Borobudur Marathon 2022, Peluang Membangkitkan Perekonomian Kawasan Magelang
Borobudur Marathon 2022 menjadi momentum untuk memperkenalkan kembali atau "rebranding" wisata Magelang beserta kawasan di sekitarnya secara lebih luas.
Kembali hadirnya ribuan pelari ke Magelang dalam kegiatan Borobudur Marathon menjadi momentum untuk kembali mendongkrak perekonomian lokal yang sempat terpuruk akibat pandemi. Tak hanya memberi dampak jangka pendek, ajang lari tersebut diharapkan mampu menghadirkan dampak jangka panjang untuk kawasan Magelang dan sekitarnya.
Meski di tengah pandemi, lomba lari marathon tetap populer di kalangan para pecinta lari. Merujuk situs web “ayolari.in”, terdapat lebih dari 300 lomba lari di seluruh Indonesia sepanjang tahun 2020-2022. Kebijakan pembatasan aktivitas pun tak menyurutkan semangat para pelari dan penyelenggara perlombaan.
Tak mau kalah dengan transformasi digital yang diterapkan pada ragam aktivitas lainnya selama masa pandemi, lomba lari marathon pun beradaptasi dengan mengadopsi sistem virtual. Dari seluruh perlombaan lari yang tercatat sepanjang tiga tahun terakhir, tidak kurang dari 100 perlombaan diselenggarakan secara virtual. Terutama sepanjang tahun 2021 hingga awal tahun 2022.
Namun, seiring pandemi yang kian mereda, lomba lari kembali lebih banyak digelar secara langsung (offline) sejak pertengahan tahun ini. Salah satunya adalah Borobudur Marathon 2022, yang digelar hari ini hingga esok hari (12-13 November).
Lomba lari tahunan yang terpusat di Magelang, Jawa Tengah itu telah diawali dengan kategori Bank Jateng Friendship Run pada Agustus-September lalu. Lomba dengan jarak tempuh lima kilometer tersebut digelar di empat kota besar di Indonesia yakni Semarang, Jakarta, Medan, dan Makassar.
Baca juga: Menyambut Bangkitnya Wisata Olahraga Lari
Pada event Borobudur Marathon ini akan digelar tiga kategori lomba lari yang semuanya akan dilaksanakan di sekitaran Kawasan Candi Borobudur, Magelang. Pertama, kategori Elite Race (full marathon) yang akan mempertandingkan puluhan atlet lari profesional. Selanjutnya, kategori Bank Jateng Tilik Candi (half marathon) yang akan diikuti lebih kurang 5.000 peserta. Terakhir, adalah kategori terbaru Bank Jateng Young Talent untuk mencari dan mengangkat potensi atlet junior pada rentang usia 15-18 tahun. Mereka akan berkompetisi dengan jarak tempuh 10 kilometer.
Peningkatan pendapatan
Kehadiran para pelari tersebut membawa angin segar bagi kawasan Magelang dan sekitarnya. Pasalnya, ajang perlombaan tahunan tersebut terbukti selalu mampu membawa dampak positif bagi perekonomian Kabupaten maupun Kota Magelang. Salah satunya tergambar dari peningkatan pendapatan para pelaku usaha.
Survei Litbang Kompas dalam kegiatan Borobudur Marathon tahun lalu menunjukkan mayoritas pelaku usaha yang terlibat langsung mengalami peningkatan pendapatan. Sebagian besar mengalami peningkatan pendapatan hingga dua kali lipat dibandingkan hasil penjualan pada hari biasa. Bahkan, seperempat lainnya mengaku pendapatan usahanya meningkat lebih dari dua kali lipat.
Perbaikan pendapatan tersebut dirasakan oleh pelaku usaha kecil menengah, seperti usaha kuliner dan kriya atau kerajinan tangan. Tak hanya itu, jasa transportasi serta akomodasi pun turut merasakan dampak positif kegiatan Borobudur Marathon.
Besaran peningkatan pendapatan tersebut beragam. Kelompok terbesar responden menyatakan terjadi peningkatan pendapatan hingga satu juta rupiah. Seperempat responden lainnya merasakan dampak peningkatan pendapatan antara Rp 1 juta hingga Rp 10 juta. Enam belas persen sisanya mengaku pendapatannya meningkat hingga lebih dari Rp 10 juta. Mayoritas yang mendapat tambahan terbesar ini adalah pelaku usaha akomodasi seperti perhotelan atau penginapan. Fenomena ini tentu saja membawa kegembiraan bagi para pelaku usaha lantaran sebagian besar usaha yang dijalankan merupakan sumber penghasilan utama mereka.
Baca juga: Nostalgia Pelari di Pengambilan "Race Pack" Borobudur Marathon
Dampak positif tersebut tak lepas dari peran para pelari melalui konsumsi mereka selama mengikuti rangkaian kegiatan Borobudur Marathon 2021. Survei yang dilakukan Litbang Kompas kepada para pelari mengungkap bahwa setiap pelari rata-rata mengeluarkan biaya sebesar Rp 6,3 juta selama mengikuti kegiatan Borobudur Marathon 2021.
Porsi pengeluaran terbesar adalah untuk hiburan dan rekreasi, yakni mencapai Rp 1,9 juta. Selanjutnya, digunakan untuk transportasi pulang pergi ke Magelang yang memerlukan anggaran hingga Rp 1,6 juta. Sisanya, untuk biaya pembelian souvenir atau oleh-oleh, transportasi selama di Magelang, dan penginapan.
Untuk tahun 2021, biaya penginapan peserta Borobudur Marathon relatif lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, seluruh peserta mengikuti sistem karantina di penginapan yang sudah disediakan oleh panitia. Alhasil, biaya penginapan peserta lebih digunakan untuk kebutuhan menginap selama melakukan kegiatan di luar jadwal yang ditentukan oleh panitia penyelenggara.
Secara keseluruhan, total pengeluaran seluruh pelari pada kegiatan Borobudur Marathon tahun lalu adalah Rp 718,6 juta. Nilainya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan total pengeluaran pelari di tahun 2019 dan tahun-tahun sebelumnya.
Hal tersebut karena pelaksanaan Borobudur Marathon 2021 masih relatif terbatas dengan total peserta sekitar 150 orang. Berbeda jauh dengan Borobudur Marathon 2019 yang dilaksanakan secara terbuka dan diikuti oleh lebih dari 10.000 peserta. Begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagian besar pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan Borobudur Marathon 2021 pun mengakui bahwa pendapatan mereka lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun 2019.
Baca juga: Warga Antusias Sambut Borobudur Marathon
Sebagai informasi, tahun 2020 tidak diadakan survei karena Borobudur hanya dilakukan secara terbatas yang diikuti 26 peserta Elite Race. Pelaksanaan pun dilakukan secara ketat menginap masih masifnya penularan virus Covid-19.
Ekonomi lokal
Dengan kembali diadakannya Borobudur Marathon pada tahun ini maka peluang perolehan pendapatan yang relatif lebih besar diperkirakan dapat terjadi kembali. Ribuan peserta yang mengikuti perlombaan tentu akan memberikan efek berganda yang lebih besar bagi wilayah Magelang secara luas.
Apalagi, sistem karantina hanya diberlakukan kepada peserta Elite Race dan Bank Jateng Young Tallent. Artinya, 5.000 peserta Bank Jateng Tilik Candi akan menginap dan beraktivitas dengan lebih bebas. Dengan jumlah peserta yang lebih banyak juga akan membuat roda ekonomi Magelang dan sekitarnya akan berputar lebih cepat. Belum lagi, jika mereka datang ke Magelang tak sendirian.
Survei rutin yang dilakukan Litbang Kompas terkait kegiatan Borobudur Marathon merekam bahwa sekitar separuh dari responden membawa sanak saudara atau teman mereka ketika mengikuti perlombaan. Dengan kata lain, akan ada lebih banyak orang yang beraktivitas di Magelang setidaknya dalam pekan ajang perlombaan Borobudur Marathon. Jadi, perputaran uang pun akan lebih besar.
Dengan demikian, ekonomi lokal Magelang pun akan kembali terdongkrak naik. Pasalnya, selama pandemi, perekonomian Magelang juga sempat terpuruk layaknya daerah lain di seluruh Indonesia.
Baca juga: Menyambut Pelari, Menyambut Investasi
Merujuk data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jawa Tengah, perekonomian Kabupaten Magelang tahun 2020 terkontraksi 1,67 persen secara tahunan. Hal yang sama juga terjadi di Kota Magelang dengan kontraksi yang lebih dalam yakni 2,45 persen. Tahun lalu, mulai terjadi perbaikan dengan laju pertumbuhan 3,48 persen di Kabupaten Magelang dan 3,2 persen di Kota Magelang. Bukan mustahil apabila Borobudur Marathon ini akan turut mengembalikan laju pertumbuhan ekonomi Magelang pada kisaran lima persen. Bahkan mungkin lebih, seperti tahun-tahun sebelum pandemi.
Hadirnya ribuan orang melalui kegiatan Borobudur Marathon juga menjadi momentum untuk memperkenalkan kembali (rebranding) Magelang beserta potensi wisatanya. Harapannya, makin banyak wisatawan yang kembali melirik wilayah Magelang secara luas baik itu di Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Yogyakarta, hingga Purworejo. Dengan demikian, Borobudur Marathon tidak hanya berdampak pada ekonomi lokal semata, tetapi juga berimbas positif bagi kawasan yang lebih luas lagi dalam jangka panjang. (LITBANG KOMPAS)