Menyongsong Optimisme Pengembangan Pariwisata Danau Toba
Ditetapkan sebagai destinasi superprioritas dan diakui sebagai UNESCO Global Geopark mendorong pesona Danau Toba kian mendunia. Berbagai kemajuan diharapkan tercipta bagi masyarakat di kawasan ini.
Sebagai salah satu destinasi wisata superprioritas, pemerintah terus berupaya mengembangkan dan membangun sarana-prasarana di kawasan Danau Toba. Selain menarik minat banyak wisatawan, hal ini juga diharapkan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan di sekitarnya.
Secara popularitas, Danau Toba yang berada di Sumatera Utara itu sudah tidak diragukan lagi. Jika ditanyakan nama danau yang terkenal di Indonesia, hampir dapat dipastikan Danau Toba menjadi salah satu jawabannya. Danau terbesar di Indonesia ini memiliki keindahan bentang alam yang mengundang decak kagum bagi siapa pun yang melihatnya sehingga kawasan ini sangat populer dikunjungi para wisatawan.
Hanya saja, popularitas tersebut dirasa belum cukup mendatangkan banyak wisatawan seperti yang diharapkan. Dengan potensinya yang masih sangat besar, Danau Toba masih dapat dikembangkan lebih maksimal lagi dari kondisi saat ini. Harapannya, akan semakin banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung sehingga dapat berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu, pemerintah menjadikan Danau Toba sebagai salah satu opsi destinasi wisata yang dapat dikembangkan di tingkat nasional ataupun internasional. Danau Toba ditetapkan sebagai salah satu dari lima destinasi wisata prioritas di Indonesia.
Dimulai dari tahun 2016, Danau Toba terpilih menjadi satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Tujuannya, kunjungan wisatawan ke sepuluh kawasan ini meningkat dan dapat bersaing dengan Bali yang popularitasnya sudah mendunia.
Dengan demikian, Danau Toba bersama sembilan obyek wisata lainnya, seperti Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo, menjadi salah satu destinasi wisata yang fokus dikembangkan pemerintah sebagai bagian dari proyek strategis. Dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2016, proyek strategis nasional sektor pariwisata yang dimaksud meliputi percepatan infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih.
Setahun kemudian, Danau Toba kembali terpilih dalam lima destinasi wisata superprioritas bersama dengan Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur, dan Likupang. Artinya, kelima destinasi wisata ini akan didorong semaksimalnya oleh pemerintah untuk berkembang dan bersaing dengan obyek wisata andalan nasional saat ini, yakni Bali. Dengan demikian, para wisatawan akan semakin banyak memiliki alternatif tujuan wisata unggulan di Indonesia.
Baca juga: Infrastruktur Dukung Destinasi Pariwisata Superprioritas Danau Toba
Menjajarkan Danau Toba dengan Bali sebenarnya bukan ide baru. Kompas edisi 13 Juni 1990 memberitakan Gubernur Sumatera Utara kala itu, Raja Inal Siregar, mengatakan bahwa dalam 10 tahun ketenaran Danau Toba akan menyamai Bali. Pernyataan yang disampaikan dalam upaya promosi Danau Toba melalui acara Suzuki Samosir Safari (SSS) itu merupakan angan pemerintah daerah juga pemerintah pusat untuk mengangkat potensi Danau Toba menjadi salah satu destinasi wisata utama Indonesia, selain Bali.
Memang sangat disayangkan apabila besarnya potensi wisata Danau Toba itu belum sepenuhnya tergarap secara optimal. Padahal, melihat data kunjungan wisatawan 10 ”Bali Baru” Danau Toba termasuk dalam empat besar destinasi wisata yang menarik wisatawan asing paling banyak.
Program pengembangan
Oleh karena itu, beragam upaya dilakukan untuk terus meningkatkan pariwisata Danau Toba. Dalam prosesnya, pemerintah membentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Berada di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, badan otorita ini mengembangkan zona otorita seluas 386,76 hektar di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba, yakni berupa Toba Caldera Resort. Selain itu, lembaga ini juga bertugas mengoordinasi delapan kabupaten di sekitar Danau Toba, yaitu Simalungun, Toba, Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Dairi, Karo, dan Pakpak Bharat.
Selain itu, pemerintah melalui berbagai kementerian juga mengerjakan berbagai proyek untuk pengembangan kawasan Danau Toba. Kementerian PUPR, misalnya, pada periode 2020-2023 menganggarkan dana senilai Rp 1,4 triliun khusus untuk pembangunan kawasan Danau Toba. Salah satu programnya adalah pembangunan 596 unit sarana hunian pariwisata (homestay) di enam daerah sekitar Danau Toba. Proyek dilaksanakan dengan biaya Rp 121,9 miliar. Selain pembangunan homestay, dibangun pula fasilitas lainnya, seperti tempat untuk workshop, pertokoan, usaha kuliner dan koridor di sepanjang pinggir Danau Toba.
Di bidang infrastruktur, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga telah membangun tujuh pelabuhan atau dermaga di sekitar Danau Toba. Terdiri dari Pelabuhan Ajibata, Balige, Tigaras, Simanindo, Marbun Toruan Bakti Raja, Muara dan Tongging. Tujuh pelabuhan itu adalah bagian dari 13 pelabuhan yang akan dibangun Kemenhub untuk mendukung transportasi Danau Toba. Empat kapal motor penumpang (KMP) berkapasitas lebih dari 100 penumpang juga disediakan untuk melayani sejumlah rute di Danau Toba.
Baca juga: Pembangunan Danau Toba Harus Kedepankan Ekonomi Rakyat
Untuk menambah atraksi, Pantai Bebas Parapat ditata kembali. Kawasan berupa ruang terbuka publik seluas 10.000 meter persegi ini dilengkapi dengan wahana bermain skateboard, area joging, area untuk berfoto-foto, dan ampiteater (amphitheatre) untuk pertunjukan seni budaya. Di area ini, pengunjung dapat mengabadikan momen berwisata berlatar belakang Danau Toba dengan spot berfoto yang apik di menara pandang.
Tidak jauh dari area itu, wisatawan juga dapat berkunjung ke rumah pengasingan Soekarno yang hanya berjarak kurang dari 2 kilometer. Di sana pengunjung dapat melihat benda-benda peninggalan yang digunakan Soekarno tempo dulu. Dari situ, pengunjung juga dapat melihat indahnya Danau Toba dari sisi yang lebih tinggi.
Target tinggi
Berbagai proyek pengembangan itu memang dilaksanakan untuk mencapai target besar yang telah ditetapkan. Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) menargetkan ada beberapa aspek yang bakal dicapai dalam periode 2020-2024 melalui pengembangan pariwisata Danau Toba. Jumlah wisatawan ditargetkan meningkat dari 2,2 juta orang pada 2020 menjadi 2,4 juta orang pada 2024.
Dijadikannya Danau Toba sebagai destinasi wisata superprioritas juga diharapkan dapat mengundang investasi ke kawasan itu. Bagaimanapun, investasi besar-besaran dibutuhkan untuk pengembangan kawasan yang lebih maksimal. Oleh sebab itu, BPODT menargetkan investasi senilai 200.000-2juta dollar AS dalam kurun 2020-2024.
Selain itu, BPODT juga menyasar pengembangan perekonomian daerah dan masyarakat lokal dengan mendorong peningkatan jumlah usaha pariwisata. Pada 2020 ditargetkan ada tiga usaha pariwisata baru dan diharapkan bertambah menjadi 15 usaha pada 2024. Seiring dengan itu, peningkatan atraksi dan amenitas pariwisata Danau Toba juga diharapkan tercapai pada periode 2020-2024.
Sejauh ini, pengembangan pariwisata Danau Toba sedikit demi sedikit mulai membuahkan hasil. Akses menuju Danau Toba semakin mudah dengan pembangunan sejumlah infrastruktur, seperti jalan raya, tol dan jalur kereta api, yang saat ini juga masih terus berjalan. Kualitas dan keamanan kapal-kapal penyeberangan yang menghubungkan sejumlah pelabuhan dengan Pulau Samosir juga membaik. Atraksi dan berbagai pergelaran pariwisata juga semakin ramai diselenggarakan di kawasan Danau Toba dan berhasil menggaet antusiasme masyarakat.
Baca juga: Potensi Balige Perkaya Wisata Danau Toba
Apalagi, pada 2020 lalu, Kaldera Toba ditetapkan sebagai anggota UNESCO Global Geopark. Hal ini merupakan capaian besar setelah proses perjalanan panjang pengajuannya sejak 2009. Penetapan itu setidaknya menjadi momentum untuk mengembangkan Kawasan Toba dengan prinsip pembangunan taman bumi yang melingkupi pemberdayaan masyarakat lokal, edukasi, dan konservasi.
Sejumlah perkembangan tata kelola, pembangunan infrastruktur, dan capaian prestasi pengakuan dunia itu kian menumbuhkan optimisme untuk memajukan pariwisata Danau Toba pada tataran super prioritas yang setara dengan Bali. Dengan semangat ini, diharapkan perekonomian setempat dan kesejahteraan warga lokal dapat terangkat seiring dengan kian besarnya animo kunjungan wisata ke obyek unggulan ini.
Sejumlah langkah yang sudah dilakukan sejauh ini setidaknya kian memberi harapan bagi 96.564 orang tenaga kerja yang terserap dalam sektor pariwisata di delapan area destinasi wisata di sekitar kawasan Danau Toba. Capaian-capaian itu sekaligus membangkitkan geliat pariwisata dan perekonomian kawasan Danau Toba yang sempat ambruk karena pandemi Covid-19.
Seiring dengan membaiknya situasi pandemi, kegiatan pariwisata Danau Toba semakin pulih. Hingga Maret 2022, jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Toba khususnya Pulau Samosir meningkat 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kendati demikian, besar pula harapannya bahwa pengembangan pariwisata tidak mengabaikan kelestarian lingkungan, budaya, dan pemberdayaan kepentingan masyarakat lokal. Sejumlah pekerjaan rumah berkaitan dengan kualitas air, penurunan muka air, berkurangnya tutupan lahan, konflik masyarakat adat hingga pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar Danau Toba terus menunggu untuk segera terselesaikan. Pengembangan pariwisata Danau Toba tidak akan benar-benar sukses tanpa peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. (LITBANG KOMPAS)