Lari menjadi opsi olahraga yang praktis dan dapat dilakukan semua lapisan masyarakat. Jadi, kegiatan olahraga lari dapat diselenggarakan di banyak daerah dan relatif mudah menarik animo peserta
Oleh
Debora Laksmi Indraswari
·7 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kedua dari kanan) dan Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno melepas peserta Bank Jateng Friendship Run di Medan, Sumatera Utara, Minggu (25/9/2022). Acara itu bagian dari Borobudur Marathon 2022 yang akan diselenggarakan di Magelang, Jawa Tengah, 12-13 November 2022. Friendship Run pun menjadi ajang lari pertama di Kota Medan setelah vakum lebih dari dua tahun karena pandemi.
Olahraga lari kian menjadi gaya hidup perkotaan. Indikasinya terlihat dari meriahnya berbagai event lari di kota-kota besar di Indonesia beberapa tahun belakangan. Hanya saja, wabah Covid-19 yang melanda sejak dua tahun silam membuat semua event lari untuk sementara ditiadakan. Kini, setelah pandemi mereda sejumlah agenda lari yang sempat vakum itu mulai diadakan kembali.
Salah satu event yang kini diselenggarakan dan terbuka untuk umum adalah Bank Jateng Friendship Run Borobudur Marathon. Serangkaian agenda lari ini diselenggarakan di sejumlah kota besar seperti Semarang, Jakarta, Medan, dan Makassar guna mengenalkan event Borobudur Marathon yang akan dihelat di Magelang, Jawa Tengah pada bulan depan. Hadirnya ajang kegiatan lari ini diharapkan dapat memantik kebangkitan sport tourism di tengah membaiknya situasi pandemi.
Pilihan jenis olahraga lari untuk menghidupkan event wisata olahraga di suatu daerah merupakan pilihan yang relatif tepat. Pasalnya, bagi sebagian masyarakat, berlari menjadi pilihan favorit untuk berolahraga. Olahraga ini tidak membutuhkan banyak perlengkapan, cukup hanya baju olahraga dan sepatu saja. Berlari juga tidak membutuhkan tempat khusus dan dapat dilakukan sendirian maupun bersama-sama. Jadi, mayoritas masyarakat Indonesia paling sering melakukan olahraga lari. Hal ini setidaknya diungkapkan 41,54 persen responden survei Susenas BPS pada 2021. Olahraga lari mengungguli jenis olahraga lainnya seperti senam, sepak bola/futsal, bersepeda, voli, bulu tangkis dan lainnya.
Jika dilihat berdasarkan sebaran wilayahnya, secara spesifik olahraga lari lebih dominan dilakukan warga perkotaan. Menurut survei yang sama, sebanyak 47 persen warga perkotaan lebih sering melakukan olahraga lari dibanding jenis olahraga lainnya. Untuk wilayah pedesaan, hanya 29,04 persen warganya yang sering melakukan olahraga lari ini.
Ada sejumlah faktor yang mendorong tingginya antusiasme masyarakat perkotaan pada olahraga lari itu. Di antaranya, karena terbatasnya lahan perkotaan serta berkembangnya komunitas serta event lari di kawasan urban. Berbeda dengan daerah pedesaan di mana masih banyak lahan-lahan terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk olahraga yang membutuhkan tempat khusus. Misanya saja seperti sepak bola, bulutangkis maupun voli. Fenomena ini membuat olahraga yang membutuhkan lahan bermain lebih luas tersebut cenderung banyak diminati oleh warga pedesaan ketimbang perkotaan. Masyarakat urban cenderung memilih olahraga yang praktis.
Berlari menjadi opsi olahraga yang efisien bagi masyarakat perkotaan. Selain karena keterbatasan lahan, juga karena dukungan komunitas lari yang berkembang sangat pesat di perkotaan. Berlari tidak hanya sekedar menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga menjadi gaya hidup. Komunitas lari berperan penting dalam menularkan gaya hidup sehat ini. . Kompas pada 2014 mencatat bahwa kelompok pecinta olahraga lari atau komunitas pelari umumnya terbentuk sekitar 2010-2011. Di antaranya seperti Jakarta Free Spirit, Garuda Finisher (Jakarta), Semarang Runner (Semarang), Komunitas Lari Pagi (Bandung) dan Indo Runner yang tersebar di beberapa kota (Kompas, 29 Oktober 2013).
Pada masa-masa itu olahraga lari memang cukup populer. Menurut Survei Kompas pada 2013, sebanyak 16 responden di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Manado, Bandung, Pontianak dan Semarang baru menjalankan hobi berlari dalam setahun terakhir.
Setelah itu, lebih banyak lagi masyarakat kota yang mulai berlari. Apalagi, semakin banyak event lari semi kompetisi seperti “Fun Run” yang hadir menyapa warga perkotaan. Ajang lari seperti itu biasanya bertujuan untuk mengajak para pesertanya berlari tanpa target muluk-muluk. Cukup berlari sejauh lima kilometer atau bahkan ada yang tiga kilometer saja, peserta sudah dapat merasakan keseruan berlomba lari dan mendapatkan medali atau cinderamata sebagai apresiasinya. Di dalam rangkaian acarapun juga terselip berbagai hiburan untuk memeriahkan “Fun Run”.
Oleh karena itu, minat masyarakat yang ingin berolahraga tanpa beban berat sekaligus berekreasi dapat terakomodasi dalam event lari ringan seperti “Fun Run”. Tidak heran, event lari itu selalu mendapat sambutan meriah dari masyarakat khususnya pelari dan komunitas lari.
Padat agenda Lari
Tidak banyak data yang menunjukkan banyaknya event lari di Indonesia. Hanya saja, kita dapat sedikit memperkirakannya dari data di laman kalenderlari.com yang merangkum informasi jadwal event lari di Indonesia mulai 2019 hingga 2022.
Pada 2019, tepat sebelum pandemi, jumlah ajang olahraga lari yang tercatat mencapai 552 acara di seluruh Indonesia. Mayoritas memang diadakan di kota-kota besar mencakup nomor lari ringan seperti tiga kilometer hingga marathon. Dari jumlah tersebut, sebanyak 438 acara tergolong event “Fun Run”.
Dengan demikian, setiap bulannya rata-rata terselenggara 46 event lari dan 37 event “Fun Run” di seluruh di Indonesia. Di beberapa daerah, bahkan ada lebih dari lima agenda lari dalam setahun. Misalnya, di Jakarta terdapat 17 event lari pada 2019. Di Semarang terselenggara 15 event lari dan di Medan ada 11 event lari pada tahun yang sama. Banyaknya acara lari di perkotaan ini menunjukkan besarnya antusiasme masyarakat akan olahraga lagi berikut kemeriahan acaranya.
Sayangnya, pada 2020 antusiasme dan kemeriahan event lari terhenti akibat pandemi. Memang pada 2020 tercatat ada 101 agenda acara lari. Hanya saja, banyak yang batal karena situasi pandemi.
Memasuki 2021, penyelenggara kegiatan lari mulai melakukan penyesuaian dalam event lari yang diselenggarakan. Virtual run atau lari virtual banyak diselenggarakan untuk menggantikan kegiatan lari masal tanpa harus berkerumun. Selain itu, dibuat pula kegiatan lari dengan konsep hybrid yaitu sebagian dilakukan secara virtual dan sebagian lagi dilakukan di lokasi yang sudah disiapkan. Tercatat ada 88 event lari pada 2021 yang hampir semuanya dilakukan secara virtual.
Tahun ini, seiring dengan membaiknya situasi pandemi, penyelenggaraan kegiatan lari mulai dilakukan secara langsung. Ada pula sebagian penyelenggara yang masih mengadopsi konsep virtual dan hybrid. Hingga 6 Oktober 2022, tercatat telah ada 94 event lari yang di antaranya terdapat 54 event “Fun Run”.
Friendship run
Hadirnya acara lari yang diselenggarakan tanpa virtual atau hybrid tahun ini menjadi angin segar bagi masyarakat yang sudah rindu berlari ramai-ramai sama seperti saat sebelum pandemi. Berbagai penyelanggaran event lari pun kini banyak dinantikan oleh masyarakat.
Bank Jateng, Pemerintah Jateng dan Harian Kompas pun memanfaatkan momentum ini dengan menghadirkan Friendship Run Borobudur Marathon di empat kota yaitu Semarang, Jakarta, Medan dan Makassar. Secara khusus, Friendship Run di Medan yang diselenggarakan 25 September 2022 sangat diapresiasi peserta. Pasalnya, event ini dinantikan bagi para pelari yang sudah vakum mengikuti acara-acara semacam ini.
Bagi para pelari yang tergabung dalam komunitas, event ini menjadi ajang pertemuan sekaligus berolahraga bersama. Apalagi selama pandemi, mereka jarang berlatih bersama. Tidak heran, meskipun gerimis dan cuaca mendung pagi hari menyelimuti Kota Medan hari itu, antusias para peserta khususnya pelari dari berbagai komunitas tidak padam.
Tidak hanya bagi pegiat lari dan komunitas lari, Friendship Run juga disambut baik oleh pemula yang baru mencoba ikut event lari. Kemeriahan acara ini juga bertambah dengan sejumlah peserta yang mengikuti kompetisi kostum terbaik. Mereka berlari dengan mengenakan kostum seperti spiderman, baju adat, tokoh pewayangan hingga seragam sekolah.
Peserta Bank Jateng Friendship Run melintas di kawasan Kesawan, Medan, Sumatera Utara, Minggu (25/9/2022). Acara itu bagian dari Borobudur Marathon 2022 yang akan diselenggarakan di Magelang, Jawa Tengah, 12-13 November 2022. Friendship Run pun menjadi ajang lari pertama di Kota Medan setelah vakum lebih dari dua tahun karena pandemi.
Dibandingkan sejumlah event lari di Medan sebelumnya, Friendship Run memiliki keunikan dan daya tarik sendiri bagi para peserta. Keunikannya adalah perpaduan nuansa budaya tradisional Medan dan Magelang, Jawa Tengah. Hal ini terlihat dari penyelenggaraan di Istana Maimoon yang dipadukan dengan dekorasi nuansa Jawa Tengah yang menggunakan janur. Selain itu, peserta juga dihibur dengan kesenian asal Jawa Tengah dan Medan.
Di dalam kompleks Istana Maimoon juga dihadirkan masakan-masakan khas Jateng dan hasil kerajinan pengrajin asal Magelang. Melalui event itu, masyarakat Medan bisa mencicipi makanan khas Jateng tanpa harus ke tempat asalnya. Jalur lari yang melewati kawasan Kota Tua dan sudut-sudut bersejarah Medan juga menjadi daya tarik bagi para pelari yang bukan berasal dari Medan. Hal ini bisa menjadi ajang promosi pariwisata dan sejarah Kota Medan.
Kemeriahan Friendship Run di Medan itu bisa menjadi gambaran antusiasme pelari, komunitas lari, dan masyarakat umum akan kehadiran event lari yang sudah vakum selama pandemi. Harapannya, dengan membaiknya situasi pandemi maka acara-acara semacam ini dapat hadir di kota-kota lainnya sama seperti sebelum wabah melanda.
Dimulai dari event lari ringan semacam “Fun Run”, geliat sport tourism dapat dirintis kembali dan mendorong bangkitnya pariwisata di Indonesia. Masyarakatpun dapat bersemangat kembali berlari bersama-sama dengan keluarga, teman, atau komunitasnya sekaligus melepas penat dengan menikmati rangkaian acara “Fun Run”. (LITBANG KOMPAS)