Tank Gelombang Pertama dari Barat untuk Ukraina
Ukraina dikabarkan akan mendapat kiriman bantuan alutsista tank tempur sebanyak 120-140 unit pada paket gelombang pertama dari 12 negara sekutu Barat.
Upaya Ukraina menggalang bantuan alat utam sistem persenjataan dari sejumlah negara mulai membuahkan hasil. Menteri Luar Negeri Ukraina menyatakan akan ada 120-140 unit tank yang rencananya akan dikirimkan oleh 12 negara sebagai bantuan gelombang pertama.
Garis medan pertempuran saat ini terbentang sepanjang lebih kurang 1.000 kilometer di sebelah timur dan tenggara wilayah Ukraina. Empat provinsi yang masih diduduki pihak Rusia antara lain Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson.
Sepanjang musim dingin, pertempuran Ukraina-Rusia mengalami sejumlah kebuntuan di kedua belah pihak. Meski demikian, pertempuran masih berlangsung utamanya di empat provinsi yang masih dikuasai Rusia tersebut. Dari keempat provinsi itu, hanya Kherson yang menjadi provinsi yang memiliki kemajuan signifikan bagi pertempuran militer Ukraina. Pada November 2022, tentara Ukraina berhasil memukul pasukan Rusia hingga mundur menyeberangi Sungai Dinpro yang menjadi perbatasan antara Provinsi Kherson dan Provinsi Mykolaiv. Keberhasilan ini belum diikuti daerah lainnya, bahkan baru-baru ini pasukan Ukraina kewalahan mempertahankan kota Bakhmut di Provinsi Donetsk dari serangan pasukan Rusia.
Hingga saat ini, belum ada serangan berskala besar yang dilancarkan baik oleh pihak Ukraina maupun Rusia. Menurut Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov, ada indikasi bahwa Rusia berencana melakukan serangan skala besar pada 23 Februari atau 24 Februari mendatang (2/2/2023). Spekulasi Reznikov mengacu pada momen peringatan Russia’s Defender of the Fatherland Dayyang jatuh pada 23 Februari. Selain itu, juga karena bertepatan dengan momen setahun invasi Rusia merangsek wilayah Ukraina pada 24 Februari.
Ancaman serangan berskala besar itu didukung oleh kabar bahwa Rusia melakukan mobilisasi pasukan yang diperkirakan mencapai 500.000 tentara ke medan pertempuran di Ukraina. Hal ini diperkuat juga oleh pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Moskwa memobilisasi 300.000 tentara wajib militer untuk menyokong kampanye militer invasi di wilayah Ukraina.
Untuk menghadapi ancaman skala besar tersebut, pasukan Ukraina membutuhkan sejumlah alutsista dalam jumlah yang cukup. Dengan segala keterbatasan yang dihadapi Ukraina akibat peperangan itu, maka salah satu opsi untuk memperkuat pertahanannya adalah dengan meminta bantuan kepada negara-negara Barat. Presiden Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa dengan dukungan tank, jet tempur, dan misil jarak jauh bisa memperbesar peluang keberhasilan serangan balik Ukraina terhadap posisi Rusia (2/2/2023).
Dari sejumlah alutsista yang dibutuhkan, Zelenskyy menyatakan bahwa Ukraina setidaknya membutuhkan 300-500 tank untuk melancarkan serangan terhadap kedudukan Rusia di wilayah Ukraina (27/1/2023). Pernyataan ini disampaikan sesaat setelah Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman menyatakan sepakat untuk mengirim bantuan militer berupa sejumlah tank tempur (main battle tank).
Peranan tank sangat strategis dalam berbagai arena pertempuran. Sejarah membuktikan bahwa tank merupakan salah satu elemen penting dalam pergerakan ofensif yang dapat menembus pertahanan lawan. Salah satu contohnya adalah saat pertempuran Cambrai di Perancis pada November 1917. Untuk memecah kebuntuan perang parit ketika Perang Dunia I, pihak Inggris mengerahkan ratusan tank dalam operasi ofensif terhadap pertahanan Jerman.
Pada mulanya tank Inggris berhasil membuat pertahanan parit Jerman kewalahan. Namun, momentum tersebut tidak didukung pergerakan pasukan infanteri dan elemen pendukung lainnya yang sama cepatnya dengan laju serangan tank. Hal ini berujung pada terpukul mundurnya kembali Inggris ke posisi semula sebab tank yang sudah menembus garis pertahanan lawan mengalami kerusakan dan tidak memperoleh dukungan yang memadahi.
Pada konteks pertempuran Ukraina dengan Rusia, bagaimana peluang Ukraina dengan adanya bantuan tank dari barat? Apakah akan berdampak signifikan bagi kemenangan pasukan Ukraina atau kah tetap tak berdaya menghadapi pasukan Rusia beserta alutsistanya?
Baca juga: Ukraina Sudah Dapat Tank Sebanyak Kemauannya
Tank sekutu
Kabar terkini sudah terkonfirmasi bahwa ada 120-140 tank tempur yang rencananya akan dikirim sebagai paket gelombang pertama bantuan alutsista militer untuk Ukraina. Bantuan tersebut berasal dari 12 negara-negara sekutu Barat yang sepakat menyisihkan sebagian alat tempurnya untuk mendukung upaya militer Ukraina mendorong balik pasukan Rusia.
Tidak ada rincian terkait jumlah dan jenis tank yang akan dikirimkan pada gelombang pertama. Namun, beberapa di antaranya dapat diidentifikasi seperti tank jenis Leopard 2 yang dijanjikan oleh sejumlah negara. Di antaranya dari Kanada sebanyak 4 unit, dari Jerman dan Polandia masing-masing 14 unit. Sementara itu, dari Inggris akan mengirimkan tank jenis Challenger 2 sebanyak 14 unit dan dari Amerika Serikat tank tipe M1 Abrams sebanyak 31 unit.
Selain negara-negara tersebut, masih ada sederet negara lain yang terbuka kemungkinan turut menyumbankan tank tempurnya ke Ukraina, seperti Spanyol, Belanda, Denmark, Finlandia, dan Norwegia. Khusus untuk Perancis, untuk sementara ini masih belum memutuskan apakah jadi mengirim tank tempurnya, Leclerc, untuk mendukung upaya militer Ukraina.
Terkait dengan strategi pemanfaatan tank dalam pertempuran di Ukraina, Hamish de Bretton-Gordon, mantan kolonel dari kesatuan Resimen Tank Kerajaan Inggris (British Army’s Royal Tank Regiment), menyampaikan pandangan analisis strateginya kepada BBC (29/1/2023). Ia menyatakan bahwa dengan medan tempur yang terbentang hingga 1.000 kilometer, pasukan Ukraina perlu memusatkan serangan baliknya pada lokasi tertentu dengan bentang operasi militer lebih kurang 20 kilometer.
Serangan balik dalam formasi terkonsentrasi baru dapat dikatakan mumpuni apabila melibatkan setidaknya 70 tank dalam satu operasi ofensif. Dengan demikian, De Bretton Gordon memandang bahwa 100 tank bantuan dari negara barat mampu memberi dampak signifikan terhadap serangan balik Ukraina apabila eksekusi di lapangan berjalan dengan baik.
Selain tank, ada pula tambahan paket bantuan alutsista dari negara Barat berupa 30 artillery self-propelled guns serta kendaraan tempur dari Inggris untuk mengangkut pasukan di medan perang. Inggris juga memberikan bantuan berupa unit penyapu ranjau serta kendaraan instalasi jembatan darurat. Amerika Serikat turut menyediakan alutsista pendukung operasi serangan balik berupa 100 unit ranpur Bradley dan Stryker. Sementara itu, Jerman mengirimkan 40 ranpur jenis Marder.
Ujung tombak
Ditinjau dari spesifikasinya, di atas kertas tank Barat, yaitu Leopard 2, Challenger 2, dan M1 Abrams, terbilang unggul jika berhadapan dengan tank Rusia, seperti T-72. Namun, skenario head-to-head antartank bisa dibilang hanya satu dari sekian tantangan yang bakal dihadapi oleh tank dari Barat.
Ancaman justru muncul dari serangan senjata antitank, ranjau darat, serta yang paling mutakhir yaitu serangan dari drone. Potensi kendala juga muncul dari segi infratruktur di mana beberapa jembatan sengaja dihancurkan untuk kepentingan strategis militer. Bobot tank negara Barat rata-rata 20 ton lebih berat dibandingkan dengan T-72 yang dioperasikan Ukraina dan Rusia. Jadi, ada kemungkinan terjadinya kendala terkait jalur tank pada jalannya pertempuran nanti.
Baca juga: Tank-tank Utama yang Ditunggu Ukraina
Peran tank tidak berdiri sendiri dalam aksi menembus pertahanan lawan. Tank menjadi ujung tombak serangan untuk memberi efek kejut dan menggentarkan pihak lawan. Kelincahan dan daya gempur yang begitu besar dengan meriam 120 milometer menjadikan tank mampu mengampu peran sebagai ujung tombak serangan.
Salah satu keunggulan tank barat yang tidak banyak dimiliki oleh tank Rusia adalah sistem penginderaan malam yang superior. Dengan keunggulan ini, De Bretton Gordon berpendapat bahwa salah satu strategi yang bisa digunakan Ukraina yaitu serangan kejutan di malam hari. Tank Rusia yang mampu menandingi penginderaan malam tank Barat yaitu T-90. Namun, diperkirakan kehadiran T-90 di medan pertempuran Ukraina hanya sedikit jika dibandingkan dengan T-72.
Tantangan di lapangan
Efektivitas dan keberhasilan tank di medan pertempuran juga bergantung pada kemampuan dan keuletan awak yang mengoperasikannya. Tank dari Barat membutuhkan 4 personel, yaitu sebagai pengemudi, penembak, pengisi peluru meriam, dan komandan tank. Sementara itu, tank pihak Pakta Warsawa seperti T-72 hanya diawaki oleh 3 orang, tugas pengisi peluru meriam dikerjakan oleh sistem otomatis yang dikendalikan oleh penembak.
Tentara Ukraina yang dominan menggunakan persenjataan era Soviet harus mempelajari dan beradaptasi dengan sistem persenjataan dari Barat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi oleh calon awak personel tank barat. Walaupun dilengkapi dengan teknologi canggih tetapi jika tidak diawaki oleh personel yang mumpuni, sebuah tank akan menjadi sia-sia dan bahkan jadi sasaran empuk pihak lawan.
Belum lagi terkait dengan jalur logistik yang senantiasa harus dijaga supaya lancar. Tank Barat yang umumnya berbobot di atas 60 ton memiliki mesin berdaya yang besar sehingga membuat belanja bahan bakar di pihak Ukraina menjadi bertambah. Sebagai perbandingan, konsumsi solar pada T-72 rata-rata 2,6 liter per kilometer di lintasan jalan rata, sedangkan untuk lintasan off road mesin diesel V-12 dengan 780 tenaga kuda menegak 3,8 liter solar per kilometernya. Dengan demikian, apabila melintas di jalur jalanan, T-72 mampu menempuh jarak 600 kilometer dengan kapasitas tangki bahan bakar 1.590 liter.
Sementara itu, di antara tiga jenis tank dari Barat, Leopard 2 merupakan tank yang terbilang paling irit bahan bakar. Di atas kertas, dengan 1.160 liter solar pada tangki bahan bakarnya tank ”Leo” mampu menempuh 500 kilometer. Artinya rata-rata konsumsi bahan bakarnya 3 liter per kilometer. Lebih irit dibandingkan Challenger 2 yang memerlukan 3,5 liter per kilometer di jalan rata dan 6,4 liter per kilometer di lintasan off road.
Baca juga: Mustahil Menerobos Hanya Dengan Abrams dan Leopard
M1 Abrams menjadi tank paling boros bahan bakar di antara dua tank Barat lainnya. Dengan kapasitas tangki bahan bakar 1.909 liter, jarak maksimal yang bisa ditempuh hanya 497 kilometer pada lintasan jalanan yang rata. Belum lagi bahan bakar M1 Abrams berupa avtur atau bahan bakar pesawat sebab mesinnya berupa turbin gas yang lazim terpasang di helikopter dan pesawat terbang. Namun, dengan tipe mesin ini, M1 Abrams memiliki sejumlah keunggulan karena bisa ditenagai oleh beragam bahan bakar seperti solar, minyak tanah, dan bensin. Selama di medan pertempuran, M1 Abrams sangat jarang diberi bahan bakar selain avtur. Jadi, agak menyulitkan dan membutuhkan anggaran lebih banyak lagi.
Kehadiran tank di medan pertempuran Ukraina akan menambah daya gempur dan penetrasi bagi pasukan Rusia. Namun, alutsista ini juga membutuhkan dukungan aspek logistik yang memadai agar maksimal beroperasi di medan laga. Tanpa perencanaan yang matang, maka tank tempur tersebut hanya akan menjadi sasaran empuk yang relatif mudah ditaklukkan.
Namun, apabila terorganisasi secara baik, tank-tank tempur itu akan menjadi benteng bergerak yang mematikan kekuatan lawan. Apalagi, tank bisa diposisikan dalam formasi menyerang dan bertahan untuk melindungi suatu wilayah. Dalam perang modern sekalipun yang menuntut mobilitas pasukan dan amunisi secara cepat, peranan tank tetap sangat penting untuk meraih keberhasilan operasi pertempuran di darat.
Kehadiran tank tidak hanya berdampak secara strategis, tetapi juga dapat berefek secara psikis untuk menaikkan moral dan daya juang pasukan yang bertempur di darat. Jadi, kehadiran tank dari negara-negara Barat tersebut sangat besar potensinya dalam memompa daya juang dan optimisme warga Ukraina dalam menghadapi peperangan melawan Rusia. (LITBANG KOMPAS)