Ruhut Sitompul hingga Oegroseno Kalah di ”Dapil Neraka” Sumut I
Kekuatan lama mendominasi Sumut I. Yasonna, Tifatul, dan Musa Rajekshah melenggang ke Senayan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
Rekapitulasi suara di ”dapil neraka” Sumatera Utara I kembali menunjukkan persaingan sengit. Mantan Wakapolri Komjen (Purn) Oegroseno, mantan Gubernur Sumut Tengku Erry, politisi senior Ruhut Sitompul, hingga sejumlah bupati dan wali kota kalah di dapil itu. Setelah 25 tahun bertarung di Sumut I, PKB untuk pertama kali mendapat kursi DPR, menggeser PAN.
Komisi Pemihan Umum Provinsi Sumut akhirnya merampungkan rekapitulasi penghitungan suara di ”dapil neraka” Sumut I. Berdasarkan hasil resmi yang dipublikasikan melalui pemilu2024.kpu.id, sebagaimana dikutip Kompas pada Sabtu (16/3/2024), kekuatan lama masih mendominasi di dapil yang terdiri dari Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Tebing Tinggi dengan daftar pemilih tetap 3,89 juta itu.
Tiga parpol dengan perolehan suara tertinggi diperkirakan mendapat masing-masing dua kursi, yakni PDI-P (528.081 suara), Golkar (467.910), dan Gerindra (350.582 suara). Sementara empat parpol lainnya mendapat masing-masing satu kursi, yakni PKS (320.608 suara), Nasdem (225.924 suara), PKB (199.616 suara), dan Demokrat (159.487 suara).
PAN yang mendapat 108.307 suara harus legowo kehilangan kursi dengan melejitnya suara PKB. PKS yang mendapat dua kursi pada pemilu lalu harus puas dengan satu kursi saja. Golkar berhasil merebut kursi kedua itu.
PDI-P tampil sebagai pemenang di Sumut I dengan dua wajah lama, yakni petahana Sofyan Tan dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly. Sofyan menjadi calon anggota legislatif dengan perolehan suara terbanyak di Sumut I, yakni 279.334 suara.
Yasonna yang hanya memperoleh 83.045 suara boleh dibilang mendapat ”berkah” dari limpahan suara Sofyan dan suara parpol. Ruhut Poltak Sitompul, politisi senior yang pindah dari Demokrat, tak mampu mendongkrak suara PDI-P.
Golkar juga diperkirakan mendapat dua kursi setelah periode lalu hanya bisa puas dengan satu kursi. Perolehan suara Golkar didongkrak oleh mantan Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah (190.990 suara). Perolehan petahana Meutya Hafid (147.004 suara) juga besar.
Namun, Kombes (Purn) Maruli Siahaan, mantan pejabat Polda Sumut yang cukup populer, tak sukses mendulang suara untuk kursi ketiga.
Gerindra diperkirakan mendapat dua kursi yang akan diduduki oleh Ade Jona Prasetyo dan petahana M Husni. Petahana Romo M Syafii, yang dipasang di nomor urut 1, kalah dalam pertarungan internal partai dengan Ade Jona yang merupakan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumut.
PKS diperkirakan hanya mendapat satu kursi yang akan diduduki mantan Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga mantan Presiden PKS, Tifatul Sembiring. Parpol ini kehilangan satu kursi yang sebelumnya diraih petahana Hidayatullah. Posisi PKS sebagai pemilik dua kursi digantikan Golkar.
Ambisi kandas
Ambisi Nasdem untuk mendapat dua kursi DPR RI dari Sumut I kembali kandas. Hanya ”putra mahkota” Prananda Surya Paloh yang bisa melanggeng ke Senayan. Padahal, formasi caleg Nasdem di dapil itu bisa dibilang cukup kuat. Tidak main-main, Prananda didampingi dua mantan wali kota Medan, yakni Rahudman Harahap dan Abdillah.
Ada pula mantan Bupati Serdang Bedagai Soekirman; mantan Wakil Kepala Polri yang pernah menjabat sebagai kepala Polda Sumut, Komjen (purn) Oegroseno; dan mantan Jaksa Agung Muda Edwin Pamimpin Situmorang. Namun, perolehan mereka tidak signifikan mendongkrak suara Nasdem.
Perolehan cukup mengejutkan datang dari PKB. Sejak pertama kali mengikuti Pemilu 1999, PKB tidak pernah mendapat kursi dari Sumut I. Parpol ini akhirnya mendapat kursi DPR RI dari Sumut I untuk pertama kali.
Partai ini berhasil melawan mitos ”tak bisa dapat kursi dari Sumut I” setelah meminang mantan Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan. Ashari meraup 134.226 suara yang sebagian besar berasal dari ”kandangnya” di Deli Serdang.
Caleg yang menang di Sumut I adalah mereka yang punya sumber kekuatan birokrasi, uang, dan punya modal kedekatan sosial dengan kelompok masyarakat.
Partai Demokrat bisa mempertahankan mendapat satu kursi DPR RI setelah unggul dari PAN. Suara Demokrat didulang Ketua Partai Demokrat Sumut M Lokot Nasution dan petahana Hendrik H Sitompul.
Keduanya bersaing ketat untuk merebut satu kursi DPR. Pertarungan internal partai itu akhirnya dimenangi Lokot yang penah menjadi wakil bendahara umum DPP Partai Demokrat.
PAN yang masih bergantung pada petahana Mulfachri Harahap harus rela kehilangan kursi dari Sumut I. Mulfachri yang telah duduk di Senayan sejak Pemilu 2004 tak mampu mempertahankan kursinya. Suaranya banyak digerogoti Ashari dari PKB.
Parpol papan bawah dan pendatang baru masih tak berkutik di Sumut I sebagaimana pada pemilu sebelumnya. Di bawah PAN, parpol dengan perolehan suara terbanyak adalah PSI, yakni 54.576 suara, PPP 43.991 suara, dan Perindo 23.589 suara. Meski diperkuat mantan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, Perindo tetap tak mampu meraup suara signifikan.
Pusat kekuatan politik
Perolehan suara di Sumut I menjadi gambaran pertarungan ketat sebagaimana disampaikan pengajar Program Studi Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Warjio. Perebutan kursi di dapil ini selalu sengit karena merupakan pusat kekuatan politik dan ekonomi di Indonesia barat. Masyarakatnya juga sangat beragam dan padat penduduk.
”Caleg yang menang di Sumut I adalah mereka yang punya sumber kekuatan birokrasi, uang, dan punya modal kedekatan sosial dengan kelompok masyarakat. Orang bilang Sumut I adalah ’dapil neraka’ karena persaingan sangat ketat,” kata Warjio.
Partai-partai papan atas dan tengah masih tetap menguasai Sumut I. Pertarungan di internal partai juga cukup kuat. Hampir tidak ada ruang bagi partai papan bawah, apalagi partai baru. Peluang partai baru sangat tipis karena harus mendobrak kekuatan lama.
Setelah melalui pertarungan ketat, 10 anggota DPR RI dari Sumut I akan melaju ke Senayan. Semoga mereka bertarung sengit pula di Senayan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat dari Sumut I.