Tank-tank Utama Yang Ditunggu Ukraina
IISS menyebut, paling sedikit butuh 100 tank sekelas Abrams agar Ukraina bisa merebut lagi wilayahnya dari Rusia
Sebuah kajian menyebutkan, butuh sedikitnya 100 tank sekelas Abrams agar Ukraina bisa merebut kembali wilayahnya yang diduduki pasukan Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy getol bicara di berbagai forum menyampaikan permintaan bantuan tank kepada negara-negara NATO. Belakangan, mulai ada respons. Hanya saja belum diketahui berapa dan kapan tank akan tiba di Ukraina.
Juru bicara Pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit, akhirnya mengumumkan bahwa Berlin setuju soal pengiriman tank Leopard 2 ke Kyiv. ”Pemerintah Federal memutuskan tank tempur Leopard 2 bisa disediakan untuk angkatan bersenjata Ukraina,” ujarnya, Rabu (25/1/2023).
Batalyon pertama Leopard 2 akan segera dikirim ke Ukraina dalam beberapa pekan mendatang. Berlin tidak menjelaskan dari mana tank itu diambil. Dalam laporan pada 13 Januari 2023, International Institute for Strategic Studies (IISS) menyebut setidaknya ada 660 Leopard 2 di Jerman. Berlin juga masih punya Leopard 1 yang tak diketahui jumlah pastinya.
Baca juga : Kyiv Masih Harus Sabar Menanti Tank Leopard 2
Pada Selasa, Rheinmetall mengumumkan, terdapat 139 Leopard di gudangnya dan siap dikirimkan ke Ukraina. Polandia dan sejumlah pengguna Leopard 2 telah lebih dulu mengumumkan siap memberikan tank tempur utama buatan Jerman itu ke Ukraina.
Sementara Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah menjajaki pengiriman 30 tank M1 Abrams ke Ukraina. Pekan lalu, Jerman berkeras hanya akan mengirimkan Leopard apabila AS juga mengirimkan Abrams.
Persetujuan Berlin dan penjajakan Washington menandai babak baru perang Ukraina. Selama ini, AS memilih membeli aneka persenjataan buatan Uni Soviet di berbagai negara. Tank, meriam, hingga peluru dibeli dari sejumlah negara, lalu dikirimkan ke Ukraina. Langkah itu dipilih karena tentara Ukraina sudah puluhan tahun terbiasa mengoperasikan berbagai persenjataan buatan Uni Soviet.
Namun, pasokan itu ternyata tidak cukup untuk memukul Rusia. Bahkan, Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley menyebut tentara Ukraina tidak punya kapasitas untuk membuat terobosan dengan kondisi sekarang. Dengan persenjataan dan taktik sekarang, Ukraina akan sulit merebut lagi wilayah yang diduduki Rusia.
Oleh karena itu, AS mendesak Ukraina mengalihkan kekuatan dari palagan timur ke palagan selatan. Desakan antara lain disampaikan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer dan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Bahkan, seperti dilaporkan The New York Times, AS sampai mempertimbangkan memberi Ukraina senjata yang bisa menjangkau Semenanjung Crimea.
Kepada CNN, sejumlah pejabat pertahanan AS menyebut persetuan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memberi tank tempur utama ditujukan untuk perubahan fokus itu. Sayangnya, Zelenskyy keberatan menerima ide itu.
Baca juga Ukraina Pecat Sejumlah Wakil Menteri dan Gubernur karena Korupsi
Ia berpendapat, Bakhmut harus dipertahankan dengan harga apa pun. Zelenskyy malah yakin, kejatuhan Bakhmut akan membuat Rusia semakin merangsek ke seluruh Donetsk.
Pertempuran di sekitar Bakhmut membuat Ukraina kehilangan banyak cadangan persenjataan. Padahal, masih banyak palagan lain perlu dipertahankan. Rusia pun ditaksir semakin kehabisan amunisi.
Dari rata-rata 20.000 butir, kini Rusia hanya menembakkan rata-rata 5.000 rudal, roket, dan mortar setiap hari. Tembakan Ukraina tentu lebih sedikit lagi jumlahnya.
Selama ini, Ukraina menggunakan persenjataan dan amunisi era Uni Soviet serta cadangan sendiri dan hibah AS serta sekutunya. Ukraina juga memakai persenjataan standar NATO.
Sejak menerima meriam standar NATO pada April 2022, Ukraina mulai bisa melayani pertempuran jarak jauh yang dilancarkan Rusia. Meriam itu senjata berat berjangkauan jauh pertama yang dikirimkan AS dan sekutunya ke Ukraina.
AS juga mengirimkan peluncur roket gerak cepat, HIMARS, pada Juni 2022. Langkah ini membuat Ukraina punya artileri medan (armed) dan bisa bertempur jarak jauh dengan Rusia. Meski demikian, tetap saja Rusia unggul karena punya rudal. Dan berulang kali, rudal itu tidak bisa ditangkis sistem pertahanan Ukraina.
Baca juga Eropa Buka Peluang Beri Tank ke Ukraina, AS Tarik Peluru Darurat Israel
Setelah insiden rudal artileri pertahanan udara (arhanud) Ukraina salah arah dan meledak di Polandia, baru AS setuju mengirimkan arhanud ke Ukraina. Selain arhanud, NATO dan mitranya juga menjanjikan pengiriman aneka jenis panser.
Meski demikian, seperti disoroti Milley, tidak ada terobosan berarti di medan perang. Apalagi di garis depan palagan timur, praktis terjadi pertempuran parit. Setiap hari praktis Rusia-Ukraina hanya bertukar wilayah yang diduduki di garis depan yang membentang setidaknya 1.000 kilometer.
Zelenskyy tidak menutupi frustrasinya atas kondisi itu. Ia mendesak AS dan sekutunya memberikan tank agar Ukraina bisa merangsek maju tanpa khawatir menjadi sasaran artileri Rusia. Belakangan, Perancis berjanji mengirimkan Leclerc, Inggris mengapalkan Challenger, Jerman mengekspor Leopard, dan AS memberikan M1 Abrams.
”Pertanyaannya bukan soal keampuhan kendaraan itu. Pertanyaan adalah kapan kendaraan itu bisa dipakai di garis depan?” kata Jenderal (Purn) Robert Abrams.
Mantan Panglima Komando Operasi AS di Korea Selatan tersebut menyoroti persetujuan pengiriman tank. Selama bertugas, ia berpengalaman dengan tank M1 Abrams yang dinamai sesuai dengan mendiang ayahnya, Jenderal (Purn) Creighton Abrams.
Di antara empat tank itu, Abrams paling banyak jumlahnya dan relatif paling berbeda. Abrams memakai mesin helikopter angkut taktis yang dimodifikasi agar bisa dipakai di tank. Mesin AGT1500 di Abrams sedianya dirancang untuk helikopter sekelas Apache dan Skyhawk. Oleh karena itu, kinerja terbaik Abrams tercapai apabila tank itu menggunakan bahan bakar untuk pesawat.
Baca juga Korupsi Kembali Guncang Ukraina
Perang Teluk 1991 menjadi medan perang pertama Abrams. Tank-tank era Uni Soviet yang dimiliki Irak dengan mudah dihancurkan Abrams. Afghanistan, Somalia, dan Yaman juga menjadi tempat Abrams pernah beraksi. Paling tidak, ada 20 Abrams rusak atau hancur di Yaman. Tidak diketahui apa senjata yang dipakai untuk menghancurkan tank itu.
Sejak pertama kali dioperasikan pada 1980, lebih dari 10.000 unit Abrams telah dibuat dengan berbagai varian. Versi terbaru, M1A2T SEPv4, tengah dikembangkan. Abrams antara lain dilengkapi peluru yang bisa menembus lapisan baja tank lain.
Dari empat tank yang dijanjikan NATO ke Ukraina, hanya Abrams dan Leopard 2 masih diproduksi badannya. Abrams diproduksi di AS. Sementara badan Leopard dibuat di Yunani. Jerman, pembuat dan pemakai pertama Leopard, tidak lagi membuat badan baru untuk tank itu. Jerman hanya memperbaiki badan lama dan memberikan sejumlah peningkatan untuk berbagai varian mutakhir Leopard 2.
Dalam laporan per 13 Januari 2023, International Institute for Strategic Studies (IISS) menyebut, terdapat 2.223 Leopard 2 di seluruh Eropa. Ada pula 316 Leopard 2 di Turki. Sejumlah negara di luar Eropa juga mengoperasikan Leopard.
Seperti Abrams, Leopard 2 juga pernah diterjunkan ke sejumlah palagan. Perang saudara Serbia 1999, perang Irak 2003, perang Afghanistan, hingga perang Suriah jadi medan pembuktian Leopard 2.
Di Suriah, setidaknya tiga Leopard 2 dihancurkan dengan senjata antitank buatan era Uni Soviet, Konkurs. Media Jerman, Die Welt, juga melaporkan ada Leopard Turki dihancurkan di Suriah dengan 9m133-Kornet buatan Rusia.
Abrams dan Leopard 2 sama-sama menggunakan laras meriam buatan Rheinmetall. Adapun Leclerc yang lebih muda dan lebih sedikit menggunakan laras meriam buatan Perancis.
Tank Perancis yang sudah dihentikan produksinya itu juga lebih kecil dibandingkan dengan Abrams dan Leopard 2. Sampai sekarang tidak sampai 1.000 unit Leclerc diproduksi.
Bersama Abrams, Leclerc dioperasikan di Yaman. Sebelum itu, Leclrec dipakai pasukan penjaga perdamaian di Kosovo. Di Yaman, salah satu Leclerc juga menjadi korban Konkurs.
Seperti Leclerc, Challenger 2 sudah dihentikan produksinya oleh Inggris. Tank yang baru beroperasi mulai 1998 itu, antara lain, diterjunkan dalam perang Afghanistan dan Irak. Di Irak, salah satu awak Challenger 2 salah tembak dan menghancurkan Challenger 2 lain.
Tidak hanya paling muda, Challenger 2 juga paling sedikit jumlahnya. Seperti Leclerc, jumlah Challenger 2 juga tidak sampai 1.000 unit. Meski demikian, London berjanji memberikan hingga 14 Challenger 2 untuk Kyiv.
Sedikit lebih ringan dari Leopard dan sedikit lebih berat dari Leclerc, Challenger 2 harus menggunakan peluru berbeda. Sebab, Challenger 2 menggunakan laras berulir. Abrams, Leopard, dan Leclerc menggunakan laras tanpa ulir.
Belum diketahui berapa total tank utama akan didapat Ukraina. IISS menyebut, paling sedikit butuh 100 tank sekelas Abrams agar Ukraina bisa merebut lagi wilayahnya dari Rusia.
(AFP/AP/REUTERS)