Arah Perang Rusia-Ukraina Mulai Berubah
Sudah hampir berjalan tujuh bulan invasi, Rusia belum juga mampu menaklukkan Ukraina. Justru sebaliknya, Ukraina kini ganti menyerang dan merebut kembali sejumlah kota penting.

Seorang tentara Ukraina tersenyum dari tank di wilayah Kharkiv, Ukraina, yang berhasil direbut kembali dari kekuasaan militer Rusia, Senin (12/9/2022).
Strategi jitu dan determinasi prajurit Ukraina mempertahankan tanah airnya memberi hasil yang nyata dalam melawan invasi Rusia. Sejumlah wilayah berhasil direbut kembali di tengah mulai melemahnya superioritas Rusia.
Serangan cepat dan terorganisir tak mampu ditangkal militer Rusia yang mengakibatkan banyak senjata dan pasukan yang jatuh ke tangan tentara Ukraina. Wilayah ibu kota Provinsi Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina yang sejak Maret 2022 dikepung pasukan Rusia, telah dibebaskan hingga ke wilayah perbatasan Rusia-Ukraina di Timur dan 70 km ke selatan. Dua kota penting lainnya di Kharkiv adalah Kupiansk dan Izyum yang menjadi jalur penting suplai logistik perang Rusia selama ini.
Jika dilihat di peta, luas wilayah yang dibebaskan mencapai sepanjang sekitar 100 km di jarak terjauh dari utara ke selatan dan lebar 60 km di sejumlah titik barat ke timur. Wilayah yang dibebaskan masih terus bertambah meski beberapa hari terakhir mulai melambat dan luasannya relatif kecil. Meski demikian, kemampuan pasukan Ukraina mendesak jauh pasukan Rusia ke arah selatan Kharkiv ini menjadi prestasi bagi militer Ukraina.
Diperkirakan, ada sejumlah batalyon kavaleri berat dan pasukan infantri Rusia yang mundur ke wilayah selatan Ukraina (Provinsi Donetsk) yang masih dikuasai Rusia. Perintah mundur bagi pasukan Rusia ini tak hanya dinyatakan Kementerian Pertahanan Ukraina, tetapi juga pihak Rusia melalui juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov. Igor menyatakan Rusia menarik mundur pasukan dari daerah Izyum dan Balakliya di wilayah Kharkiv Timur dan dipindah ke wilayah Donetsk Timur.
Menurut Igor, penarikan pasukan ini merupakan strategi untuk memperkuat posisi pasukan di wilayah selatan, yakni ”mencapai tujuan operasi militer untuk membebaskan Donbas”. Klaim penarikan pasukan ini mirip dengan dalih yang dikatakan Rusia saat mereka menarik pasukan dari wilayah ibu kota Kyiv di awal tahun lalu. Saat itu, iring-iringan tank dan kendaraan tempur Rusia menjadi bulan-bulanan tembakan artileri Ukraina.

Sebuah foto udara yang menggambarkan kondisi kehancuran sebuah kawasan permukiman di Pryvillya, Donbas, Ukraina, Selasa (14/6/2022). Beberapa kota, antara lain Kota Severodonetsk dan Lysychansk, selama berminggu-minggu menjadi sasaran Rusia. Daerah tersebut merupakan wilayah terakhir yang masih di bawah kendali Ukraina di wilayah timur Lugansk.
Siaran dari kanal Youtube, ”Kanal 13”, menunjukkan puluhan alat tempur berat, termasuk tank T-72, truk Kamaz, dan kendaraan pengangkut pasukan BTR, teronggok rusak di tepi jalan ditinggalkan pasukan Rusia. Tak hanya kendaraan militer yang ditinggalkan Rusia, tetapi juga pasukan tempur.
Tayangan lainnya memperlihatkan puluhan tentara Rusia yang menyerah dan ditutup matanya oleh militer Ukraina. Hanya dalam waktu kurang dari dua minggu, Ukraina telah menghancurkan atau menangkap 1.120 tank Rusia, kendaraan tempur, sistem artileri, truk, helikopter, pesawat tempur, dan drone.
Sejumlah laporan media memberitakan terjadi kemerosotan moral yang diindikasikan dengan keengganan pasukan untuk bertempur. Sadapan komunikasi radio pasukan Rusia oleh intelijen Ukraina menggambarkan kondisi medan pertempuran yang sangat berat bagi pasukan Rusia. Selain gempuran senjata Ukraina, mereka juga kekurangan logistik dan dukungan pertempuran.
Tak pelak, kondisi saat ini tidak menguntungkan bagi pasukan Rusia. Kejadian ini menimbulkan polemik di dalam negeri Rusia yang terlihat dari berbagai tayangan televisi lokal. Pada intinya, mereka menyalahkan para pemimpin militer dan politik yang tak mampu mengatasi pasukan Ukraina yang didukung Barat.
Perkembangan terbaru, Rusia membalas kekalahan di wilayah Kharkiv itu dengan menyerang sarana sipil strategis, termasuk pembangkit listrik, waduk, dan bangunan sipil. Presiden Volodymyr Zelenskyy yang murka atas serangan di kota kelahiran, Kryvyi Rih, menggambarkan Rusia sebagai ”negara teroris” setelah serangan terhadap reservoir Karachunivske. ”Kalian adalah orang-orang lemah yang memerangi warga sipil,” kata Zelenskyy dalam pidato pada Rabu (14/9) malam sebagaimana diberitakan BBC.

Militer Ukraina bergerak dengan tank ke garis depan pertempuran di wilayah Donbas, Ukraina timur, Selasa (7/6/2022).
Pasukan Rusia terjebak
Tak mampu disangkal, kemampuan militer Ukraina mendesak mundur pasukan Rusia di Provinsi Kharkiv itu menjadi pelengkap keberhasilan Ukraina setelah sepanjang Agustus 2022 mampu ”mengunci” dan menjebak puluhan batalyon tempur pasukan Rusia di wilayah selatan Ukraina, yakni di Provinsi Kherson yang dibatasi Sungai Dnipro di Timur.
Keberhasilan militer Ukraina memutus jembatan besar Antonovsky yang menghubungkan wilayah Kherson dengan seberang Sungai Dnipro membuat pasukan yang berada di Provinsi Kherson terjebak antara Sungai Dnipro dan gerak maju pasukan Ukraina. Jembatan besar itu merupakan jalur suplai logistik perang yang penting dari wilayah pendudukan pasukan Rusia.
Jembatan itu sebelumnya sudah dibom berkali-kali oleh roket Himars AS, tetapi hanya mampu melubangi beberapa tempat. Akhirnya, pada awal September, bagian timur jembatan itu benar-benar dihancurkan untuk memutus total jembatan sehingga tak mungkin dipergunakan kembali. Upaya militer Rusia membuat jembatan darurat menggunakan ponton digagalkan oleh Ukraina dengan tembakan artileri.
Akibatnya, pasukan yang tertinggal di sisi wilayah Kherson tak mendapat pasokan amunisi dan penguatan pasukan. Diperkirakan ada sekitar 25.000 tentara Rusia terjebak antara Sungai Dnipro dan pasukan Ukraina. Mereka menghadapi situasi dilematis antara harus menyerah dan terpaksa berperang mati-matian melawan tentara Ukraina yang mengepungnya.

Tentara Ukraina bergerak di wilayah yang telah dibebaskan di daerah Kharkiv, Ukraina, Senin (12/9/2022). Sejumlah kota yang sebelumnya dikuasai Rusia berhasil direbut kembali oleh militer Ukraina.
Keberhasilan Ukraina, baik di wilayah Kharkiv maupun Kherson, yang ”membalik posisi” dari bertahan menjadi ofensif menyerang ini membuktikan kemampuan berperang yang dipadu dengan determinasi yang kuat. Betapapun, hal ini dikarenakan superioritas persenjataan tempur Rusia yang secara jumlah dan kapasitas jauh di atas alat perang Ukraina.
Kecerdikan Ukraina yang menghancurkan depot-depot amunisi, pos komando strategis, jembatan Antonovsky dan pesawat tempur di Bandara Saki Crimea terbukti membuat kemampuan tempur Ukraina makin bertaji. Dengan bantuan roket cerdas Himars dan berbagai bantuan senjata penangkal serangan udara membuat keunggulan relatif alutsista militer Rusia dikurangi sehingga memberi peluang Ukraina.
Ketepatan strategi Ukraina yang dipandu oleh informasi intelijen satelit mata-mata Amerika dan NATO, beserta ribuan drone intai Ukraina, menjadikan keunggulan alat tempur Rusia pupus hari demi hari. Hal itu terbukti dari upaya Presiden Putin mencari pasokan amunisi dari Korea Utara dan drone dari Iran.

Pasukan arteleri Ukraina menembakkan meriam saat bertempur di garis depan melawan pasukan Rusia di Kharkiv, Ukraina, Rabu (27/7/2022).
Strategi dan disiplin
Secara umum, faktor penting keunggulan Ukraina di dua palagan perang Kharkiv dan Kherson saat ini adalah kedisiplinan dan semangat juang militer Ukraina, sementara di sisi lain adalah melemahnya moral tempur pasukan Rusia. Kedisiplinan pasukan Ukraina tampak teruji dari kemampuan menjaga ritme tempur di Kherson sembari menjaga kerahasiaan persiapan tempur massif di Kharkiv ketika militer menyebarkan informasi palsu terkait serangan ”sejuta prajurit Ukraina” di Kherson.
Uniknya, pemberitaan media di Rusia sebenarnya sudah ramai membahas soal penumpukan pasukan dan alat perang di wilayah Kharkiv dan memperingati tentang potensi propaganda ”perang palsu” yang disebarkan pihak militer Ukraina di wilayah Kherson. Namun, pihak militer Rusia tampaknya mengabaikan fakta-fakta ini dan berteguh dengan pendirian bahwa ”tak mungkin Rusia kalah” dengan pasukan tempur yang ada. Pada saat diserang, diperkirakan ada 100 batalyon pasukan Rusia di Kharkiv.
Adapun moral pasukan Rusia banyak menurun setelah sejumlah upaya mengurangi kemampuan tempur Rusia secara strategis, khususnya melalui operasi pengeboman gudang-gudang amunisi, logistik militer, dan pos-pos komando militer. Pengeboman yang digencarkan dengan bantuan roket HIMARS ataupun senjata lainnya terbukti mampu menghancurkan lebih dari 50 sasaran strategis menjelang ”serangan kilat” di Kharkiv.
Baca Juga: Javelin, ”Santo” Pelindung Bangsa Ukraina
Jalur komando pergerakan pasukan Rusia juga terganggu karena Ukraina secara akurat mampu menargetkan perwira-perwira militer Rusia dari berbagai level penting. Hingga hari ini, Ukraina mengklaim setidaknya 10 jenderal dan puluhan perwira menengah Rusia lainnya tewas. Jalur komando pasukan Rusia terkenal dengan berjenjang dari prajurit lapangan, komandan, perwira di lapangan, hingga pusat komando tempur.
Di sisi lain, senjata-senjata yang disuplai negara Barat kepada Ukraina semakin maju dan bervariasi sesuai ”kebutuhan” lapangan. Pesawat jet, helikopter tempur, tank, artileri berat, hingga senjata penangkis serangan udara yang di bulan-bulan awal invasi masih ragu-ragu diberikan kini sudah mengalir deras meski belum mencakup alutsista top selevel F-16 atau tank Abrams. Bagaimanapun, negara Barat tampak masih menjaga ritme peperangan Rusia yang kini semakin sering mengancam dengan senjata nuklir.

Masih kuat
Meski semakin terdesak di wilayah timur dan selatan, bagaimanapun jumlah dan kekuatan pasukan tempur Rusia masih sangat besar. Pada awal invasi, dengan kekuatan hingga 200.000 prajurit meski saat ini diperkirakan sudah berkurang hingga 50 persen (karena luka atau tewas) masihlah terhitung kuat. Apalagi, pendirian umum di kalangan militer dan politisi Rusia adalah bahwa Rusia merupakan negara besar dengan kekuatan militer kedua di dunia sehingga ”tidak mungkin kalah perang”.
Kita masih akan menunggu sejauh mana Rusia akan mati-matian mempertahankan wilayah Donbas (Provinsi Donetsk dan Luhansk) yang diklaim merupakan dua republik yang memisahkan diri dari Ukraina.
Baca Juga: Bayraktar TB 2, Elang Tempur Andalan Ukraina
Demikian pula bagaimana srategi Ukraina nantinya merebut kembali Semenanjung Crimea yang saat ini menjadi pangkalan Angkatan Laut Laut Hitam Rusia. Seperti diketahui, tanpa Crimea, Rusia secara langsung akan terancam kehilangan akses armada kapal perangnya ke Laut Hitam.
Dunia Barat juga dilanda kecemasan jika kemunduran Rusia di berbagai wilayah akan membuat negara itu terdesak pada keputusan nekat menggunakan senjata nuklir taktis. Pertimbangan-pertimbangan inilah yang tampaknya akan mempengaruhi peta geopolitik peperangan ini dalam bulan-bulan ke depan. Sembari menunggu itu terjadi, pasukan Ukraina terus mengubah arah peperangan ini dari bertahan menjadi menyerang. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga: HIMARS, Roket Andalan Ukraina yang Memusingkan Rusia