata pun pulih. Namun, masih ada kesenjangan antara wisata di Jawa dan non-Jawa. Bagaimana solusinya?
Oleh
Gianie
·4 menit baca
Seiring dengan semakin terkendalinya pandemi Covid-19, pergerakan masyarakat untuk tujuan wisata juga semakin meningkat. Jumlah perjalanan wisatawan lokal pada tahun 2022 tumbuh 1,76 persen dibandingkan sebelum pandemi. Namun, tujuan utama perjalanan wisatawan lokal ini semakin terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Sektor pariwisata pada tahun 2022 bangkit kembali setelah dihantam pandemi. Pergerakan orang ke tempat-tempat wisata menggerakkan sektor-sektor ekonomi karena kembali tingginya biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan dan konsumsi selama berwisata. Sektor pariwisata menjadi tumpuan bagi pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2020, pemberlakuan pembatasan perjalanan telah membuat sektor pariwisata terpuruk. Jumlah perjalanan wisatawan lokal pada tahun pertama pandemi Covid-19 tersebut turun 27,4 persen dibandingkan tahun 2019.
Jumlah perjalanan wisatawan lokal pada tahun 2019 tercatat mencapai 722,16 juta perjalanan, merupakan yang tertinggi di masa sebelum pandemi. Angkanya kemudian turun menjadi 524,57 juta pada 2020. Di tahun berikutnya terjadi kenaikan sebesar 17 persen menjadi 613,3 juta perjalanan.
Di tahun ketiga pandemi, semakin banyak masyarakat yang melakukan perjalanan wisata. Terdapat kenaikan sekitar 20 persen perjalanan wisatawan lokal. Peningkatan ini membuat jumlah perjalanan wisatawan lokal tahun 2022 melampaui kondisi sebelum pandemi. Tercatat 734,86 juta perjalanan wisatawan lokal ke berbagai lokasi wisata di Tanah Air.
Kampanye pemerintah sejak tahun 2021 agar masyarakat berwisata di dalam negeri saja dengan tren tagar #DiIndonesiaAja cukup ampuh. Selain itu, tren orang Indonesia yang berwisata ke luar negeri pun melambat.
Pandemi turut memperlambat laju perjalanan wisatawan lokal yang melakukan perjalanan ke luar negeri. Akibat kebijakan pembatasan bepergian oleh pemerintah, jumlah perjalanan ke luar negeri tahun 2020 anjlok sekitar 75 persen dibandingkan tahun 2019.
Jumlah wisatawan lokal sebelum pandemi (2019) tercatat 11,69 juta orang. Sementara pada tahun 2020 jumlah wisatawan lokal hanya mencapai 2,92 juta orang. Pada tahun 2022, jumlahnya bertambah sedikit menjadi 3,54 juta (21 persen). Jumlah ini bahkan jauh lebih rendah dibandingkan satu dekade sebelum pandemi.
Dilihat dari pergerakannya, tren tujuan wisata wisatawan lokal ini terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sebenarnya tren ini sudah terpola sejak sebelum pandemi. Namun, porsinya membesar di saat pandemi.
Pada tahun 2022, mayoritas wisatawan lokal berwisata di wilayah Pulau Jawa. Jumlahnya mencapai 554,78 juta atau 75,5 persen dari total perjalanan wisnus. Porsi ini meningkat dibandingkan masa sebelum pandemi yang porsinya di bawah 70 persen. Sebelum pandemi, wisnus yang memilih destinasi wisata di Jawa sebagai tujuan wisata porsinya 62,5 persen (2019).
Meskipun pembatasan pergerakan di masa pandemi diberlakukan, masyarakat masih menyempatkan berwisata dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Destinasi wisata yang tidak perlu menyeberangi pulau menjadi tujuan karena syarat perjalanan antarpulau dengan transportasi udara lebih banyak dan ketat. Belum lagi kewajiban melakukan karantina yang menguras biaya.
Pada tahun 2020, porsi wisatawan lokal yang berwisata di Pulau Jawa meningkat menjadi 81,73 persen. Di tahun 2021 porsinya juga mirip, yakni 81,57 persen. Baru pada tahun 2022, dengan syarat perjalanan yang diperlonggar, wisatawan lokal mulai menyeberangi pulau untuk menikmati sensasi wisata yang lebih menarik.
Jika dilihat per provinsi, tiga provinsi di Jawa secara bergantian menjadi tujuan wisata utama wisatawan lokal. Sebelum pandemi (2019), Jawa Barat menjadi tujuan wisata utama wisatawan lokal dengan porsi 21 persen.
Di awal pandemi (2020), tujuan utama bergeser ke Jawa Tengah dengan porsi 25,25 persen. Setelah itu, tujuan wisatawan lokal bergeser ke Jawa Timur pada tahun 2021 (porsi 26 persen) dan berlanjut ke 2022 dengan porsi 27,3 persen.
Meski wilayah luar Pulau Jawa kurang diminati para wisatawan lokal, setidaknya terdapat empat provinsi lain yang masuk dalam sepuluh besar tujuan utama perjalanan atau wisata bagi wisatawan lokal. Keempat provinsi tersebut adalah Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Bali, dan Sulawesi Tenggara. Namun, porsi wisatawan lokal di setiap provinsi itu kurang dari 4 persen.
Bali, misalnya, wisatawan lokal yang melakukan perjalanan ke sana porsinya hanya 2 persen dari total jumlah wisatawan pada 2022. Itu sebabnya Bali terlihat lebih banyak didominasi oleh wisatawan mancanegara.
Setidaknya terdapat beberapa hal yang menyebabkan tujuan wisata terkonsentarasi di Pulau Jawa. Pertama, jumlah penduduk Indonesia memang terkonsentrasi di Pulau Jawa (56 persen) dan infrastruktur yang lebih baik di Pulau Jawa memungkinkan masyarakat bergerak lintas provinsi dengan moda transportasi darat, seperti kendaraan bermotor atau kereta api, dengan mudah dan cepat.
Kedua, tingginya biaya transportasi udara yang melayani perjalanan jarak jauh lintas pulau, terutama di saat pandemi, membuat luar Pulau Jawa kurang diminati menjadi tujuan wisata. Kondisi ini sangat terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dari pandemi.
Ketiga, jumlah destinasi dan ragam wisata yang tersedia. Keempat, karena daerah tujuan wisata yang cenderung tidak jauh, kegiatan wisata sering kali tidak membutuhkan akomodasi penginapan.
Hal ini terlihat dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan jumlah tamu domestik di hotel bintang dan non bintang di saat pandemi hingga tahun 2022 jumlahnya kurang 15 persen dari total wisnus yang melakukan perjalanan.
Namun, sarana dan prasarana pendukung di destinasi wisata, terutama akomodasi, turut menunjang kenyamanan selama berwisata. Hal ini akan menarik wisatawan lebih banyak. Kondisi sarana dan prasarana penunjang wisata di wilayah Jawa lebih baik dibandingkan dengan luar Jawa, baik dari segi ketersediaan maupun keterjangkauan.
Kondisi-kondisi inilah yang membuat ketimpangan wisata domestik terlihat. Untuk itu, kampanye wisata #DiIndonesiaAja yang sudah berjalan harus terus digulirkan dengan promosi yang lebih gencar untuk wisata di luar Jawa.
Ketimpangan ini harus diatasi untuk memeratakan pertumbuhan ekonomi sehingga tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Selain itu, juga karena pesona wisata di luar Jawa tidak kalah indah dan menarik.
Tantangan utama mengatasi ketimpangan ini terletak pada upaya meningkatkan pergerakan atau lalu lintas antarpulau dengan layanan moda transportasi udara yang terjangkau bagi masyarakat yang baru bangkit dari pandemi. Dengan demikian, sektor pariwisata akan benar-benar mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. (LITBANG KOMPAS)