Raih Suara Terbanyak, Sejumlah Menteri Jokowi Berpeluang Rebut Kursi DPR
Para menteri dinilai sudah mempunyai modal ketokohan dan kepopuleran sehingga lebih mudah meraih suara.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian menteri Kabinet Indonesia Maju, yang mengikuti Pemilihan Anggota Legislatif 2024, masuk dalam jajaran sepuluh besar calon anggota legislatif peraih suara terbanyak sehingga berpeluang melenggang ke parlemen. Capaian calon anggota legislatif tersebut dinilai sebagai buah dari kekuatan ketokohan menteri untuk mendapatkan kursi di daerah pemilihan masing-masing.
Salah satu anggota kabinet yang masuk dalam jajaran sepuluh besar calon anggota legislatif (caleg) dengan suara terbanyak adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly. Caleg dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu maju dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Utara I.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo yang maju dari Partai Golkar juga masuk dalam jajaran sepuluh besar caleg dengan suara terbanyak di dapil DKI Jakarta I. Begitu pula Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar. Kedua menteri yang maju dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu masing-masing masuk dalam sepuluh besar caleg dengan suara terbanyak di dapil DKI Jakarta II dan dapil Jawa Timur VIII.
Mengacu pada hasil rekapitulasi suara nasional untuk Provinsi Sumatera Utara yang disahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (15/3/2024), Yasonna meraih 83.045 suara. Capaian itu menempatkan Yasonna dalam peringkat kesembilan caleg peraih suara terbanyak di dapil yang meliputi wilayah Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Tebing Tinggi tersebut. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan dari dapil Sumut I sebanyak 10.
Perolehan suara Yasonna juga mengantarkan partai politiknya, PDI-P, tampil sebagai pemenang pemilu legislatif (pileg) di Sumut I dengan raihan 528.081 suara. Namun, kontribusi cukup besar berasal dari limpahan suara caleg petahana, Sofyan Tan, karena Sofyan mendapatkan suara terbanyak di dapil Sumut I, yakni 279.334 suara.
Pertarungan sengit
Menpora Ario Bimo berada di posisi terakhir dalam jajaran sepuluh besar caleg dengan suara terbanyak di dapil DKI Jakarta I. Ario yang sejak awal berkarier politik di Partai Golkar itu meraih 55.560 suara.
Pertarungan politik di dapil DKI Jakarta I memang relatif sengit. Ini karena sejumlah politikus senior dan pesohor yang sudah beberapa kali menjadi anggota DPR kembali bertarung di dapil yang meliputi wilayah Kota Jakarta Timur itu. Ada Mardani Ali Sera, caleg Partai Keadilah Sejahtera (PKS) yang meraih suara tertinggi di dapil itu. Ada pula caleg petahana lain, seperti Habiburrokhman dari Partai Gerindra, Putra Nababan dari PDI-P, Eko Hendro Purnomo dari Partai Amanat Nasional (PAN), dan Ahmad Ali dari Partai Nasdem. Sementara itu, kursi DPR yang diperebutkan hanya enam.
Bukan hanya itu, perolehan suara pileg di dapil DKI Jakarta I juga didominasi oleh PKS dengan 390.441 suara. PDI-P yang pada Pemilu 2019 mendapatkan suara tertinggi di dapil yang mencakup wilayah Jakarta Timur itu kini bergeser di posisi kedua dengan perolehan 343.789 suara.
Sementara itu, Ida Fauziyah meraih 60.180 suara di dapil DKI Jakarta II. Raihan itu menempatkannya dalam urutan keempat caleg peraih suara terbesar di dapil yang meliputi Jakarta Selatan dan luar negeri tersebut. Namun, raihan suara serta posisi Ida masih bisa berubah karena hasil pemungutan suara ulang di Kuala Lumpur, Malaysia, belum direkap oleh KPU.
Kolega Ida sesama caleg PKB, Abdul Halim Iskandar, berada di posisi kesembilan jajaran caleg dengan suara terbanyak di dapil Jatim VIII dengan raihan 107.011 suara. Perolehan suara kakak kandung Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar itu kalah dari caleg PKB lain, Rusdi Kirana, yang meraih 121.080 suara.
Namun, di dapil yang meliputi wilayah Mojokerto, Jombang, Nganjuk, dan Madiun itu, PKB mendominasi dengan raihan 522.993 suara. Sementara itu, jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 10 sehingga PKB berpotensi meraih dua kursi di dapil Jatim VIII.
Wakil menteri terancam gagal
Nasib berbeda dialami dialami para wakil menteri pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Dua wakil menteri yang menjajal peruntungan dengan mengikuti pileg terancam gagal memperoleh kursi DPR lantaran raihan suara mereka rendah dan partainya tidak lolos ambang batas parlemen 4 persen.
Salah satunya Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo yang maju dari dapil Jatim I. Meski meraih hingga 36.018 suara, Angela terancam tak lolos ke DPR karena partai politik pengusungnya, Partai Perindo, diperkirakan tidak lolos ambang batas parlemen 4 persen.
Wakil menteri lainnya adalah Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, yang maju dari dapil Sulawesi Utara. Caleg Partai Golkar itu meraih 82.405 suara. Meski demikian, raihan suara Jerry itu belum bisa menggeser capaian Ketua DPD Partai Golkar Sulut Christiany Eugenia Paruntu, yang memperoleh 88.520 suara di dapil yang sama.
Meski demikian, raihan suara tinggi tak menjadi penentu caleg tersebut lolos ke Senayan. Ada syarat parpol harus lolos ambang batas parlemen 4 persen suara sah nasional, selain itu juga perhitungan konversi suara menjadi kursi yang ditentukan dengan menggunakan metode Sainte Lague. Penentuan peraih kursi juga akan ditentukan saat penetapan hasil rekapitulasi tingkat nasional oleh KPU.
Kekuatan
Melihat fenomena caleg dengan latar belakang menteri yang meraih suara tinggi dan mudah memperoleh dukungan, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengaku tak heran. Sebagai menteri, lanjut Ujang, mereka mempunyai kekuatan ketokohan dan sudah populer di kalangan pemilih.
Semua yang diidam-idamkan oleh seorang caleg itu ada dalam diri seorang menteri atau jabatan menteri. Jadi, karena itulah menteri itu akan mudah menang dan mendapatkan dukungan yang banyak.
Dengan jabatan menteri, mereka mudah mendapatkan semuanya, mulai dari jaringan, kemampuan logistik, hingga kekuasaan. Apalagi, sejumlah menteri itu sebelumnya juga sudah pernah menjadi anggota DPR.
”Semua yang diidam-idamkan oleh seorang caleg itu ada dalam diri seorang menteri atau jabatan menteri. Jadi, karena itulah menteri itu akan mudah menang dan mendapatkan dukungan yang banyak,” kata Ujang saat dihubungi, Minggu (17/3/2024).
Ujang juga melihat seorang menteri yang meraih suara tertinggi dalam pemilihan legislatif bukan berasal dari hasil kerjanya selama menjabat sebagai menteri. Fakta dan kenyataan di lapangan, kemenangan mereka itu diperoleh karena ada popularitas dan kemampuan modal yang besar.
”Walaupun demikian, ada juga menteri yang tidak terpilih, seperti Dito dari Golkar. Karena itu, kembali lagi pada popularitas si menteri dan isi tas dari caleg tersebut,” ungkap Ujang.