Ada tiga gubernur yang paling banyak dirujuk publik menjadi presiden, yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil. Siapakah yang paling potensial menguasai persaingan politik?
Oleh
Bestian Nainggolan
·5 menit baca
TANGKAPAN LAYAR AKUN INSTAGRAM RIDWAN KAMIL
Tangkapan layar foto di akun Instagram @ridwankamil terkait pertemuan informal Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah), dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, di Jakarta, pada 2018, sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil, tiga kepala daerah yang paling banyak dirujuk publik menjadi presiden. Dengan mencermati basis dukungan politik yang selama ini mereka kuasai, kelebihan sekaligus kekurangan tampak melekat pada ketiganya.
Persoalannya, dengan segenap kelebihan dan kekurangannya itu, menarik diketahui siapa di antara ketiga gubernur yang sejauh ini terbilang paling potensial menguasai persaingan politik?
Setidaknya tiga indikator yang dapat digunakan dalam mencermati konfigurasi dukungan publik pada ketiga tokoh tersebut. Pertama, berkaitan dengan derajat penerimaan (akseptasi) dan sebaliknya penolakan (resistensi) ketiga tokoh di mata publik. Dengan mencermati akseptasi dan resistensi, tidak hanya keunggulan elektoral yang diketahui, tetapi potensi hambatan yang bakal dihadapi ketiga sosok tersebut di dalam upaya mereka memperluas dukungan.
Berdasarkan hasil survei, ketiga gubernur menunjukkan corak capaian yang berbeda. Anies Baswedan, misalnya, sejak tahun lalu sudah meraih capaian keterpilihan yang relatif tinggi. Ia bertengger pada papan atas persaingan politik. Akan tetapi, belakangan ini peningkatan dukungan padanya relatif stagnan.
Berbeda dengan yang dialami Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil justru sebaliknya. Dari sisi keterpilihan, baik Ganjar maupun Ridwan, sebelumnya tidak banyak dirujuk. Derajat keterpilihan kedua tokoh relatif rendah. Namun, setahun terakhir capaian keduanya konsisten meningkat. Bahkan Ganjar kini mampu melampaui Anies dari sisi derajat keterpilihan ataupun akseptabilitas publik.
Tingginya akseptasi masyarakat maupun konsistensi peningkatan dukungan merupakan modal positif. Hanya saja, tidak cukup bersandar pada indikator tersebut. Pengalaman politik menunjukkan, beberapa tokoh publik dengan tingkat keterpilihan yang tinggi tidak menjamin kesuksesan penguasaan dukungan lantaran pada saat yang sama ia dihadapkan pada penolakan publik yang tinggi pula.
Terkait dengan indikator penolakan publik, Ganjar dan Ridwan relatif lebih baik dari Anies. Hasil survei menunjukkan, derajat penolakan publik terhadap Ganjar maupun Ridwan di bawah 1 persen. Sebaliknya, Anies dihadapkan pada derajat penolakan publik sebesar 7,6 persen. Proporsi penolakan Anies agak mendekati besaran penerimaan publik padanya.
Kedua, keunggulan yang disandarkan pada indikator penguasaan geopolitik ketiga sosok. Terkait dengan penguasaan geopolitik, keunggulan dinyatakan jika setiap tokoh mampu membangun dukungan di dalam wilayah yang menjadi kekuasaan kepemimpinannya. Selain itu, perimbangan dukungan pada basis geopolitik Jawa dan luar Jawa pun perlu dilakukan guna memahami potensi representasi dukungan pemilih secara nasional dari ketiga tokoh.
Berkaitan dengan penguasaan daerah masing-masing, tampaknya ketiga gubernur belum sepenuhnya menjadi rujukan utama para warga. Hasil survei menunjukkan, belum ada separuh bagian responden di ketiga daerah provinsi yang memilih gubernurnya sebagai presiden.
Sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo relatif lebih tinggi capaiannya. Hingga saat ini, ia didukung oleh 38,3 persen responden yang bermukim di Jawa Tengah. Dengan proporsi sebesar itu, Ganjar merajai Jawa Tengah. Kendati demikian, masih sebagian besar warganya yang hingga kini belum menentukan siapa tokoh yang akan mereka pilih menjadi presiden.
Kompas/Heru Sri Kumoro
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berbincang dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) sebelum pembukaan Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019).
Berbeda dengan Ganjar, posisi Anies dan Ridwan masih dihadapkan pada situasi yang problematik. Di wilayah kepemimpinannya masing-masing, kedua gubernur itu tidak menjadi rujukan paling besar warganya. Posisi mereka hanya berada pada urutan kedua.
Di Jawa Barat, misalnya, justru Prabowo Subianto yang paling banyak dirujuk responden Jawa Barat sebagai presiden (19,3 persen). Ridwan sejauh ini hanya mampu mengumpulkan dukungan 16,5 persen responden.
Kondisi yang sama di DKI Jakarta. Anies Baswedan sejauh ini hanya dirujuk oleh 8,3 persen responden Jakarta sebagai presiden. Ironisnya, dua kali lipat lebih besar dari pencapaian Anies justru diraih oleh Ganjar Pranowo di DKI Jakarta.
Pada sisi geopolitik lain, penguasaan di luar wilayah kekuasaan kepemimpinan ketiga gubernur masih problematik bagi ketiganya. Sejauh ini, perimbangan pemilih di Pulau Jawa mencapai 60 persen, sedangkan luar Jawa sebanyak 40 persen. Problemnya hingga saat ini belum ada satu pun dari ketiga gubernur yang didukung oleh para pemilih secara proporsional.
Ganjar Pranowo, yang terbilang paling tinggi penetrasi politiknya, belum mampu memenuhi proporsionalitas sebaran pendukung. Konsentrasi pendukung Ganjar hanya terjadi di Pulau Jawa (86,2 persen).
Ridwan Kamil pun mirip, sekalipun dalam proporsi yang lebih rendah. Hasil survei ini menunjukkan, sedikitnya tiga perempat bagian (77 persen) pendukung Ridwan terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Anies Baswedan justru berkebalikan dengan kedua rival politiknya. Sejauh ini ia lebih banyak didukung oleh pemilih di luar Pulau Jawa (52,6 persen).
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Banten Wahidin Halim, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (dari kiri ke kanan) saat mengikuti Rapat Terbatas Pengelolaan Transportasi Jabodetabek yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/1/2019).
Dengan pencermatan pada sisi geopolitik semacam ini, tampaknya belum ada satu pun dari ketiga tokoh politik yang mampu menempatkan dirinya sebagai penguasa di daerah kepemimpinannya sekaligus juga sebagai penguasa nasional yang proporsional.
Ketiga, keunggulan tokoh yang disandarkan pada representasi politik yang berhasil mereka akumulasikan. Menjadi menarik mencermati kiprah politik ketiga gubernur tersebut mengingat ketiganya, terutama Anies Baswedan dan Ridwan Kamil, relatif berjarak dalam kekuasaan partai politik.
Dalam indikator representasi politik, seberapa proporsional suatu tokoh didukung oleh setiap pemilih partai menjadi basis penilaian kelebihan ataupun kelemahan. Semakin proporsional dukungan dari setiap pemilih partai politik yang berhasil dikuasai, maka semakin tinggi peluang keunggulan tokoh tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika dukungan hanya terkonsentrasi pada salah satu atau sedikit pemilih partai politik, semakin rendah peluang keunggulannya.
Dengan menggunakan ukuran semacam itu, di antara ketiga gubernur, Ganjar Pranowo paling tidak proporsional. Pasalnya, bagian terbesar pemilih PDI P terkonsentrasi padanya (47,6 persen). Proporsi yang dikuasai Ganjar jauh di atas penguasaan PDI-P dalam Pemilu 2019 (19,33 persen).
Pada Ganjar, walaupun ia juga didukung oleh para pemilih partai selain PDI-P, besarannya menjadi tidak proporsional. Partai Golkar dan Gerindra yang terbilang besar penguasaannya dalam pemilu lalu, misalnya, hanya berkontribusi di bawah 5 persen. Semakin kecil lagi kontribusi dukungan dari para pemilih Demokrat, PKS, PKB, maupun Nasdem.
Dari sisi representasi partai politik, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil tergolong proporsional. Kedua tokoh sama-sama memiliki pendukung partai politik dari berbagai spektrum. Akan tetapi, jika ditelusuri lebih jauh dari basis dukungan kedua tokoh tersebut, aspek proporsionalitas politik lebih tampak pada para pendukung Ridwan Kamil.
Pendukung Ridwan Kamil secara berurut dari PDI-P (16,4 persen), Golkar (11,5 persen), Gerindra (9,8 persen), PKS (8,2 persen), dan Demokrat (6,6 persen). Proporsi dan urutan pendukung relatif lebih menasional ketimbang Anies Baswedan yang sekalipun didukung oleh pemilih dari semua partai politik, namun memiliki pendukung terbanyak dari PKS (19 persen).
Segenap capaian dukungan ditoreh menjadi catatan keunggulan dan kelemahan politik dari setiap gubernur. Capaian tersebut menjadi modal politik bagi ketiganya dalam persaingan babak selanjutnya. (LITBANG KOMPAS)