Pengembangan Agenda Pariwisata Olahraga Mesti Profesional dan Konsisten
Demi mengulang kesuksesan dampak ekonomi dari MotoGP Mandalika 18-20 Maret 2022, pemerintah berharap semakin banyak agenda acara penyelenggaraan pariwisata olahraga. Tantangannya adalah profesionalitas dan konsistensi.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengklaim penyelenggaraan MotoGP Mandalika pada 18–20 Maret 2022 memberikan tambahan terhadap produk domestik bruto regional dan nasional. Penyelenggaraan acara pariwisata olahraga lain diharapkan semakin berkembang setelah kegiatan MotoGP Mandalika.
Selain infrastruktur memadai, pengembangan acara pariwisata olahraga butuh peran swasta, terutama sebagai penyelenggara acara (organizer) profesional yang mampu menciptakan kalender acara serta menggaet sponsor.
Dalam konferensi pers mingguan, Senin (30/5/2022) sore, di Jakarta, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kepala Baparekraf) Sandiaga S Uno mengatakan, telah ada riset dampak ekonomi penyelenggaraan MotoGP Mandalika pada 18–20 Maret 2022 yang mereka lakukan. Acara MotoGP Mandalika itu berkontribusi menaikkan produk domestik regional bruto (PDRB) Nusa Tenggara Barat (NTB) 1,46 persen dibandingkan setahun sebelumnya. Jika didetailkan, PDRB NTB sektor penyediaan makanan dan minuman mendapat kenaikan 1,04 persen, sedangkan transportasi dan pergudangan 0,74 persen.
”Nilai tambah ke perekonomian Indonesia triwulan I-2022 sebesar Rp 4,5 triliun. Pencapaian ini di luar perkiraan kami yang hanya sebesar Rp 700 miliar-Rp 800 miliar,” ujarnya.
Penyelenggaraan MotoGP Mandalika turut meningkatkan 71 persen jumlah pelaku usaha. Sekitar 23 persen pelaku usaha baru itu berasal dari luar NTB.
Sekitar 46 persen dari total pelaku usaha yang mendukung acara, kata Sandiaga, berlatar belakang skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebagian besar produk mereka adalah kuliner, diikuti kriya, dan mode.
”UMKM di sana pun mengalami penambahan pendapatan,” ujarnya.
Menurut dia, pemerintah masih akan merilis evaluasi menyeluruh atas penyelenggaraan MotoGP Mandalika, bukan sekadar evaluasi dampak ekonomi. Menurut rencana, laporan evaluasi keseluruhan akan diumumkan awal Juli 2022.
Pada akhir tahun 2022, Pertamina Mandalika International Street Circuit yang dipakai untuk penyelenggaraan MotoGP Mandalika telah dijadwalkan pemakaiannya untuk ajang World Superbike. Sandiaga menceritakan, akan ada agenda pariwisata otomotif yang memakai Sirkuit Mandalika. Dia mendorong pemerintah daerah aktif terlibat berkolaborasi dalam urusan pengembangan agenda penggunaan sirkuit itu.
”Tentu saja, kami amat menaruh perhatian terhadap upaya-upaya peningkatan pemakaian Sirkuit Mandalika sebab pembangunannya menggunakan anggaran pemerintah dan BUMN. Acara - acara pariwisata olahraga di sana semestinya bisa digarap secara kolaboratif antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan internasional,” tuturnya.
Lebih jauh, Sandiaga menyampaikan, masih banyak potensi acara pariwisata olahraga bisa digali dan diselenggarakan di Indonesia. Dia mengapresiasi pemerintah daerah yang telah mulai menggali potensi itu. Sebagai contoh, Belitung dengan acara Belitung Triathlon, Let’s Go Belitung Golf, dan Sunday Morning Ride. Acara tersebut berlangsung pekan lalu dan berhasil mendatangkan 1.000 wisatawan yang di antaranya berasal dari luar negeri.
Bulan depan, DKI Jakarta juga akan menyelenggarakan acara Formula E. Sekitar 14.000 dari total 52.000 tiket telah terjual dan 52 persen pembelinya adalah warga negara asing.
”Perolehan pendapatan dari penyelenggaraan acara pariwisata olahraga bisa mencapai triliunan rupiah,” imbuhnya.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi B Sukamdani saat dihubungi terpisah berpendapat, pengembangan pariwisata olahraga membutuhkan keseriusan mulai dari urusan infrastruktur, sarana/prasarana, hingga penyelenggara acara. Yang masih kerap terjadi adalah infrastruktur dan sarana/prasarana olahraga telah tersedia, tetapi belum ada penyelenggara acara yang profesional.
Akibatnya, sejumlah infrastruktur dan sarana/prasarana olahraga cenderung menjadi mangkrak. Padahal, di antara fasilitas itu dibangun menggunakan anggaran negara.
”Agenda acara pariwisata olahraga harus konsisten diadakan alias terjadwal dalam kalender acara. Penyelenggara acara yang profesional bisa membuatkan. Jika ada kalender acara, sponsor akan masuk mendanai,” ujarnya.
Penyelenggara acara pariwisata olahraga tidak harus dari instansi pemerintah. Pelaku industri swasta yang memiliki hasrat di bidang olahraga dan bisnis yang seharusnya berperan maksimal. Haryadi memandang pemerintah seharusnya mendukung dari sisi penyediaan infrastruktur dan sarana/prasarana.
”Inggris adalah salah satu contoh negara yang sukses mengembangkan pariwisata olahraga. Selain Liga Inggris (sepak bola), di Inggris terdapat kejuaraan Wimbledon (tenis) dan All England (bulu tangkis). Indonesia bisa mulai memetakan pertandingan/turnamen olahraga yang rutin, lalu dibuatkan kalender acara,” lanjutnya.