Analisis Litbang ”Kompas”: Mengakselerasi Perekonomian Negara-negara Anggota ASEAN
Keketuaan ASEAN 2023 menjadi momentum bagi Indonesia untuk memimpin negara-negara anggota ASEAN untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Namun, tantangan geopolitik dan ekonomi yang dihadapi tidak ringan.
Oleh
Gianie
·4 menit baca
Setelah tahun lalu sukses dalam rangkaian presidensi Kelompok 20 (G20), tahun ini Indonesia akan kembali membuktikan perannya dalam keketuaan ASEAN. Pada Indonesia tersemat harapan untuk dapat melakukan terobosan dan inovasi dalam menghadapi berbagai tantangan di kawasan dan global, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Keketuaan ASEAN tahun ini resmi berada di tangan Indonesia yang berlangsung sejak 1 Januari 2023 hingga 31 Desember 2023. Posisi ini momentum bagi Indonesia untuk memimpin negara-negara anggota ASEAN untuk bangkit bersama-sama dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 dan sejahtera bersama.
Pandemi Covid-19 tak terkecuali juga memperburuk perekonomian negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Di tahun 2020, pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota ASEAN sebagian besar terkontraksi menjadi negatif.
Hanya sedikit negara yang meski mengalami penurunan, tidak sampai menjadi negatif. Negara itu adalah Vietnam, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Laos. Pertumbuhan ekonomi Brunei Darussalam turun dari 3,9 persen tahun 2019 menjadi 1,1 persen pada 2020.
Vietnam turun dari 7,4 persen menjadi 2,9 persen pada periode yang sama. Sementara Myanmar turun dari 6,8 persen menjadi 3,2 persen dan Laos turun dari 5,5 persen menjadi 0,5 persen.
Di tahun berikutnya, Laos mampu bangkit dengan mencatat pertumbuhan menjadi 2,5 persen. Vietnam masih mengalami penurunan ke angka 2,6 persen, sedangkan Brunei Darussalam turun ke angka minus 1,6 persen. Penurunan drastis yang berlanjut ke tahun kedua pandemi dialami Myamnar, yakni menjadi -17,9 persen.
Di luar keempat negara tersebut, pertumbuhan ekonomi negara anggota ASEAN lainnya di tahun pertama pandemi sudah langsung anjlok ke posisi di bawah nol persen. Kejatuhan yang paling dalam dialami Filipina yang anjlok dari 6,1 persen (2019) menjadi -9,5 persen (2020). Disusul Thailand yang turun dari 2,2 persen menjadi -6,2 persen.
Pada Indonesia tersemat harapan untuk dapat melakukan terobosan dan inovasi dalam menghadapi berbagai tantangan di kawasan dan global.
Malaysia turun dari 4,4 persen menjadi -5,5 persen. Sementara Indonesia dari 5 persen menjadi -2,1 persen. Adapun Singapura, satu-satunya negara maju di ASEAN, juga turun dari 1,1 persen menjadi -4,1 persen pada tahun pertama pandemi.
Di tahun kedua pandemi, rata-rata perekonomian negara-negara ASEAN perlahan bangkit. Kenaikan yang cukup tinggi ditunjukkan oleh Singapura dan Filipina dengan perekonomian yang tumbuh masing-masing menjadi 7,6 persen dan 5,7 persen.
Indonesia tumbuh moderat ke angka 3,7 persen, tidak jauh berbeda dengan Malaysia dan Kamboja yang bangkit masing-masing menjadi 3,1 persen dan 3 persen.
Laporan dari Bank Indonesia akhir Januari 2023 menunjukkan pertumbuhan ekonomi lima negara anggota ASEAN yang merupakan negara berkembang, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, yang dikenal dengan istilah ASEAN-5, pada tahun 2020 terkontraksi menjadi -3,4 persen. Namun, di tahun 2021 angkanya terkoreksi naik menjadi 3,4 persen.
Kontraksi ekonomi yang dialami ASEAN-5 pada 2020 tidak sedalam yang dialami negara-negara maju, seperti rata-rata Eropa yang mencapai -6,1 persen atau Jepang yang -4,6 persen.
Namun, kebangkitan ekonomi di ASEAN-5 tahun 2021 lebih lambat dibandingkan negara-negara maju yang rata-rata 5,2 persen. Kecuali Jepang yang juga termasuk lambat karena pada tahun 2021 hanya tumbuh sekitar 1,7 persen.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN - LAILY RACHEV
Presiden RI Joko Widodo menerima palu dari Perdana Menteri Kamboja Hun Sen sebagai simbol estafet keketuaan ASEAN dari Kamboja ke Indonesia pada Upacara Penutupan KTT ke-40 dan ke-41 serta KTT terkait lainnya di Hotel Sokha Phnom Penh, Minggu (13/11/2022). Indonesia menjadi ketua ASEAN per 1 Januari 2023.
Tahun 2022, kebangkitan ekonomi ASEAN-5 mengungguli rata-rata global dan negara-negara maju. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 tahun lalu rata-rata 5 persen, sementara di tingkat global hanya tumbuh 3 persen. Adapun negara-negara maju rata-rata hanya tumbuh 2,5 persen.
Untuk tahun 2023 dan 2024, perekonomian ASEAN-5 tetap akan lebih tinggi dibandingkan global dan negara-negara maju meskipun bayangan resesi menghantui. Indonesia sendiri diprediksi BI bisa tumbuh kisaran 4,5-5,3 persen tahun 2023 dan 4,7-5,5 persen pada 2024.
Berdasarkan proyeksi Bank Dunia yang dilansir pada Januari 2023, Vietnam, Filipina, dan Kamboja merupakan negara selain Indonesia di kawasan Asia yang memiliki pertumbuhan yang kuat di tahun 2023. Pertumbuhan ekonomi Vietnam 2023 diprediksi akan mencapai 6,3 persen, Filipina 5,4 persen, dan Kamboja 5,2 persen.
Dengan bangkitnya perekonomian setelah pandemi, kesejahteraan negara-negara ASEAN diharapkan dapat meningkat pula. Saat ini terdapat kesenjangan kesejahteraan yang cukup lebar di antara negara-negara anggota ASEAN.
Berdasarkan data Bank Dunia, hanya Singapura dan Brunei Darussalam yang tergolong dalam kelompok negara berpendapatan tinggi (high income) dilihat dari indikator GNI per kapita. Singapura per 2021 pendapatan per kapitanya mencapai 64.010 dollar AS, sedangkan Brunei Darussalam sebesar 30.320 dollar AS.
Tiga negara termasuk dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income), yaitu Malaysia (10.710 dollar AS), Thailand (7.090 dollar AS), dan Indonesia (4.180 dollar AS). Indonesia baru di tahun 2021 naik kelas menjadi kelompok menengah atas karena pada 2020 pendapatan per kapitanya turun ke tingkat 3.870 dollar AS.
Lima negara lainnya, yaitu Vietnam (3.590 dollar AS), Filipina (3.550 dollar AS), Laos (2.500 dollar AS), Kamboja (1.580 dollar AS), dan Myanmar (1.170 dollar AS), masih merupakan negara kelompok pendapatan menengah bawah (lower-middle income).
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Presiden Joko Widodo menyapa warga dalam parade Kick Off Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (29/1/2023). Presiden Joko Widodo resmi membuka keketuaan Indonesia di ASEAN 2023. Acara tersebut menjadi pembuka dari rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada Mei 2023 di Labuan Bajo dan KTT ASEAN Plus di Jakarta pada September 2023.
Timor Leste, yang keanggotaannya secara resmi di ASEAN baru diakui pada 11 November 2022 di Kamboja, pun masuk dalam kelompok berpendapatan menengah bawah dengan GNI per kapita tahun 2021 sebesar 1.140 dollar AS.
Vietnam dan Filipina yang diprediksi Bank Dunia tahun ini dan tahun depan memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat bisa jadi akan segera naik kelas ke kelompok negara berpendapatan menengah atas.
Secara umum, kebangkitan ekonomi di Asia yang akan mendorong peningkatan kesejahteraan bertumpu pada sektor industri yang berorientasi ekspor dan perdagangan. Dalam Asia Outlook 2023 yang dikeluarkan The Economist Intelligence Unit disebutkan, kawasan Asia Tenggara masih menjadi fokus para investor untuk pengembangan manufaktur sebagai alternatif selain China.
Secara umum, kebangkitan ekonomi di Asia yang akan mendorong peningkatan kesejahteraan bertumpu pada sektor industri yang berorientasi ekspor dan perdagangan.
Pun ASEAN diuntungkan oleh perjanjian perdagangan bebas yang akan memperlancar rantai pasok perdagangan. Transportasi dan infrastruktur digital akan lebih berkembang dalam menopang kegiatan ekonomi. Sektor pariwisata juga akan menjadi sumber pertumbuhan baru yang menggerakkan konsumsi masyarakat.
Meski demikian, tantangan stabilitas ekonomi akan sangat dipengaruhi oleh suhu politik di beberapa negara ASEAN yang akan menyelenggarakan pemilu, seperti Thailand di tahun ini dan Indonesia tahun depan.
Risiko politik di Indonesia akan lebih tinggi ketika persiapan pemilu sudah dimulai tahun ini. Dalam kondisi geopolitik-ekonomi seperti itulah, keketuaan ASEAN tahun 2023 oleh Indonesia menghadapi ujian yang tidak ringan. (LITBANG KOMPAS)