Pesan dan harapan menjelang putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa hasil Pemilu Presiden 2024 disuarakan di UGM.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Hari Kartini diperingati sejumlah guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumnus perempuan Universitas Gadjah Mada, di Yogyakarta, Minggu (21/4/2024). Para ”Srikandi” menyuarakan pesan dan harapan menjelang putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa hasil Pemilu Presiden 2024.
Peringatan Hari Kartini tersebut digelar di Balairung UGM, Minggu sekitar pukul 10.00 WIB. Sebanyak tujuh perempuan yang terdiri dari guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumnus bergantian menyampaikan orasinya di panggung.
Puncaknya, Guru Besar Fakultas Biologi UGM Prof Endang Semiarti membacakan pernyataan sivitas akademika UGM berjudul ”Kartini Bangkit: Mengawal Putusan MK untuk Demokrasi Indonesia”. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden 2024 menurut rencana dibacakan di Jakarta, Senin (22/4/2024).
”Hari ini, bertempat di Balairung UGM, kami memperingati Hari Kartini dalam suasana keprihatinan. Perjuangan emansipasi, yang merupakan pilar penting kehidupan berdemokrasi yang diupayakan RA Kartini, telah terkoyak sangat dalam di saat bangsa Indonesia sedang berbenah menuju Indonesia Emas,” ujar Endang saat membacakan pernyataan tersebut.
Kami memperingati Hari Kartini dalam suasana keprihatinan. Perjuangan emansipasi, yang merupakan pilar penting kehidupan berdemokrasi yang diupayakan RA Kartini, telah terkoyak sangat dalam di saat bangsa Indonesia sedang berbenah menuju Indonesia Emas. (Endang)
Dia mengungkapkan, pelanggaran terhadap konstitusi, undang-undang, etika, dan norma bernegara marak terjadi selama lima tahun terakhir akibat ambisi segelintir elite politik. Arah pembangunan bangsa ini pun akan sangat ditentukan oleh putusan MK pada 22 April.
”Dari Yogyakarta, kami berharap Mahkamah Konstitusi sebagai benteng terakhir keadilan agar menggunakan nurani, akal sehat, dan kewenangan yang dimilikinya untuk mengambil keputusan berkeadilan demi menjaga demokrasi dan amanah konstitusi untuk kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang,” kata Endang.
Sementara itu, saat menyampaikan orasinya, Guru Besar Fakultas Teknik UGM Prof Wiendu Nuryanti mengingatkan kembali pesan-pesan RA Kartini yang masih relevan hingga hari ini. Dia membacakan surat Kartini kepada Nyonya Abendanon tertanggal 4 September 1901. Nyonya Abendanon adalah orang Belanda yang merupakan salah satu sahabat pena Kartini.
”Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk masa depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi,” tulis Kartini seperti dikutip Wiendu.
Wiendu mengatakan, setelah berselang 123 tahun, isi surat itu masih sangat relevan dengan situasi nasional yang kita hadapi akhir-akhir ini. ”Bahwa tantangan-tantangan penindasan hukum dan juga pemalsuan mana yang baik dan buruk akan selalu dihadapi sepanjang zaman,” katanya.
Okky Madasari, penulis novel sekaligus alumnus UGM, menyatakan, pemikiran Kartini berdasar pada etika, prinsip untuk menegakkan kesetaraan, kebenaran, dan keadilan sosial. ”Kartini sejak awal juga selalu menggarisbawahi rakyat sebagai tujuan. Hal inilah yang seharusnya menjadi prinsip demokrasi,” ujarnya.
Menurut dia, demokrasi tanpa ada kesetaraan dan keadilan sosial hanya akan menjadi mitos belaka. Selain itu, praktik membenarkan pelanggaran etika dan pelanggaran hukum untuk kelompok-kelompok tertentu, kepentingan keluarga, dan golongan, membuat demokrasi Indonesia tidaklah berdasarkan pada prinsip-prinsip yang diperjuangkan Kartini.
”MK sebagai anak kandung Reformasi kita harapkan bisa menjadi pengawal konstitusi dalam upaya mewujudkan demokrasi,” tutur Okky.