Potensi pariwisata menggeliat setelah pandemi melandai. Pengembangan pariwisata berkelanjutan akan bertumpu pada pelaku wisata memperkuat dampak wisata bagi kondisi sosial, budaya, dan alam.
Oleh
Gianie
·5 menit baca
Seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia, roda ekonomi bergerak dan pariwisata bangkit kembali. Mobilitas manusia tak lagi dibatasi. Jumlah wisatawan atau turis kembali meningkat. Tak terkecuali di Indonesia. Lalu bagaimana menjadi turis yang lebih baik pascapandemi? Terutama menjadi turis yang mendukung pariwisata berkelanjutan.
Sektor pariwisata berperan sangat penting bagi perekonomian di negara-negara berkembang. Negara yang dibanjiri turis akan menikmati kenaikan konsumsi yang berimbas pada kenaikan pendapatan. Namun, pariwisata tidak lagi hanya bicara soal ekonomi, pariwisata juga harus berdampak baik bagi kondisi sosial, budaya, dan kelestarian alam/lingkungan.
Secara global, sektor pariwisata telah berkembang pesat. Dalam 50 tahun terakhir, jumlah kedatangan turis internasional meningkat dari 300-an juta orang pada tahun 1970-an menjadi sekitar 4,56 miliar orang pada tahun 2019.
Dengan peningkatan tersebut, pariwisata telah berkontribusi dalam pembukaan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi. Menurut laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang diambil dari Organisasi Buruh Internasional (ILO), sebelum pandemi Covid-19 melanda, setidaknya tercipta 334 juta pekerjaan di sektor pariwisata dan perjalanan di seluruh dunia. Namun, pariwisata juga berkontribusi pada terjadinya krisis iklim, perubahan keanekaragaman hayati, dan cara tradisional dalam menjaga alam.
Seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di berbagai belahan dunia, roda ekonomi bergerak dan pariwisata bangkit kembali.
Di tahun 2020, jumlah kedatangan turis internasional anjlok 60,3 persen menjadi 1,81 miliar orang. Pandemi memberi jeda dunia pariwisata dan kesempatan untuk memikirkan ulang bagaimana sektor pariwisata bisa bangkit menjadi lebih berdaya dan berkelanjutan. Pandemi memberi waktu istirahat bagi bumi untuk memulihkan dirinya.
Daerah-daerah destinasi wisata mulai bertransformasi mengikuti tren pariwisata berkelanjutan. Kampanye pariwisata berkelanjutan kini gencar digaungkan. Hal itu karena pariwisata tidak akan berarti jika alam dan lingkungan rusak.
Definisi pariwisata berkelanjutan menurut Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) adalah pariwisata yang memperhitungkan secara menyeluruh dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan, dalam kegiatan memenuhi kebutuhan pengunjung (wisatawan), industri, lingkungan, dan penduduk setempat.
Dengan pemikiran tersebut, pada saat peluncuran World Tourism Day 2022 yang bertema ”Rethinking Tourism” di Bali pada 27 September 2022, dirumuskanlah Sepuluh Prinsip untuk Destinasi Berkelanjutan (Ten Principles for Sustainable Destinations).
Sepuluh prinsip tersebut menjadi panduan bagi pengambil kebijakan dan pelaku industri di sektor pariwisata dan perjalanan untuk merestorasi destinasi wisata demi keberlanjutan di masa mendatang.
Kesepuluh prinsip tersebut adalah sertifikasi dan pemantauan secara ilmiah, pengembangan tenaga kerja, memprioritaskan komunitas, mengatur pengunjung, melindungi warisan, melindungi alam, produksi dan konsumsi secara bertanggung jawab, menata infrastruktur, mengelola secara efektif, dan membangun ketahanan.
Semua pihak harus mengambil peran dalam menjalankan sepuluh prinsip tersebut, termasuk masyarakat yang menjadi turis. Dari sepuluh prinsip tersebut, terdapat empat prinsip atau cara yang memandu turis untuk bisa menjadi turis yang lebih baik, yang mendukung pariwisata berkelanjutan.
Pertama, turis sebaiknya mengunjungi tempat-tempat yang memprioritaskan adanya komunitas lokal. Selain pengalaman yang mengesankan bagi turis karena bersentuhan langsung dengan penduduk lokal, dampak ekonominya pun akan menguntungkan masyarakat lokal secara langsung.
Wisata perdesaan, misalnya, berinteraksi dengan komunitas lokal akan memberi rasa dan pengalaman yang kaya akan kehidupan tradisional perdesaan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.
Kedua, turis sebaiknya memilih destinasi wisata yang mengutamakan konservasi alam dan lingkungan. Wisata laut, misalnya, dengan menyaksikan kehidupan binatang-binatang laut, mereka akan tergerak untuk memberikan perlindungan agar tidak punah.
NINA SUSILO
Menumpangi kapal, Presiden Joko Widodo meninjau kawasan wisata laut Bunaken, Jumat (5/7/2019).
Ketiga, jadilah konsumen yang bertanggung jawab dengan mendukung destinasi yang mempromosikan konsumsi berkelanjutan lewat makanan lokal dan manajemen pengelolaan sampah yang efektif. Turis bertanggung jawab untuk tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyebabkan lingkungan terdegradasi.
Keempat, turis harus ikut melindungi budaya dan warisan lokal. Pengalaman wisata budaya menjadi salah satu sumber daya pariwisata berkelanjutan. Oleh sebab itu, pemanfaatannya harus dibatasi untuk daya tahan ke depan yang lebih baik dan jangka panjang.
Dari penekanan prinsip yang dikeluarkan WEF, Indonesia memiliki peluang menggaet turis internasional lebih banyak yang menginginkan pariwisata berkelanjutan berkembang. Betapa banyak destinasi wisata di Indonesia yang menyajikan keunikan komunitas lokal.
Juga wisata bertema konservasi alam seperti kehidupan bawah laut dan taman nasional. Yang tak kalah penting adalah wisata bertema budaya dan warisan lokal yang mendunia. Semua ini potensi besar untuk memulihkan sektor pariwisata.
Sebagaimana global, pariwisata Indonesia ikut terpukul karena pandemi. Jumlah wisatawan asing pada tahun 2020 hanya tercatat sekitar 4 juta orang atau turun 75 persen dibandingkan tahun 2019 yang mencapai lebih dari 16 juta orang. Pada tahun berikutnya, jumlah wisatawan asing yang ke Indonesia masih turun sebanyak 61 persen menjadi hanya 1,56 juta orang.
Pascapandemi, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kini aktif mengembangkan pariwisata berkelanjutan lewat program Desa Wisata untuk seluruh wilayah Indonesia yang memiliki beragam budaya dan keunggulan.
Program Desa Wisata dianggap memiliki kekuatan yang besar untuk mendorong pemulihan perekonomian Indonesia, memberdayakan masyarakat sekaligus membuka lapangan kerja.
Promosi pariwisata berkelanjutan ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno pada Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, tanggal 4 Mei 2022.
Sejak awal tahun 2022, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia mulai meningkat. Dalam periode Januari-Juli, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia sudah mencapai 1,22 juta orang, naik 1.434 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
ISTIMEWA/ANGKASA PURA I BANDARA I GUSTI NGURAH RAI
Foto dokumentasi Humas PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, menampilkan suasana di bandara ketika kedatangan penumpang rute internasional, Rabu (16/2/2022).
Jumlah terbanyak masuk lewat Bandara Internasional Ngurah Rai dan Soekarno-Hatta. Diperkirakan sampai dengan akhir tahun ini, jumlah wisatawan asing ke Indonesia bisa mencapai 2 juta orang.
Banyaknya kegiatan yang bertaraf internasional telah mendorong masifnya turis asing datang ke Indonesia, terutama yang terkait dengan rangkaian acara pertemuan Kelompok 20 (G20) yang puncaknya akan berlangsung di Bali pada November mendatang.
Namun, pemerintah masih memiliki pekerjaan besar memberi pendampingan terkait pengembangan pariwisata berkelanjutan bagi pengelola-pengelola desa wisata agar dapat memiliki kualitas desa wisata yang baik. (LITBANG KOMPAS)