Milenial Lebih Matang Mempersiapkan Masa Pensiun
Persiapan masa pensiun yang lebih matang bila konsisten diterapkan akan membawa angin segar untuk masa yang akan datang. Bukan tidak mungkin akan dapat memutus jebakan generasi “sandwich”.
Pensiun selalu identik dengan masa tua sehingga sebagian besar masyarakat baru mempersiapkan pensiun ketika sudah mendekati masanya. Namun, saat ini sebagian generasi muda sudah mulai mempersiapkan masa depan dan hari tuanya.
Menghabiskan masa pensiun dengan nyaman adalah impian semua orang. Lokasi di mana masa tua itu akan dihabiskan pun menjadi sangat menentukan. Pasalnya, tidak semua daerah mampu menjanjikan lingkungan yang sehat dan asri seperti yang diidamkan mayoritas calon pensiunan. Oleh sebab itu, lokasi tujuan pensiun umumnya sudah ditentukan jauh-jauh hari sesuai kriteria yang diinginkan para calon pensiunan.
Kenyataan tersebut terjaring dari hasil jajak pendapat Kompas tentang daerah idaman masa pensiun yang diselenggarakan pada Oktober 2022 lalu. Tiga dari lima responden jajak pendapat mengakui sudah menentukan kota tujuan yang mereka pilih untuk menikmati masa tua. Kota atau kabupaten yang dipilih itu tersebar di berbagai wilayah. Ada yang memilih daerah tempat asalnya, memilih domisilinya saat ini, daerah lain yang dirasa lebih cocok, hingga bercita-cita tinggal di luar negeri.
Hanya saja, dilihat berdasarkan latar belakang generasi, sepertinya terdapat perbedaan dalam berstrategi menyiapkan masa pensiun. Makin dewasa usia responden maka kesiapan menghadapi masa pensiun lebih tinggi dari pada generasi yang berusia lebih muda. Salah satu indikasinya terlihat dari keputusan menentukan kota tujuan pensiun yang umumnya sudah dimiliki para generasi senior. Generasi yang lebih muda seperti kaum Milenial misalnya, cenderung terpaut sedikit lebih rendah dalam hal pilihan menentukan daerah tujuan masa pensiun dari golongan di atasnya.
Fenomena tersebut dikarenakan kaum Milenial cenderung masih belum menetap tempat tinggalnya. Generasi berusia 24-39 tahun itu masih memiliki daya eksplorasi yang tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Tidak sedikit yang masih berpindah-pindah lokasi pekerjaan sehingga memungkinkan untuk menemukan kota-kota baru lainnya yang dirasa tepat untuk dihuni di masa tua. Oleh sebab itu, kota tujuan pensiun belum terlalu menjadi fokus penting para kaum Milenial.
Baca juga: Kriteria Daerah Impian Masa Pensiun
Hal ini berbeda dengan generasi X (40-55 tahun) dan baby boomers (lebih dari 56 tahun) yang cenderung sudah lebih mapan tempat tinggalnya. Kelompok usia ini umumnya sudah berkeluarga sehingga mayoritas sudah memiliki rumah yang menjadi domisili secara tetap. Alhasil, kota untuk menghabiskan masa pensiun justru lebih mudah mereka tentukan. Sebagian besar memutuskan untuk menetap di mana mereka tinggal saat ini.
Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil jajak pendapat yang menunjukkan semakin dewasa usia responden maka pilihan kota tujuan pensiun mereka umumnya tidak berbeda dengan kota domisili saat ini. Alias tidak berpindah ke kota lainnya lagi. Apalagi, peluang generasi X dan baby boomers untuk berpindah-pindah tempat kerja relatif sudah tak seluas generasi Milenial.
Kesiapan Milenial
Kendati relatif sedikit yang sudah menentukan kota tujuan pensiun, bukan berarti golongan muda tidak mempersiapkan apa pun untuk masa tuanya. Khususnya generasi Milenial, mereka cenderung lebih mempersiapkan kebutuhan penunjang hari depan seperti membeli aset dan tabungan. Hal ini diakui oleh dua per tiga responden Milenial ketika ditanyakan persiapan untuk hari tua kelak. Hanya sepertiga responden Milenial yang mengaku belum mempersiapkan apa pun. Jumlah tersebut lebih kecil jika dibandingkan generasi lainnya.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa generasi Milenial merupakan kelompok umur yang memiliki persiapan paling baik untuk masa depan dan hari tuanya. Bahkan, mengalahkan persiapan generasi yang lebih senior.
Hampir separuh responden dari masing-masing generasi X dan baby boomers mengatakan belum ada alokasi khusus yang mereka persiapkan untuk pensiun. Padahal, generasi ini sebagian besar sudah mendekati atau bahkan sudah memasuki masa pensiun.
Boleh jadi orientasi generasi X dan baby boomers ini masih terfokus untuk biaya pendidikan anak, menyiapkan pernikahan anak, atau menuntaskan cicilan rumah dan kendaraan.
Sementara itu, sebagian besar responden generasi paling muda (kurang dari 24 tahun) menyatakan belum mempersiapkan masa pensiun sama sekali. Bisa jadi karena golongan generasi Z ini masih fokus pada dunia pendidikan. Mayoritas responden kelompok usia ini masih berstatus pelajar dan mahasiswa.
Perbedaan persiapan yang dilakukan berbagai generasi itu menunjukkan kaum Milenial terlihat paling bersemangat mengamankan kesejahteraan di masa depannya. Ada sejumlah prasarana yang sudah dipersiapkan mulai saat ini. Tiga dari 10 responden milenial mengakui mempersiapkan aset berupa rumah atau pun tanah. Mereka yang sudah menyiapkan aset ini sebagian besar sudah menentukan kota tujuan pensiun. Umumnya, kota yang dipilih sebagai tujuan hari tua ini berkait dengan lokasi aset yang dimiliki sekarang.
Baca juga: Sistem Pensiun Indonesia Mesti Direformasi
Prasana lain yang dipersiapkan kelompok Milenial untuk hari tua yang lebih baik adalah dengan memiliki usaha. Hal ini senada dengan cita-cita generasi Milenial untuk mengisi masa pensiunnya dengan berwirausaha. Setidaknya setengah dari responden milenial menyatakan hal demikian.
Secara umum, berwirausaha memang menjadi kegiatan utama yang dipilih sebagian besar responden secara keseluruhan (42,3 persen) untuk menghabiskan masa pensiun. Namun, porsi berwirausaha generasi Milenial menjadi yang terbesar dibandingkan generasi lainnya.
Selain berwirausaha, ada sejumlah kegiatan lainnya yang ingin dilakukan para responden untuk mengisi masa pensiunnya. Sekitar 20 persen responden yang berasal dari kelompok Milenial, generasi X, dan baby boomers menginginkan mengisi kegiatan masa tuanya dengan bercocok tanam. Berkebun memang cocok dilakukan para pensiunan karena aktivitasnya relatif ringan dan minim risiko. Selain itu, memberi manfaat bagi kesehatan karena lebih banyak berinteraksi dengan alam.
Aktivitas lain berikutnya yang diinginkan para responden di masa tua kelak adalah menghabiskan waktu bersama keluarga. Kegiatan family time ini menjadi harapan yang diutarakan oleh sekitar 18 persen responden secara keseluruhan.
Kegiatan lainnya yang juga tak luput dari angan-angan para responden di masa tuanya nanti adalah traveling danmenekuni hobi. Selain itu, juga keinginan meningkatkan spiritualisme dengan mendekatkan diri pada Tuhan serta berinteraksi dan membantu masyarakat di sekitarnya..
Prasarana lain yang juga turut dipersiapkan oleh sebagian responden dalam menghadapi masa tua adalah dana pensiun. Dari berbagai golongan usia, persiapan dana pensiun dari kaum Milenial relatif paling besar dibandingkan generasi lainnya. Porsi Milenial yang mempersiapkan dana ini mencapai 15,9 persen, sedangkan pada generasi baby boomers, X, dan Z masing-masing masih belum mencapai 10 persen. Dana pensiun yang dipersiapkan umumnya berbentuk investasi hingga tabungan.
Baca juga: Mengonstruksi Masa Pensiun Impian
Kecenderungan Milenial mempersiapkan dana pensiun lebih baik daripada generasi lainnya tak lepas dari kian meleknya golongan ini dalam berinvestasi. Satu indikasinya terlihat dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang menunjukkan terjadi peningkatan jumlah investor Milenial di Indonesia. Pada Oktober 2022, jumlah investor Milenial di Indonesia mencapai 81,3 persen atau bertambah lebih dari 4 persen dalam kurun hampir dua tahun. Pada Desember 2020 lalu, jumlah investor dari kaum Milenial baru berada pada kisaran 77 persen.
Tampaknya, pandemi menjadi momentum yang turut menyadarkan masyarakat akan pentingnya berinvestasi, tak terkecuali generasi muda. Apalagi, saat ini banyak sekali pilihan cara berivestasi yang relatif efisien dan dapat dipelajari oleh semua kalangan masyarakat. Salah satunya berupa transaksi di pasar modal yang dapat dilakukan melalui ponsel pintar. Maka tak heran jika kaum Milenial yang identik dengan kecakapan dalam bidang teknologi itu turut aktif berinvestasi melalui kanal tersebut.
Dengan kesadaran berinvestasi yang tinggi maka secara tidak langsung turut mendidik para golongan muda untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Memperoleh pendapatan yang cukup serta mampu memiliki sejumlah aset yang terus meningkat nilai ekonominya dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, kaum muda khususnya kelompok Milenial memiliki persiapan yang semakin baik untuk masa depannya.
Persiapan yang relatif lebih matang tersebut bila konsisten diterapkan akan membawa angin segar untuk masa yang akan datang. Bukan tidak mungkin literasi investasi sejak dini ini akan dapat memutus jebakan generasi “sandwich”. Optimisme tersebut setidaknya terindikasi dari dua hal.
Pertama, seluruh responden, terutama generasi Milenial lebih memilih untuk mengisi masa pensiun dengan berwirausaha. Artinya, setidaknya tetap ada jaminan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka di masa tua.
Dengan kata lain, potensi mereka menjadi beban bagi generasi setelahnya akan lebih kecil. Seandainya tetap memerlukan sokongan dana dari generasi di bawahnya, sepertinya tidak akan sebesar ketika para pensiunan sama sekali tidak memiliki pendapatan.
Indikasi kedua adalah relatif sedikitnya generasi Z dan Milenial yang ingin menghabiskan masa pensiunnya bersama anak atau keluarga anak-anaknya. Dengan demikian, anak para calon pensiunan ini akan lebih fokus pada kehidupan rumah tangganya masing-masing. Para orang tuanya pun dapat melalui masa pensiuannya tanpa harus membebani anak keturunannya. Hal ini akan lebih menyehatkan dari segi finansial maupun psikologis di kedua belah pihak.
Situasinya akan berbeda ketika para pensiunan tinggal bersama anak mereka. Mau tidak mau sang anak harus turut memikirkan keberlangsungan hidup orang tua mereka yang sudah tidak produktif. Alhasil, jebakan generasi “sandwich” akan terus berkelanjutan.
Bagaimanapun juga setiap orang pasti mengharapkan masa tua yang sehat, aman, dan nyaman setelah puluhan tahun harus bekerja keras. Oleh karena itu, masa pensiun menjadi sangat penting dipersiapkan sejak dini. Tak hanya pilihan lokasi kota pensiun, tetapi juga beragam prasarana dan fasilitas penunjang di masa tua kelak. (LITBANG KOMPAS)