Perempuan Muda Didorong Berkontribusi Ciptakan Lapangan Kerja
›
Perempuan Muda Didorong...
Iklan
Perempuan Muda Didorong Berkontribusi Ciptakan Lapangan Kerja
Kontribusi perempuan dan laki-laki yang setara dalam kegiatan ekonomi penting untuk menyejahterakan masyarakat.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kontribusi perempuan dan laki-laki yang setara dalam kegiatan ekonomi penting untuk menyejahterakan masyarakat di negara dan dunia. Perempuan diharapkan lebih banyak mengisi lapangan pekerjaan dan lebih dari itu ikut serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam dialog virtual, yang menjadi rangkaian program Girls Leadership dengan Plan Indonesia, Sabtu (6/3/2021). Menurut dia, pemerataan ekonomi yang menyejahterakan masyarakat bisa terwujud dengan kesetaraan perempuan dan laki-laki.
”Laki-laki dan perempuan bisa sama-sama mewujudkan ini. Sayangnya, perempuan masih menjadi minoritas dalam jajaran kepemimpinan, entah di parlemen kita yang masih di bawah 30 persen atau di perusahaan swasta. Namun, jika dilihat secara positif, ini menunjukkan masih adanya peluang besar bagi perempuan,” tuturnya dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah tenaga kerja perempuan sebenarnya mengalami peningkatan. Ini seperti terlihat di periode 2018 ke 2019, yang meningkat dari 47,95 juta perempuan menjadi 48,75 juta orang. Namun, proporsi perempuan terhadap total pekerja menurun dari 38,66 persen pada 2018 menjadi 38,53 persen pada 2019.
Berdasarkan jenis dan sektor pekerjaan, per 2019, hanya 21,66 persen perempuan yang terjun sebagai tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan. Sementara 58,04 persen mengisi usaha jasa. Data lain dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat, kurang dari 25 persen pekerja perempuan yang menggeluti bidang teknologi informasi, matematika, dan arsitektur.
Kendati demikian, perempuan Indonesia dinilai punya potensi mengembangkan kemandirian dan kepemimpinan. Modal tersebut dapat membantu membuka lebih banyak pekerjaan untuk menggerakkan ekonomi dan kemampuan sosial.
Peningkatan kapasitas perempuan, khususnya kalangan muda, dalam bidang pembangunan dan kepemimpinan menjadi target dari program yang dijalankan Kementerian Keuangan dan organisasi Plan International Indonesia, Girls Leadership. Program itu melibatkan ratusan remaja dan kaum muda perempuan berusia 15-24 tahun yang berasal dari 57 kabupaten dan kota di Indonesia.
Dilaksanakan sepanjang Desember 2020 hingga Maret 2021, program tersebut memberikan berbagai pendampingan dan kesempatan kepada peserta untuk membuat proyek bertema sosial, pendidikan, hingga bisnis.
Kepedulian sosial
Kemampuan memimpin, termasuk untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan yang setara bagi perempuan, menurut Sri, dapat diawali dengan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar. Karakter ini, menurut dia, sudah ditunjukkan oleh para peserta program pemberdayaan perempuan tersebut.
Peserta seperti Della Agustin, pendiri organisasi Bewithyou dari Bogor, Jawa Barat, misalnya, mengimplementasikan program pembekalan tersebut dengan meningkatkan kapasitas perempuan yang bergabung untuk mengembangkan bisnis. Ia membuat proyek kelas bisnis yang diisi oleh pelaku usaha berkompeten.
Selain kelas-kelas, proyeknya juga memberi tantangan kepada anggotanya, seperti untuk membuat rencana bisnis dan berpromosi. Para anggota juga diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman, antara lain, melalui podcast reguler.
”Sampai saat ini, ada beberapa peserta menjalankan bisnis di bidang kreatif hingga kuliner. Kami membuat video pembelajaran serupa dan podcast untuk menyebarkan semangat berbisnis ke perempuan lainnya,” kata Della.
Peserta lain, seperti Brelyantika Indra asal Jepara, Jawa Tengah, membuat proyek pendidikan berjudul Panti Carita. Proyek ini terpikir sejak ia aktif menjadi sukarelawan pengajar di satu lembaga kesejahteraan anak di Jepara sejak 2018.
”Saya mengajar 13 anak perempuan di sana. Dan, mereka selalu malu dan memelankan volume suara ketika diminta berbicara tentang cita-cita. Sejak saat itu, saya ajak teman-teman saya untuk datang bercerita mengenai cita-cita mereka dan perjalanan mereka hingga bisa seperti sekarang,” kisah Brelyantika.
Penyandang tuli seperti Silvia Atmajaya dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, juga memiliki kepedulian dengan anak perempuan lainnya yang berkebutuhan khusus. Ia pun bertekad membantu mereka dengan mengajarkan keahlian aplikatif, salah satunya keterampilan merias wajah.
”Sering kali teman tuli yang perempuan sulit dapat keterampilan. Makanya, saya ajarkan cara membuat kesenian, salah satunya merias wajah, agar teman tuli yang selama ini terisolasi dan termarjinalkan karena dianggap tidak bisa bekerja bisa mandiri mencari kerja atau membuat lapangan pekerjaan yang bisa menguntungkan secara finansial,” tuturnya.
CEO Plan International AB Albrectsten berharap gerakan para perempuan muda tersebut bisa menginspirasi perempuan lainnya bahwa apa pun keinginan dan harapan mereka, sekecil atau sebesar apa pun bisa diwujudkan. Pada akhirnya, kesetaraan dan persaingan sehat antara perempuan dan laki-laki bisa menguntungkan semua pihak.