HIMARS, Roket Andalan Ukraina yang Memusingkan Rusia
Kekuatan militer Rusia boleh jauh berlipat dari Ukraina. Namun, kehadiran roket HIMARS dan senjata berat sokongan Barat membuat medan laga ini menjadi lebih seimbang bagi Ukraina.

Militer Ukraina meluncurkan roket permukaan ke permukaan (MLRS) ke lokasi yang menjadi basis militer Rusia di wilayah Donbas, 7 Juni 2022.
Setelah menjadi bulan-bulanan di bulan keempat peperangan, militer Ukraina ”diselamatkan” oleh peluncur roket multilaras gerak cepat (HIMARS) buatan Amerika Serikat. Lagi-lagi, alutsista berkemampuan khusus menyelamatkan Ukraina dalam situasi kritis.
Akhir Juni 2022, militer Ukraina terlihat kepayahan dalam mempertahankan kota Lysychansk di Provinsi Luhansk, Ukraina timur. Pasukan Ukraina menderita banyak kekalahan dan terpaksa mundur membiarkan kota itu jatuh ke tangan Rusia. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memperkirakan ada lebih dari 5.000 prajurit Ukraina tewas.
Selain kalah dalam pemusatan jumlah pasukan dan kendaraan lapis baja, pasukan Ukraina juga kalah jauh dalam kekuatan tembakan artileri. Kota Lysychansk dikuasai Rusia hanya dalam tempo satu minggu. Sebelumnya, militer Rusia juga berhasil menguasai wilayah Sievierodonetsk. Pasukan Rusia bahu-membahu dengan milisi lokal Republik Rakyat Luhansk (LPR) dan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan dukungan moral sebagian warga pro-Rusia yang makin menyulitkan militer Ukraina.
Tingkat kematian tentara Ukraina pun melonjak menjadi beberapa ratus prajurit tewas setiap hari dalam upaya mempertahankan wilayah Donbas. Sebelumnya, penasihat senior Presiden Ukraina, Mykhaylo Podolyak, mengatakan kepada BBC bahwa antara 100 dan 200 tentara Ukraina terbunuh di garis depan setiap hari. Oleh sebab itu, Ukraina membutuhkan ratusan sistem artileri Barat untuk dapat mengimbangi kekuatan Rusia di wilayah Donbas timur (bbc.com, 9/6/2022).
Sebulan kemudian, tatkala Provinsi Luhansk nyata-nyata dikuasai Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bersumpah akan merebut kembali kota Lysychansk di Donbas timur dari penguasaan Rusia. ”Jika kami menarik pasukan dari titik-titik tertentu di mana musuh memiliki kekuatan kuat, khususnya di Lysychansk, itu berarti hanya satu hal: kami akan merebut kembali dengan taktik meningkatkan pasokan senjata modern. Ukraina tidak akan menyerah,” kata Zelenskyy dalam videonya, sebagaimana dikutip Reuters (4/7/2022).
Ukraina kemudian mendesak negara-negara Barat untuk mempercepat pengiriman bantuan militer berupa artileri canggih yang dijanjikan kepada mereka. Sebulan sebelumnya, pada 1 Juni 2022, Presiden Amerika Serikat Joe Biden sebenarnya telah menyepakati paket bantuan militer terbaru senilai 700 juta dollar AS yang mencakup amunisi dan persenjataan artileri, termasuk sistem roket jarak menengah berteknologi tinggi, untuk menghentikan laju militer Rusia di wilayah Donbas.
Pada 23 Juni 2022, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengumumkan bahwa empat sistem peluncur roket HIMARS tahap pertama sudah tiba di Ukraina. Dan, pada 4 Juli 2022, muncul bukti rekaman video di media sosial di mana untuk pertama kali HIMARS digunakan pasukan khusus Ukraina dengan menembakkan roket kaliber 227 mm. Roket itu ditembakkan dari sebuah jalan raya di wilayah Zaporizhzhia, diperkirakan ke arah Provinsi Donetsk di sebelah timur yang berjarak sekitar 120 kilometer.

Kendaraan peluncur roket HIMARS menembus api saat latihan tempur di Pusat Pelatihan Militer AS di Yakima, Washington, Amerika Serikat, 23 Mei 2011.
Akurat dan canggih
Secara bentuk tampilan, peluncur roket bantuan AS itu tergolong kelas ringan dan ringkas. Ini berbeda dengan penampilan kendaraan pengangkut roket Rusia yang rata-rata bertampang lebih gagah dan ”berotot”, seperti BM-21 Grad, BM-27 Uragan, BM-30 Smerch, atau peluncur bom TOS-1 Buratino.
Sistem peluncur dengan enam laras roket yang bisa dipasangi bermacam jenis amunisi roket itu dipasang pada truk standar militer AS dengan tonase total sekitar 16 ton. Bandingkan dengan berat BM-30 Smerch atau TOS-1 Buratino yang mencapai 43 ton.
Awak peluncur roket HIMARS ini terdiri atas tiga orang dengan persenjataan utama adalah 6 roket kaliber 227 mm seri M26, M30/M31, atau 1 rudal MGM-140 ATACMS (Army Tactical Missile System). Dari segi dimensi, roket buatan Lockheed Martin tersebut memiliki panjang 5 meter dan diameter 600 mm serta berat 1,6 ton dan meluncur dengan kecepatan 3 Mach. Sedang dikembangkan pula roket jenis precision strike missiles dengan jarak jangkauan 500 km.
Keunggulan HIMARS adalah akurasi yang telak terhadap sasaran. Meski masuk dalam kategori peluncur roket multilaras ringan, dengan keunggulannya, roket HIMARS dapat mengenai sasaran secara presisi, bahkan dalam keadaan platform bergerak sekalipun, semisal saat kendaraan peluncur masih di atas kapal pendarat.

Sejumlah warga Ukraina melihat bangunan tempat tinggal mereka yang rusak akibat serangan roket Rusia di Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022).
Gambaran sifat akurat kinerja roket ini digambarkan sebagai tanpa kompromi. HIMARS ”Sangat tepat, yang akan meminimalkan korban sipil. Ini membantu mencapai target yang ingin Anda serang dan tidak ada yang lain,” kata Laksamana Muda Cathal O’Connor, perwira tinggi Marinir AS, sebagaimana dirilis usni.org (24/10/2017).
Roket HIMARS ditujukan untuk mengatasi tembakan artileri, wahana lapis baja, ataupun senjata pertahanan udara. Meski demikian, terbukti dalam serangan terhadap Rusia, HIMARS efektif menghantam target-target masif, seperti gedung penyimpanan amunisi dan pos komando.
Dengan kemampuan itu, sudah benar bahwa HIMARS sejak awal dikhawatirkan oleh para perwira pasukan Rusia. Karena itu, tak heran jika pada 5 Juni 2022 Presiden Rusia Vladimir Putin sampai perlu mengingatkan AS bahwa Rusia akan menyerang target baru di Ukraina jika Barat memasok rudal jarak jauh bergerak presisi tinggi itu.
Peringatan Putin itu direspons Presiden AS Joe Biden dengan memberikan jaminan sistem roket HIMARS tidak akan digunakan untuk menarget sasaran di dalam wilayah teritori Rusia. Untuk menjaga mood Putin, pihak AS juga hanya mengirimkan amunisi dengan jenis roket dan jarak jangkauan yang terhitung menengah, yaitu kategori GMLRS (guided multiple launch rocket system) dengan jarak tembakan 70 km dan ER GMLRS dengan jarak jangkau tembakan 150 km.

Seorang pria berjalan melewati bagian ekor roket 300 mm yang tidak meledak yang diluncurkan dari peluncur roket ganda BM-30 Smerch yang tertanam di tanah setelah penembakan di Lysychansk, wilayah Lugansk, Ukraina (11/4/2022).
Serangan HIMARS
Semua kekhawatiran Rusia atas HIMARS agaknya kini menjadi kenyataan. Tanpa banyak pemberitaan dan konfirmasi resmi dari Ukraina, berbagai sasaran strategis Rusia di wilayah Ukraina hari-hari ini menjadi korban keganasan roket presisi tersebut. Ledakan-ledakan dalam skala besar terjadi di berbagai wilayah akibat hantaman roket yang diduga kuat dilakukan oleh HIMARS.
Sebelum kedatangan HIMARS, wilayah-wilayah yang saat ini diduduki pasukan Rusia itu tak mampu dijangkau artileri pasukan Ukraina. Tercatat paling tidak 10 depot penyimpanan amunisi dan 12 pos komando serta sejumlah depot BBM meledak karena terhantam roket HIMARS. Jangkauan maksimum roket HIMARS sebetulnya mencapai hingga 300 km (185 mil), bahkan jenis terkuat (PrSM) disebut-sebut memiliki jangkauan hingga 500 km.
Di antaranya yang terbaru adalah depo amunisi dan pos komando di Novaya Kakhovka wilayah Kherson, di mana selain membuat ledakan raksasa amunisi, juga menewaskan Kepala Staf Korps Ke-22 Angkatan Bersenjata Federasi Rusia Mayor Jenderal Nasbulin.
Korban dari prajurit Rusia diperkirakan mencapai hingga 200 prajurit Rusia. Juru bicara kepala administrasi militer regional Odesa, Serhiy Bratchuk, menyatakan, ledakan di depo amunisi itu disebabkan rudal HIMARS (dailymail.co.uk, 12/7). Tak pelak, kekuatan artileri Ukraina kini bisa menghambat gerak maju pasukan Rusia.

Potongan video yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 12 Februari 2022 menunjukkan sistem peluncur roket Uragan atau badai selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia.
Adu strategi
Sejak awal invasi 24 Februari 2022, di atas kertas kekuatan militer yang dimiliki Rusia atas Ukraina membuat kalkulasi kemenangan militer hanya soal waktu. Pada saat serbuan awal, dengan kekuatan 150.000-200.000 personel dan kendaraan tempur yang saat dijejer di jalan raya menuju ibu kota Ukraina, Kyiv, mencapai iring-iringan sepanjang 64 kilometer, bukan tandingan untuk militer Ukraina.
Meski demikian, terbukti selalu ada cara bagi militer Ukraina untuk menghambat laju pasukan besar Rusia. Pada Februari-Maret 2022, ”malaikat penolong” Ukraina adalah sang elang tempur Bayraktar TB-2 buatan perusahaan Baykar Turki, yang melakukan misi pengintaian dan serangan rudal antitank berpemandu laser pada titik-titik lemah iring-iringan lapis baja Rusia.
Namun, keunggulan Bayraktar TB-2 tersebut berangsur-angsur mampu diatasi Rusia yang dengan segera menerapkan taktik serupa, yakni menggunakan drone tempur milik mereka, Orlan-10. Selain itu, Rusia segera memasang sejumlah sistem rudal antiserangan udara yang mampu menembak jatuh drone secara efektif, termasuk mengatasi sang elang tempur Ukraina.
Sistem yang digunakan Rusia tak tanggung-tanggung, mulai dari jenis meriam antiserangan udara di atas kendaraan lapis baja hingga rudal presisi sekelas sistem antipesawat Pantsir 1S, Strela-10, sistem OSA-AKM, Tor M2, dan terbaru senjata elektromagnet STUPOR. Tak pelak, berangsur-angsur penggunaan drone tempur oleh Ukraina dibatasi karena tingkat efektivitasnya berkurang di daerah dengan pertahanan anti-drone kuat.

Foto hasil tangkapan dari video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia, Kamis (17/2/2022), memperlihatkan seorang tentara tengah membidik target musuh buatan dengan peluncur roket dalam latihan militer Rusia dan Belarus di lapangan tembak Obuz-Lesnovsky, Belarus.
Perubahan strategi di lapangan juga dilakukan pasukan Rusia yang lebih banyak menembakkan rudal berpemandu presisi ataupun tidak berpemandu. Dengan mengirimkan rudal, pasukan Rusia meminimalkan kerugian hilangnya pasukan darat yang acapkali menjadi bulan-bulanan tembakan artileri Ukraina. Dalam berbagai upaya gerak maju pasukan Rusia terhambat oleh jebakan ranjau dan pengintaian drone yang disusul tembakan artileri Ukraina.
Rusia juga mundur dari wilayah Pulau Ular setelah Ukraina kini memperoleh pasokan rudal antikapal Harpoon buatan AS dan bantuan puluhan pesawat tempur Su-25 dan Mig-29 dari negara-negara NATO. Alutsista itu membuat penempatan pasukan pengintai Rusia di Pulau Ular menjadi bulan-bulanan tembakan yang diluncurkan dari arah wilayah Odesa.
Betapapun strategi Rusia yang sudah terbukti andal adalah menggunakan pola pemusatan kekuatan masif sebagaimana dilakukan di kota Mariupol, serangan rudal dan bom dari udara bersamaan serangan kavaleri lapis baja dalam jumlah berkali lipat pasukan Ukraina, dilanjutkan perang kota dibantu milisi lokal. Dengan pola itu terbukti wilayah Donbas (Provinsi Luhansk dan Donetsk) kini hampir seluruhnya telah dikuasai Rusia.

Serangan balik
Vladimir Putin menyadari kehadiran HIMARS telah membuat peta pertempuran mengalami dinamika. Meski baru beraksi beberapa hari, serangan presisinya telah membuat gerak maju pasukan terhambat di mana depot besar amunisi dan logistik garis depan mengalami kehancuran. Tak heran Putin geram dengan kondisi itu dan mengeluarkan pernyataan keras yang bernada menantang AS dan sekutu Barat-nya untuk berperang langsung.
Rusia juga tampaknya menggunakan segala upaya militer yang tersedia untuk memperkuat kekuatan tempurnya. Rencana pengiriman kendaraan udara tak berawak atau UAV diungkapkan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan pada briefing Gedung Putih, dapat memberikan dorongan yang signifikan bagi upaya Moskwa untuk menemukan dan menghancurkan artileri yang dipasok Barat dan sistem senjata lainnya (washingtonpost, 11/7/2022).
Dirilis dari pemberitaan media, dikabarkan Rusia akan menerima bantuan ratusan drone Iran. Sejauh ini, drone-drone buatan Iran itu telah diuji coba di beberapa medan tempur dengan hasil memuaskan.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov menyatakan proses rekrutmen baru pasukan Ukraina telah selesai. Kini tersedia 750.000 hingga satu juta pasukan untuk melakukan serangan besar-besaran di wilayah Ukraina selatan yang diduduki Rusia untuk merebut kembali wilayah itu.
Lihat juga: AS Kirim Roket ”Pintar” ke Ukraina
Bagaimanapun dinamika di medan peperangan Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian damai dalam waktu dekat. Kedua pihak masih sama-sama akan menggunakan kekuatan militer untuk saling mengalahkan.
Kekuatan militer Rusia bagaimanapun secara kuantitas masih jauh berlipat dari Ukraina. Namun, dengan kehadiran HIMARS, Harpoon, Howitzer M777, Howitzer Caesar, dan senjata berat Barat lainnya akan membuat medan laga ini menjadi lebih ”adil” bagi Ukraina dalam mempertahankan diri dan menambal ketimpangan keunggulan dari persenjataan Rusia. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Faktor-faktor Pengubah Narasi dalam Perang Rusia-Ukraina