Relasi Jokowi-Megawati Semakin Renggang
Presiden Jokowi dan Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri tak bersua saat Idul Fitri. Jurang pemisah terlalu lebar.
JAKARTA,KOMPAS - Selama dua hari perayaan Idul Fitri, Rabu-Kamis (10-11/4/2024), Presiden Joko Widodo tak bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P Megawati Soekarnoputri. Hal tersebut dinilai menunjukkan kian merenggangnya relasi Jokowi dengan ketua umum dari partai politik pengusung utamanya di Pemilihan Presiden 2014 dan 2019. Namun, hal ini ditepis pihak Istana.
”Perbedaan tahun ini, kenapa tahun ini tidak silaturahmi dengan Bu Mega, ini soal waktu,” ujar Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin saat dihubungi, Kamis. Ia pun menepis hubungan di antara keduanya semakin merenggang, terutama setelah gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Ia menegaskan bahwa Presiden dan Megawati sama-sama merupakan sosok tulus dan bersih yang sama-sama berjuang untuk kesejahteraan bangsa.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pada hari pertama Idul Fitri, Rabu, Presiden Jokowi banyak menghabiskan waktu di Istana. Ia menerima para pejabat pembantunya yang ingin bersilaturahmi dan mengucapkan Idul Fitri. Sejak pagi hari, Istana pun menggelar buka pintu (open house) untuk memberi masyarakat kesempatan bersalaman dan mengucapkan Idul Fitri secara langsung kepada Presiden. Pada kesempatan ini, Presiden didampingi istrinya, Nyonya Iriana. Pada hari kedua, Kamis, Presiden ke Medan, Sumatera Utara, untuk merayakan Idul Fitri di sana bersama anak dan cucunya. Seperti diketahui, menantu Presiden, Bobby Nasution, menjabat Wali Kota Medan.
Di antara tamu yang mengucapkan selamat Idul Fitri kepada Presiden Jokowi adalah calon presiden peraih suara terbanyak di Pilpres 2024, Prabowo Subianto. Keduanya saling mengucap Idul Fitri pada hari pertama. Pada hari kedua Idul Fitri, keduanya kembali bertemu. Presiden didampingi Ny Iriana serta anaknya, Kaesang Pangarep, bersama istrinya, Erina Gudono, sarapan bersama dengan Prabowo yang hadir bersama anaknya, Didit Hediprasetyo.
Baca juga: Panas Dingin Relasi ”Anak Nakal” dan ”Ibu”-nya
Adapun Megawati menghabiskan hari pertama Idul Fitri di kediamannya, di Jalan Teuku Umar, Jakarta. Presiden ke-5 RI itu tak menggelar acara buka pintu di Lebaran kali ini. Hanya sahabatnya yang bisa bersalaman dan mengucapkan Idul Fitri secara langsung ke Megawati. Selain para elite di PDI-P, tampak hadir empat menteri Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Seusai bersilaturahmi, Sri Mulyani mengatakan tidak ada pesan khusus yang disampaikan Megawati. ”Pokoknya berlebaran saja,” katanya.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto tak berkomentar banyak ketika ditanya soal apakah Presiden Jokowi bakal bersilaturahmi dengan Megawati. Ia hanya mengatakan bahwa Lebaran ini tidak ada buka pintu di rumah Megawati. ”Ya ini, kan, bisa dilihat di sana, itu, kan, tidak ada open house. Jadi, dihadiri oleh sahabat-sahabat Ibu (Megawati) yang datang, yang juga menunjukkan suatu komitmen bagi Indonesia, bukan bagi keluarga, he-he-he,” ujar Hasto.
Pada hari kedua Idul Fitri pun tidak terlihat silaturahmi antara Jokowi dan Megawati. Megawati menghabiskan waktunya untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Baca juga: Kenegarawanan Hakim Mahkamah Konstitusi
Catatan Kompas, Jokowi dan Megawati selalu bersilaturahmi saat Idul Fitri. Tahun lalu, misalnya, keduanya bertemu lima hari setelah Idul Fitri. Saat itu, Jokowi bersama Ny Iriana mengunjungi Megawati di kediamannya. Pada Idul Fitri 2022, Jokowi dan Megawati pun saling mengucap Idul Fitri, bedanya, silaturahmi secara daring.
Relasi antara Jokowi dan Megawati dilihat banyak pihak merenggang akibat Pilpres 2024. Pemicunya karena putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, lolos menjadi peserta pilpres melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah persyaratan pencalonan presiden-wapres dan kemudian diwarnai pelanggaran kode etik hakim konstitusi. Relasi keduanya kian meruncing setelah pada pilpres, Jokowi dinilai condong memberikan dukungan kepada anaknya yang berpasangan dengan calon presiden (capres) Prabowo Subianto, dan bukan capres- cawapres dari PDI-P, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Pagar pembatas
Saat ditemui, Kamis, Hasto mengibaratkan ada pagar pembatas di antara Megawati dan Jokowi.
”Diketok pintunya saja susah karena itu hal yang sangat fundamental. Dan ini bukan karena PDI-P, melainkan ini karena prinsip-prinsip pengkhianatan terhadap konstitusi dan demokrasi yang berkedaulatan rakyat dan tata nilai bangsa,” tegasnya.
Baca juga: Pertemuan Jokowi-Megawati Sulit Terwujud, Hasto: Ada Pagar Pembatas
Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta, Sirojudin Abbas, berpandangan jurang pemisah antara Jokowi dan Megawati saat ini terlalu lebar dan masih terlalu panas untuk bisa dijembatani melalui silaturahmi Idul Fitri. Kedua pemimpin tersebut dinilai membutuhkan waktu yang lama untuk memperkecil jarak di antara keduanya dan mendinginkan suhu politik.
”Saya kira masih akan membutuhkan waktu lama agar bisa duduk bersama dalam satu forum. Apalagi untuk bisa makan bersama dan bercengkerama seperti sebelumnya sering dilakukan,” ujarnya.
Upaya Prabowo
Situasi tersebut dinilainya akan memengaruhi upaya Prabowo yang berupaya merangkul semua pihak untuk meminimalisasi potensi adanya oposisi di pemerintahannya kelak. Langkah Prabowo itu menjadi kian tidak mudah jika ide politiknya tak lebih dari bagi-bagi akses pada sumber kekuasaan dan ekonomi.
Pasalnya, ia mengingatkan, PDI-P memiliki akar ideologis, idealisme, serta sejarah oposisi politik yang sangat kuat. Di sisi lain, PDI-P memiliki kekuatan yang besar di DPR sebagai pemenang Pemilu 2024. ”Kondisi ini pasti tidak akan mudah untuk dikelola Pak Prabowo. Pak Prabowo mungkin pada akhirnya harus realistis dan pragmatis,” terangnya.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, bahkan memprediksi hubungan Jokowi dengan Megawati akan sama seperti hubungan Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Hubungan Megawati dengan Yudhoyono sudah retak sejak Pemilu 2004 dan hingga kini belum mencair.
Namun, ia melihat merenggangnya relasi Jokowi dengan Megawati tak akan memengaruhi hubungan Megawati dan Prabowo. Hal itu tampak dari kunjungan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Rosan Roeslani, ke kediaman Megawati pada hari pertama Idul Fitri ataupun ditugaskannya putri Megawati yang juga Ketua DPP PDI-P, Puan Maharani, oleh Megawati, untuk membuka komunikasi dengan Prabowo.
Rosan dua kali datang ke kediaman Megawati, Rabu. Pada Rabu siang, ia datang bersama istrinya. Namun, hanya sekitar lima menit, mereka sudah terlihat meninggalkan kediaman. Kunjungan kedua pada Rabu sore. Kali ini, kunjungan berlangsung lebih lama atau sekitar 1,5 jam. Rosan tidak berkomentar apa pun ketika ditanya wartawan.
Hasto Kristiyanto menjelaskan alasan Rosan kembali lagi ke kediaman Megawati pada Rabu sore karena di kunjungan pertama belum sempat bertemu Megawati. ”Karena belum sempat salaman sama Ibu Mega, kemudian Mas Rosan datang kembali,” ujarnya.
Baca juga: Waktu Pertemuan Prabowo dengan Megawati Tunggu Hasil Komunikasi Kedua Partai
Rosan diterima langsung oleh Megawati yang didampingi Puan Maharani, Hasto, Arifin Tasrif yang kini menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Abdullah Azwar Anas yang menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Dalam pertemuan, Megawati disebut banyak bercerita tentang pengalamannya saat masa-masa perjuangan di PDI-P. Megawati juga bercerita pengalamannya di Papua dan Maluku.
”Cerita tentang hidup itu penuh dengan perjuangan. Pesan-pesan semangat perjuangan tadi diceritakan Ibu kepada Mas Rosan. Dan, Mas Rosan mengatakan, ’Aduh, pengalaman Ibu ternyata sangat luar biasa, penuh semangat juang’,” kata Hasto.
Ia juga menegaskan, Rosan tak membawa pesan khusus dari Prabowo untuk Megawati. Pertemuan keduanya murni silaturahmi Idul Fitri. ”Jadi, tidak ada yang terkait dengan politik kekuasaan. Tetapi politik sebagai kehidupan, itu yang dibahas,” ucapnya.
Secara terpisah, Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Afriansyah Noor, mengatakan, kunjungan Rosan merupakan bagian dari upaya Prabowo merangkul semua kekuatan guna membangun Indonesia.
Baca juga: Sudahkah Prabowo Merindukan Nasi Goreng Megawati?
Prabowo-Megawati
Adapun terkait rencana pertemuan Prabowo dan Megawati, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, waktu pertemuan tergantung hasil komunikasi di antara PDI-P dan Gerindra. Ia belum tahu apakah pertemuan sebelum atau sesudah Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusan perkara sengketa hasil Pilpres 2024, 22 April mendatang.
Sementara itu, di Surakarta, Rabu, Gibran Rakabuming Raka menyampaikan harapannya agar bisa bertemu dengan para kontestan Pilpres 2024. Selain Ganjar-Mahfud, kontestan lainnya adalah Anies Baswedan-Mahfud MD. Atas ajakan ini, Ganjar berkomentar singkat. ”Bagus,” kata Ganjar di sela-sela kegiatan buka pintu di kediaman masa kecilnya, di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis.
Anies pun berkomentar singkat. Ditemui di sela-sela acara buka pintu di kediamannya, di Jakarta, Rabu, Anies menyampaikan belum menerima pemberitahuan jika Gibran ingin menemuinya.
(WKM/BOW/PDS/NAD/WIL/NCA)