Buka Pintu di Istana, Berdesakan demi Bisa Salaman dengan Presiden Jokowi
Presiden Jokowi membuka pintu Istana. Warga dan para pejabat pun antusias mengantre bersalaman dengan Kepala Negara.
Idul Fitri selalu menjadi momen istimewa. Tidak hanya menjadi hari kemenangan setelah sebulan menahan nafsu, tetapi ada silaturahmi yang dijalin kembali saat momen ini.
Tradisi membuka pintu Istana Kepresidenan, padanan dari open house atau gelar griya, membiarkan warga masuk serta bersilaturahmi dengan Kepala Negara, terjadi sejak berdekade lalu.
Sebelumnya, di masa Presiden Soekarno, silaturahmi dimulai dengan pertemuan antarelite bangsa setelah Idul Fitri tahun 1948. Kala itu, silaturahmi diharap menjadi langkah rekonsiliasi untuk mencegah perpecahan di Indonesia yang baru berusia tiga tahun.
Setelah Orde Baru, tradisi membuka pintu saat Idul Fitri dilanjutkan. Masyarakat bisa bertemu langsung, bersalaman, dan menyampaikan Selamat Idul Fitri kepada Presiden.
Baca juga: Saat Halalbihalal Jadi Peluruh Perbedaan
Antusiasme pun umumnya tinggi, apalagi untuk Presiden Joko Widodo, tahun ini adalah tahun terakhirnya menjabat. Tahun 2024 juga menjadi tahun pertama buka pintu diselenggarakan kembali setelah empat tahun pandemi Covid-19.
Kendati Kepala Biro Protokoler Sekretariat Presiden Yusuf Permana mengatakan acara buka pintu terbatas waktunya dan tidak sampai sore, warga yang datang tetap sangat banyak. Sedikit demi sedikit warga yang datang pun diarahkan dari ruang tunggu di halaman Kementerian Sekretariat Negara.
Baca juga: Tak Sekadar Mudik dan Silaturahmi, Idul Fitri Mesti Diwujudkan dalam Hal Bermakna
Sementara itu, para pejabat, baik Menteri Kabinet Indonesia Maju, pejabat tinggi, maupun direktur utama badan-badan usaha milik negara juga berbaris mengantre untuk bersalaman dengan Presiden Jokowi dan Nyonya Iriana. Presiden Jokowi dan Nyonya Iriana tahun ini memulai acara silaturahmi di Istana Negara ini pada pukul 08.18.
Menteri Pemuda dan Olahraga Ario Bimo Nandito Ariotedjo tampak mengantre sembari menggendong putrinya, Sadia Kiera Nadashana. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Anas tepat di belakangnya.
Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo juga mengantre bersama keluarga besarnya. Demikian pula Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Namun, antrean para pejabat tetap lebih lancar ketimbang warga biasa. Tak hanya itu, mereka bisa mengenalkan anggota keluarganya satu per satu dan meminta berfoto bersama Presiden Jokowi dan Nyonya Iriana.
Baca juga: ”Buka Pintu” sebagai Padanan ”Open House”
Bagi karyawan Istana dan keluarganya, tentu hanya salaman dan sekadar mengucap selamat Idul Fitri. Warga pun tak bisa berlama-lama. Bertemu, salaman, dan menyampaikan ucapan selamat sudah sangat menggembirakan.
Asih Astuti Febri, dua warga difabel netra relatif cepat mendapat kesempatan untuk bersalaman dengan Presiden Jokowi. Para petugas mengatakan, warga difabel diprioritaskan supaya tak mengantre lama.
Namun, diakui waktu pertemuan dengan Presiden tak lama. Warga pun menyadari Presiden sebagai petinggi negara nomor satu tentu memiliki banyak kesibukan.
”Sebenarnya banyak yang mau kami sampaikan. Salah satunya adalah kami sebagai kaum minoritas mengharapkan dari bantuan aparatur negara untuk memedulikan tunanetra supaya dapat lapangan kerja yang layak. Memang banyak, sih, yang di instansi, tapi itu untuk formal aja, sementara yang nonformal belum ada kegiatan apa pun,” tutur Febri.
Asih tak bisa menyembunyikan kegembiraan karena merasa Presiden peduli dengan kaum minoritas. ”Dan bisa merasakan tangannya Pak Jokowi, selama dua periode baru ini saya bertemu,” kata Asih.
Kendati demikian, acara buka pintu Istana ini diselenggarakan terbatas. Pukul 11.00 siang, pintu dari Kementerian Sekretariat Negara menuju Kompleks Istana Kepresidenan ditutup. Sekitar setengah jam kemudian, Presiden Jokowi menyudahi acara salaman ini.
Bisa merasakan tangannya Pak Jokowi, selama dua periode baru ini saya bertemu.
Akibatnya, banyak warga yang tertinggal dan tak mendapat kesempatan. Ada yang tertahan di luar pagar Kementerian Sekretariat Negara di Jalan Majapahit. Ada pula yang tertinggal di depan pintu menuju Kompleks Istana Kepresidenan.
Sampai lewat tengah hari, petugas Pasukan Pengamanan Presiden maupun personel kepolisian yang membantu berjaga mencoba membujuk warga untuk pulang. Sebab, acara buka pintu sudah usai.
Tak ayal, warga marah. ”Saya sudah tidak ikut shalat di Istiqlal supaya bisa nunggu dari jam 06.00,” ujar Wa Ode (52), seorang ibu yang bersikeras duduk di salah satu pilar depan pintu penghubung Istana dan Kementerian Sekretariat Negara.
Baca juga: Lebaran, Presiden Jokowi Gelar Acara Buka Pintu di Istana Negara
Wa Ode kecewa karena dia sudah mendapat kupon bertulisan D1 dan sudah berada di tempat menanti. Dia pun kesal karena banyak orang yang datang belakangan, tetapi bisa masuk Istana.
Teti (63), warga Cibubur, juga kecewa berat. Sebab, dia sengaja sejak malam di Masjid Istiqlal supaya bisa shalat Idul Fitri dan melanjutkan silaturahmi dengan Presiden di Istana. ”(Hal) Yang capainya (itu) antre. Ibu-ibu, kan, tahu sendiri,” tutur perempuan berkerudung tersebut.
Sebelumnya, Teti berjalan kaki dari Masjid Istiqlal di bawah sinar matahari yang bersinar cemerlang sampai gerbang Kementerian Sekretariat Negara di Jalan Majapahit. Jarak sekitar 1 kilometer ditempuhnya demi mengikuti buka pintu di Istana.
Baca juga: Menyucikan Diri Tidak Cukup dengan Berbuat Baik
Di luar pagar Kementerian Sekretariat Negara, Oci yang berasal dari Tangerang, Roni dari Depok, Ati dari Tangerang Selatan, Deni Prasetya dari Citayam, dan Imelda Siahaan dari Pamulang Jakarta penuh harap supaya masih bisa masuk dan bersalaman dengan Presiden Jokowi. Namun, pagar hitam besar kementerian sudah ditutup.
”Kami hanya ingin salaman karena 20 Oktober dia (Presiden Jokowi) sudah selesai (masa jabatannya). Kami, kan, bukan berdemo dan ini Istana punya rakyat. Masak kalau sudah pemilu, kami diginiin,” tukas Imelda (66).
Ati yang mengaku anggota Partai Solidaritas Indonesia dan sukarelawan Jokowi bahkan Prabowo mengatakan ingin bersalaman dengan Presiden Jokowi di tahun terakhirnya menjabat. ”Selama ini, kami belum pernah ketemu dan ke sini,” ujarnya.
Baca juga: Kala Jokowi ”Ngabuburit” bersama Anak-anak Yatim
Kepala Biro Protokoler Sekretariat Presiden Yusuf Permana mengatakan, antusiasme masyarakat yang ingin hadir di gelar griya Istana bisa dipahami. ”Kami sangat menghormati dan sangat menghargai serta mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang datang ke Istana,” katanya.
Namun, Yusuf pun menuturkan keterbatasan yang dialami. ”Sebagaimana yang telah kami sampaikan sebelumnya, bahwa kami pun ada keterbatasan waktu, termasuk untuk persiapan shalat Dzuhur. Kami mohon maaf apabila tidak dapat mengakomodasi semua kehadiran masyarakat,” ujarnya.
Menurut Yusuf, hal ini akan menjadi bahan evaluasi bagi pihaknya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Kami pun ada keterbatasan waktu. Kami mohon maaf apabila tidak dapat mengakomodasi semua kehadiran masyarakat.
Idul Fitri memang istimewa. Warga yang berharap bisa bersilaturahmi pun banyak. Tentu akan lebih baik apabila waktu buka pintu Istana lebih panjang. Kapan lagi warga bertemu presidennya?