Sebenarnya Ukraina sudah mendapat ratusan tank dari Amerika Serikat dan sekutunya. Sebagian T-72 dibeli AS dan sekutunya dari berbagai negara. Sebagian lagi dihibahkan bekas anggota Pakta Warsawa
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Paris, Sabtu - Ukraina mengklaim sudah dijanjikan menerima setidaknya 321 tank sekelas M1 Abrams dan Leopard. Jumlah itu melebihi kebutuhan minimal Ukraina untuk membuat terobosan dalam perang.
Duta Besar Ukraina di Paris Vadym Omelchenko mengatakan, janji itu disampaikan berbagai negara. “Banyak negara secara resmi mengonfirmasi persetujuan memasok 321 tank ke Ukraina,” ujarnya, Jumat (27/1/2023) malam waktu Paris atau Sabtu dini hari WIB.
Memang belum ada kepastian kapan tank-tank itu akan tiba di Ukraina. “Mereka (negara) yang menjanjikan tank untuk Ukraina, menyatakan hal berbeda,” kata dia.
Sementara menanti tank tiba, Ukraina akan fokus pada pelatihan prajuritnya agar bisa memakai dan merawat beragam tank itu. Selama puluhan tahun, Ukraina terbiasa dengan tank standar Pakta Warsawa. Sementara Amerika Serikat dan sekutunya kini menjanjikan tank standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi pernah menyatakan, negaranya butuh paling tidak 300 tank tempur utama untuk membuat terobosan dalam perang. Dengan pernyataan Omelchenko, Ukraina sudah mendapat melebihi harapan Zaluzhnyi.
Sebenarnya Ukraina sudah mendapat ratusan tank dari Amerika Serikat dan sekutunya. Sejak perang meletus, setidaknya 400 tank T-72 diberikan AS dan sekutunya ke Ukraina. Tank dari era Uni Soviet itu lebih ringan dibandingkan M1 Abrams AS atau Leopard buatan Jerman.
Sebagian T-72 dibeli AS dan sekutunya dari berbagai negara lalu diberikan ke Ukraina. Sebagian lagi dihibahkan bekas anggota Pakta Warsawa di Eropa Timur.
Selain tank, Washington dan sekutunya memberikan aneka persenjataan dan amunisi standar Pakta Warsawa ke Ukraina. Pilihan itu diambil agar pasukan Ukraina tidak perlu lalu berlatih memakainya. Seperti Rusia dan sejumlah negara Eropa Timur, Ukraina terbiasa memakai persenjataan standar Pakta Warsawa dan Uni Soviet. Bahkan, sebagian pabrik persenjataan itu ada di Ukraina.
Kini, sebagian pabrik itu menjadi tempat perakitan dan perawatan aneka persenjataan standar NATO yang diberikan AS dan sekutunya. Fasilitas-fasilitas itu kerap jadi sasaran serangan udara Rusia selama perang berlangsung hampir setahun.
Perbaikan
Omelchenko mengatakan, Ukraina memahami jika tank tidak bisa segera dikirimkan. Sebab, sebagian tank yang dijanjikan itu harus diperiksa dan diperbaiki ulang agar bisa dipakai di Ukraina. Sebagian tank yang dijanjikan itu tersimpan di gudang berbagai negara.
Hal itu antara lain diungkap Menteri Pertahan Spanyol Margarita Robles. “Di Zaragoza ada Leopard yang tidak terpakai dalam waktu lama. Kami akan memeriksa mana yang bisa dipakai di Ukraina,” ujarnya.
Madrid belum bisa memastikan jumlah tank yang akan dikirimkan ke Kyiv. Spanyol menyimpan 53 dari 108 Leopard 2 miliknya di Zaragoza. Madrid membeli tank-tank itu senilai 17 miliar euro pada 2006.
Sejauh ini, Madrid mungkin akan memberikan Leopard versi 2A4 di Zaragoza. Spanyol tidak membuka peluang memberi Leopard 2E ke Ukraina. Tidak pula dibuka peluang memberi Leopard 2A4 di Ceuta dan Melilla. “Kami sudah berkomunikasi dengan pihak terkait yang siap bekerja sama penuh untuk memeriksa dan mempersiapkan tank yang akan dikirim,” kata dia.
Ia tidak menampik, sebagian Leopard 2 di Zaragoza dalam kondisi menyedihkan dan tidak mungkin dikirimkan ke Ukraina. Sebagian lagi bisa diperbaiki lalu dikirimkan ke Kyiv. Setelah memeriksa gudang di Zaragoza, tidak tertutup kemungkinan Madrid akan terpaksa mengambil suku cadang dari tank-tank yang sudah tidak mungkin diperbaiki.
Robles juga mengatakan, Spanyol siap membantu melatih tentara Ukraina menggunakan dan merawat Leopard. Tawaran serupa telah diberikan sejumlah negara. “Latihan sama pentingnya dengan pengiriman,” kata dia.
Mantan Panglima Komando Operasi AS di Eropa Jenderal (Purn) Frederick Hodges mengatakan hal senada. Latihan menggunakan dan merawat amat penting untuk memastikan keberlanjutan pengoperasian aneka persenjataan.
Selain itu, Ukraina juga perlu sadar untuk tidak bersandar pada tank saja. “Tidak ada senjata pamungkas dalam perang. Semua persenjataan hanya mangkus kalau digunakan bersama dengan berbagai jenis lain. Panser seperti Bradley atau Marder digunakan bersama tank untuk menghasilkan pukulan lebih baik. Kemampuan beroperasi kelompok tempur itu harus dilatih,” tuturnya.
Ia juga mengingatkan, amat penting memastikan jalur pasok suku cadang. NATO tidak mungkin mengirimkan prajuritnya untuk mengantarkan suku cadang dan merawat aneka persenjataan yang dipasok ke Ukraina. Titik terdekat pasokan NATO ke Ukraina ada di pangkalan Rzesow, Polandia. Dari sana, aneka persenjataan dan suku cadang serta amunisinya dikirim lewat kereta dan mobil ke Ukraina.
Sikap Jerman
Sementara itu Jerman tidak hanya mengizinkan dan memberikan Leopard ke Ukraina. Berlin juga mengumumkan pengiriman baru rudal untuk artileri pertahanan udara (Arhanud) Iris-T. Jerman memberikan arhanud itu ke Ukraina setelah salah satu rudal arhanud Ukraina malah jatuh lalu meledak di Polandia. Berlin juga memberikan sejumlah truk dan aneka kendaraan angkut persenjataan ke Kyiv.
Jerman kini sedang mempersiapkan pengiriman 14 Leopard ke Ukraina. Belum diketahui kapan tank-tank itu akan diterima Ukraina. Berlin juga akan mengirimkan tambahan dua unit radar pertahanan udara TRML-4D dalam empat bulan mendatang. Pada Oktober 2022, Kyiv sudah menerima satu unit TRML-4D.
Ada pun Sekretaris Jenderal Partai Sosial Demokratik (SPD) Jerman Kevin Kühnert mengatakan, penggunaan tank yang dihibahkan ke Kyiv tidak perlu dibatasi. “Ukraina sedang berusaha merebut kembali wilayahnya,” kata politisi partai berkuasa di Jerman itu.
Karena itu, Ukraina seharusnya tidak dilarang memakai Leopard untuk merebut lagi Semenanjung Crimea dari Rusia. Bagi Jerman dan banyak negara, Semenanjung Crimea wilayah Ukraina. “Tujuan perang ini sudah ditegaskan Ukraina : merebut lagi seluruh wilayahnya yang diduduki Rusia,” kata dia. (AFP/AP)