Peringkat Pariwisata Indonesia Meningkat
Seiring terkendalinya pandemi dan pulihnya ekonomi, sektor pariwisata perlahan bangkit. Jumlah kedatangan turis internasional seperti kondisi sebelum pandemi diprediksi paling cepat pada 2024.
Seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19 dan pulihnya perekonomian secara global, sektor pariwisata negara-negara di dunia perlahan bangkit.
Skor indeks pariwisata Indonesia dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, menurut versi World Economic Forum (WEF), meningkat 3,4 persen. Kenaikan itu menyebabkan peringkat Indonesia juga naik dari posisi ke-44 menjadi ke-32 dari 117 negara yang dinilai.
Pada Mei 2022, WEF memublikasikan laporan Indeks Pembangunan Pariwisata dan Perjalanan 2021 (Travel and Tourism Development Index/TTDI 2021). Kali ini temanya terkait dengan pemulihan akibat pandemi Covid-19, yakni membangun kembali daya tahan dan keberlanjutan pariwisata di masa depan.
Skor indeks pariwisata Indonesia dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, menurut versi World Economic Forum atau WEF meningkat 3,4 persen.
WEF menyebutkan datangnya pandemi telah menghancurkan sektor pariwisata hampir di semua negara. Pada laporan tahun 2019, pertumbuhan pada sektor perjalanan dan pariwisata (travel and tourism) sempat mencatat rekor baru.
Hal itu karena berdasarkan data World Tourism Organization, lembaga di bawah PBB (UNWTO), jumlah kedatangan seluruh turis di semua negara telah mencapai 1,4 miliar orang pada 2018. Jumlah ini tercapai dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan prediksi.
Dua tahun kemudian, wajah pariwisata seluruh dunia berubah drastis akibat terpukul pandemi. Ekonomi merosot, destinasi wisata tutup karena perjalanan dibatasi. Penerbangan internasional pun terhenti karena banyak pemerintahan negara-negara melarang warganya bepergian untuk meredam penularan virus.
Namun, sejak redanya gelombang pandemi akibat varian Delta, banyak negara mulai membuka pintunya untuk kedatangan turis asing, termasuk Indonesia. Pariwisata mulai pulih. Hal ini tidak lepas dari paradigma sektor pariwisata bisa menjadi penggerak bangkitnya perekonomian, baik secara global maupun lokal. Puluhan juta orang di seluruh dunia bekerja di sektor ini.
Meski demikiam, pelaku perjalanan internasional tetap menerapkan kehati-hatian demi kesehatan pribadi dan lebih jauh lagi terkait dampak jangka panjang Covid-19 terhadap kebijakan negara-negara.
Baca juga: Kebangkitan Pariwisata untuk Bangkitkan Ekonomi Masyarakat
Sepuluh besar
Dibandingkan dengan 2019, skor Indeks Pembangunan Pariwisata dan Perjalanan 2021 cenderung stagnan. Angkanya hanya naik 0,1 persen. Banyak negara yang mengalami pemburukan sektor pariwisata selama dua tahun belakangan, tetapi banyak pula yang sebaliknya sehingga skor cenderung tidak berubah.
Pariwisata negara-negara maju mendominasi skor yang tinggi, terutama pada kelompok sepuluh besar. Jepang berada di peringkat teratas dengan skor 5,2 (skala 1-7). Disusul oleh Amerika Serikat dengan skor yang sama. Meski skor kedua negara tersebut sama, Jepang menempati posisi teratas karena mengalami kenaikan skor dibandingkan dengan 2019 sebesar 0,7 persen. Sementara skor AS turun 1 persen dalam periode yang sama.
Setelah Jepang dan AS, kelompok sepuluh besar didominasi oleh negara-negara maju di Eropa, yakni Spanyol, Perancis, Jerman, Swiss, Inggris, dan Italia. Dari kawasan Asia-Pasifik masuk dalam sepuluh besar adalah Australia di peringkat ke-7 dan Singapura di peringkat ke-9.
Indonesia yang digolongkan WEF masuk dalam kategori negara berpendapatan menengah ke bawah menempati peringkat ke-32, naik 12 peringkat dibandingkan dengan 2019 yang berada di peringkat 44. Skor indeks pariwisata Indonesia di angka 4,4 pun meningkat cukup signifikan, yakni 3,4 persen.
Namun, peningkatan skor sebanyak ini bukan yang tertinggi dalam indeks kali ini. Adalah Vietnam yang mengalami penambahan skor indeks terbanyak, yaitu 4,7 persen. Sebuah pencapaian perbaikan yang mengesankan dari negara yang juga berpendapatan menengah ke bawah. Skor Vietnam adalah 4,1. Akan tetapi, secara peringkat Vietnam hanya naik 8 tingkat dari posisi 60 ke 52.
Jika dilihat per kawasan regional, Indonesia masuk dalam kelompok sepuluh besar pariwisata yang berkembang di Asia.
Peningkatan skor yang cukup besar juga dialami Mesir (4,3 persen), dengan peringkat satu tingkat di atas Vietnam. Sementara negara yang perkembangan pariwisatanya menurun tajam adalah Inggris, yakni turun 4,5 persen. Meski demikian, Inggris bisa bertahan berada di kelompok sepuluh besar tertinggi, di peringkat ke-8. Sebelumnya, ia berada di peringkat ke-3.
Jika dilihat per kawasan regional, Indonesia masuk dalam kelompok sepuluh besar pariwisata yang berkembang di Asia. Dalam kelompok ini, Indonesia berada di urutan ke-6 setelah Jepang, Singapura, China, Korea Selatan, dan Hong Kong. Semua negara tersebut adalah negara maju di Asia. Posisi Indonesia hanya lebih baik dari Thailand, Malaysia, Vietnam, dan India.
Thailand dengan skor 4,3 berada di peringkat ke-36 dunia, tidak jauh dari posisi Indonesia. Malaysia dan India termasuk yang mengalami penurunan skor dan peringkat.
Malaysia mengalami penurunan skor dibandingkan dengan 2019 sebanyak 3 persen sehingga peringkatnya pun turun dari posisi ke-29 ke posisi ke-38. Sedangkan India skornya kali ini turun 2,6 persen sehingga peringkatnya bergeser dari ke-46 menjadi ke-54.
Indeks Pembangunan Pariwisata dan Perjalanan 2021 kali ini memperbandingkan kondisi pariwisata di 117 negara. Namun, dibandingkan dengan 2019, terdapat pengecualian 23 negara yang tidak dinilai, termasuk Rusia dan Ukraina yang tengah berkonflik. Juga Brunei Darussalam di Asia Tenggara.
Skor indeks merupakan agregat dari lima bagian subindeks, yang terdiri dari 17 pilar dan 112 indikator yang terdistribusi ke dalam masing-masing pilar.
Lima subindeks yang menyusun skor agregat adalah faktor penguat/memungkinkan, kebijakan pendukung pariwisata dan perjalanan, infrastruktur, sumber daya yang mendorong permintaan pariwisata, serta pariwisata dan perjalanan yang berkelanjutan.
Akan tetapi, dari kenaikan skor dan peringkat yang dialami Indonesia, tidak diketahui secara detail Indonesia unggul di subindeks yang mana dan lemah di bagian apa.
Baca juga: Pengembangan Agenda Pariwisata Olahraga Mesti Profesional dan Konsisten
Strategi bersama
Dari laporan WEF kali ini, terdapat satu hal yang menjadi sorotan bersama, yakni pulihnya pariwisata negara-negara di dunia saat ini berlangsung tidak merata dan masih rapuh. Pasar pariwisata belum sepenuhnya terbuka. Faktor perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, misalnya, salah satu yang memengaruhi proses pemulihan sektor pariwisata.
Perang mendisrupsi kestabilan dan pemulihan ekonomi, bahkan ketidakpastian yang berlangsung hingga sekarang dapat menimbulkan dampak jangka panjang. Oleh sebab itu, penting didukung secara bersama pengakhiran konflik berkepanjangan ini.
Pariwisata dunia harus maju bersama untuk bangkit. WEF juga menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 telah menimbulkan krisis di kepariwisataan dengan potensi hilangnya produk domestik bruto (GDP) dunia dari sektor ini sebesar 4,5 triliun dollar Amerika Serikat. Juga hilangnya 62 juta pekerjaan di sektor ini di seluruh dunia pada tahun 2020 saja.
Agar pulih bersama, setiap negara perlu menjalankan strategi pariwisata yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berdaya tahan. Setiap negara harus terbuka bagi negara yang lain.
Agar pulih bersama, setiap negara perlu menjalankan strategi pariwisata yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berdaya tahan.
Untuk itu, hambatan-hambatan atau pembatasan-pembatasan yang masih ada harus diakhiri. Selain memperbaiki infrastruktur industri pariwisata, investasi di bidang kesehatan dan keamanan juga mesti ditingkatkan untuk keselamatan pelaku perjalanan internasional.
Pada Januari 2022 telah terjadi peningkatan jumlah kedatangan turis internasional sebanyak 18 juta orang dibandingkan dengan kondisi Januari 2021. Namun, jumlah ini masih 67 persen di bawah kondisi tahun 2019.
Prediksi dari panel ahli di UNWTO menyebutkan, jumlah kedatangan turis internasional yang seperti kondisi sebelum pandemi paling cepat baru akan terjadi pada 2024. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Dua Jurus Menjaring Wisatawan Mancanegara