Kriteria Daerah Impian Masa Pensiun
Tinggal di kota yang bersih, tenang, dan nyaman menjadi impian banyak orang saat menikmati masa pensiun. Daerah bernuansa ”desa-kota” itu menjadi incaran untuk dihuni di masa tua.

Widiastuti (kanan), pensiunan guru sekolah menengah atas di Surabaya, Jawa Timur, mengisi waktu bersama kedua cucunya, Calulla Putri dan Malik Omar, serta menantunya, Mila Siregar, di taman sekitar rumahnya di Depok, Jawa Barat, Kamis (13/8/2015). Sejak pensiun 2004 lalu, Ia memilih tinggal dekat dengan anak dan cucunya.
Tinggal di daerah yang nyaman, bersih, aman dan dekat dengan keluarga menjadi impian setiap orang ketika memasuki masa pensiun. Tidak sedikit masyarakat yang sudah merencanakan menetap di daerah impian ”masa senjanya” itu jauh-jauh hari. Lantas, seperti apa kriteria daerah yang menjadi impian sebagian orang untuk menikmati masa pensiun itu?
Ada sejumlah daerah yang mendapat julukan sebagai ”kota pensiun”. Di antaranya, Purwokerto dan Salatiga di Jawa Tengah, Bandung dan Bogor di Jawa Barat, serta Banyuwangi di Jawa Timur. Di luar itu, masih banyak daerah lain yang juga mendapat julukan serupa.
Bukan tanpa alasan daerah tersebut terkenal menjadi ”kota peristirahatan”. Ada karakteristik yang mirip-mirip dari kota-kota pensiun itu hingga mendapat julukan sedemikian rupa. Daerah itu umumnya cenderung sepi, tidak banyak pusat keramaian serta aktivitas ekonomi. Sektor jasa, perdagangan, dan industri relatif tidak terlalu mendominasi aktivitas perekonomian wilayah bersangkutan. Biasanya, di daerah yang identik dengan pensiunan ini, penopang perekonomian wilayahnya bertumpu pada sektor agraris.
Selain itu, warga asli daerah tersebut, terutama kelompok usia produktif, banyak yang merantau ke pusat-pusat perkonomian di luar kota. Ketika sudah memasuki masa pensiun, sebagian kaum migran itu kemudian kembali ke kampung halamannya untuk menetap. Hal inilah yang menyebabkan daerah-daerah tersebut terkesan sebagai kota pensiun karena memang menjadi pilihan menghabiskan masa tua bagi warganya yang sudah lama merantau.
Fenomena perantau ”pulang” dan menetap di kampung halamannya itu tidak sepenuhnya berlaku demikian. Pasalnya, ada juga sebagian kaum perantau lain yang justru memilih kota atau daerah selain tempat asalnya sebagai tujuan peristirahatan masa pensiun. Bagi mereka, masa pensiun setelah berpuluh-puluh tahun bekerja harus dinikmati di daerah yang dirasa nyaman dan cocok. Ada sejumlah kriteria yang diinginkan oleh sebagian masyarakat tentang kota impian masa tuanya kelak. Ada yang memilih di daerah relatif sunyi di kampung halaman hingga bermukim sampai akhir hayat di luar negeri.
Kenyataan tersebut terjaring dari hasil jajak pendapat Kompas tentang daerah idaman masa pensiun yang diselenggarakan pada Oktober lalu. Sebagian besar responden, sekitar 79 persen, menyebutkan memiliki daerah impian untuk menghabiskan masa pensiun. Kota atau kabupaten yang dipilih itu tersebar di sejumlah daerah. Ada yang memilih daerah tempat asalnya, memilih domisilinya saat ini, daerah lain yang dirasa lebih cocok, hingga bercita-cita tinggal di luar negeri.
Baca juga : Mengonstruksi Masa Pensiun Impian

Jika dilihat lebih detail lagi, ada sejumlah kabupaten atau kota yang paling diimpikan sebagai tempat tinggal masa pensiun. Di Jabar, misalnya, wilayah Bandung paling banyak dipilih responden sebagai kota masa tua. Setidaknya separuh responden yang bercita-cita tinggal di Jabar memilih Bandung sebagai tujuan akhirnya.
Di Jateng, Purwokerto dan Tegal menjadi daerah yang paling banyak diminati untuk ditempati kelak. Setidaknya dua dari sepuluh responden yang bermimpi tinggal di Jateng saat pensiun nanti memilih dua kota itu.
Daerah Jawa lainnya yang juga menjadi idaman menikmati masa pensiun adalah Kota Banyuwangi di Jatim. Daerah yang disebut ”Bumi Blambangan” ini dipilih oleh 19 persen responden yang ingin tinggal di Jatim saat tua nanti.
Sejumlah nama kota atau daerah yang dominan dipilih responden sebagai tempat masa pensiun itu tidak selalu berhubungan erat dengan daerah asal (kabupaten/kota) responden bersangkutan. Bisa jadi berhubungan erat dengan daerah domisili saat ini sehingga dinilai layak ditinggali selamanya. Selain itu, bisa jadi merupakan cita-cita yang sudah diimpikan sejak lama, meskipun responden bersangkutan bermukim di daerah atau provinsi lain. Jadi, ada berbagai faktor yang menyebabkan suatu kota atau daerah itu menjadi rujukan tujuan menikmati masa tua.
Sebagai contoh adalah Kota Bandung. ”Kota Kembang” memang lebih banyak dipilih responden yang ingin tinggal di Jabar ketika masa pensiun nanti. Bandung menjadi pilihan paling populer dibandingkan kota atau kabupaten lain di Provinsi Jabar.
Jika dilihat dari sebaran jumlah responden survei, Kota Bandung termasuk salah satu daerah dengan jumlah responden terbanyak di Jabar. Dengan demikian, tingginya minat untuk bermukim di kota ini bisa jadi karena banyaknya responden yang berdomisili di daerah bersangkutan. Hasil olahan data kian menguatkan dugaan tersebut karena terbukti mayoritas responden di Jabar memang berdomisili di Kota Bandung. Jadi, secara tidak langsung hal ini mengindikasikan bahwa tempat tinggal saat ini (domisili) berpengaruh kuat terhadap pilihan suatu daerah untuk menikmati masa pensiun nanti. Setidaknya, bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Jabar saat ini.
Selain faktor domisili, daerah asal juga menjadi salah satu alasan responden dalam memilih kota tujuan masa pensiun. Terpilihnya Purwokerto dan Tegal di Jateng sebagai tujuan masa tua karena kenyataanya kedua daerah tersebut merupakan daerah asal sebagian besar perantau Jateng di Jabodetabek.
Perantau asal wilayah Banyumas kemungkinan besar akan memilih daerah yang relatif maju, seperti Purwokerto (Kabupaten Banyumas), untuk bermukim di hari tua. Wilayah Banyumas itu meliputi Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga.
Hal serupa juga terjadi di wilayah Pekalongan. Sebagian di antara perantau wilayah ini yang berasal dari Kota Tegal, Kota Pekalongan, Kabupaten Tegal, Brebes, Pemalang, dan Batang juga berkeinginan suatu saat dapat balik di daerah asalnya. Pilihan untuk pensiun di daerah Tegal bukan tidak mungkin karena kawasan ini dinilai relatif maju di antara daerah Pekalongan lainnya secara umum.
Kriteria Ideal
Dari hasil jajak pendapat, setidaknya ada lima kriteria daerah ideal untuk menjalani masa pensiun menurut versi responden. Pertama, kualitas lingkungan yang baik. Sebanyak 52,7 persen responden merasa udara bersih, ketersediaan air bersih, dan bebas macet menjadi poin penting yang ideal untuk memilih daerah tujuan masa pensiun.
Baca juga : Hidup Tenteram di Masa Pensiun

Ignasius Sutrisno (77) dan istrinya, MG Sri Indarti (67), berbincang di tempat tinggalnya di Wisma Lansia Harapan Asri, Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (9/8/2019). Wisma lansia tersebut dihuni 68 orang yang berasal dari Semarang dan sekitarnya ataupun luar kota, seperti Jakarta, Surabaya, dan Palembang.
Faktor lingkungan ini sangat penting, terutama bagi responden yang sudah berpuluh-puluh tahun merantau atau tinggal di daerah dengan kualitas lingkungan buruk. Tidak heran, daerah-daerah dengan alam yang masih terjaga, banyak ruang terbuka hijau, dan pepohonan kerap menjadi incaran para pensiunan untuk menikmati ”masa istirahatnya”. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah kota pensiunan lekat dengan lingkungannya yang asri, tenang, dan bebas dari kemacetan.
Kriteria kedua yang dipertimbangkan berikutnya adalah kondisi keamanan daerah dan lingkungan tempat tinggal. Daerah yang aman membuat para responden yakin untuk menetap di daerah tujuan pensiun itu. Hal ini umumnya berkaitan dengan pengenalan wilayah yang cukup baik dari para responden sehingga pilihan pada daerah asal ataupun daerah yang dekat dengan keluarga membuat ”rasa aman” responden meningkat. Hal ini setidaknya diutarakan oleh 25,6 persen responden survei tersebut.
Yang ketiga, kota pensiun berhubungan erat dengan relasi keluarga. Sebanyak 17,2 persen responden mengaku dekat dengan keluarga menjadi alasan mereka bercita-cita tinggal di suatu daerah saat pensiun nanti.
Kriteria keempat yang juga menjadi pendorong untuk berpindah ke kota pensiun itu adalah faktor biaya hidup yang cenderung lebih rendah. Sebesar 16,4 persen responden menyatakan biaya hidup menjadi faktor yang menarik untuk dipertimbangkan ketika memilih kota tujuan masa tua itu. Dengan penghasilan yang cenderung lebih sedikit dibandingkan saat masih produktif, maka kota pensiun yang relatif lebih murah biaya hidupnya memiliki daya tarik sangat tinggi.
Aspek penguat terakhir yang juga menjadi kriteria kota masa tua adalah kualitas interaksi sosial. Hampir 14,3 persen responden mengatakan bahwa daerah impian masa pensiunnya dinilai memiliki ikatan sosial antarmasyarakat yang erat. Bisa jadi, responden bersangkutan merindukan kembali nilai-nilai ikatan sosial yang kini sulit didapatkan di daerah domisilinya saat ini.
Menetap atau berpindah
Berdasarkan gambaran publik tentang daerah ideal yang cocok untuk masa pensiun itu, setidaknya ada tiga hal pokok yang diimpikan. Terdiri dari kondisi lingkungan yang bersih, sehat, dan bebas polusi; kedekatan dengan keluarga dan interaksi sosial yang baik; serta biaya hidup yang terjangkau. Jika dibayangkan, ketiga aspek tersebut tergambar pada suasana daerah yang bercorak perdesaan.
Meskipun demikian, daerah impian tersebut juga memiliki sejumlah fasilitas pendukung selayaknya kota besar. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak dan selengkap di kota-kota besar. Tidak heran jika daerah bernuansa ”desa-kota” seperti itu banyak menjadi incaran untuk beristirahat di masa pensiun. Di antaranya Purwokerto, Tegal, Majalengka, Salatiga, dan Banyuwangi.
Baca juga : Sistem Pensiun Indonesia Mesti Direformasi

Kendaraan melintas di pintu keluar Tol Salatiga di Tol Trans-Jawa, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Sabtu (23/11/2019).
Gambaran tinggal di daerah yang asri, ramah warganya, dekat dengan keluarga, serta biaya hidup murah menjadi keinginan sekitar 30 persen responden untuk menikmati masa pensiun kelak. Meskipun daerah atau kota yang diimpikan itu berada di luar wilayah domisilinya saat ini, hal itu tidak menjadi persoalan bagi responden bersangkutan. Ingin merasakan suasana yang berbeda dan lebih baik menjadi faktor pendorong utama sehingga pindah ke luar kota pun bukan halangan.
Berbeda halnya ketika responden relatif sudah merasa nyaman dengan wilayah domisilinya saat ini. Sekitar 47 persen responden bercita-cita tetap tinggal di kota atau kabupaten tempat tinggalnya sekarang ketika pensiun nanti. Bisa jadi, sejumlah kriteria ideal yang diimpikan saat pensiun kelak sudah terpenuhi di lokasi domisilnya saat ini. Jadi, tidak perlu untuk berpindah lagi ke daerah lain.
Bagaimanapun, memilih lokasi sebagai tempat beristirahat hingga akhir hayat menjadi sesuatu yang sangat penting untuk sebagian orang. Suasana dan kondisi daerah tempat tinggal turut menentukan kesejahteraan para pensiunan yang mayoritas merupakan penduduk lansia. Oleh karena itu, sangat perlu bagi pemerintah daerah untuk membangun kota-kota di wilayahnya menjadi lebih sehat, nyaman, aman, dan rukun agar tercipta kota yang inklusif bagi semua lapisan masyarakat. Termasuk di dalamnya bagi para warga lansia. (LITBANG KOMPAS)