Wapres Ajak Umat Muslim Hormati Potensi Perbedaan Awal Ramadhan
Umat mesti saling menghormati, pengertian, dan legawa untuk dapat menerima potensi perbedaan awal Ramadhan 1445 H.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN KUNCORO MANIK
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Ada potensi awal Ramadhan berbeda tahun ini. Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah pada Senin, 11 Maret 2024. Adapun pemerintah baru akan menggelar Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1445 Hijriah pada Minggu, 10 Maret 2024.
Terkait dengan potensi perbedaan awal Ramadhan ini, masyarakat diimbau untuk saling menghormati. ”Sikap yang kita harus bangun adalah sikap saling pengertian, legawa, untuk bisa berbeda. Dan, itu sudah lama kita biasa berbeda. Jadi, masing-masing saja,” ujar Wakil Presiden Ma’ruf Amin ketika memberikan keterangan pers di Pondok Pesantren Daarul Archam, Desa Tanjakan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Kamis (7/3/2024).
Wapres Amin menegaskan, perbedaan awal Ramadhan disebabkan perbedaan kriteria penentuan oleh pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), dan berbagai organisasi massa Islam lain seperti Muhammadiyah. Perbedaan ini biasanya terjadi setiap kali ketinggian hilal berada di bawah 2 derajat.
”(Oleh) Karena perbedaan kriteria, pemerintah, NU, dan berbagai ormas itu menganggap bahwa harus tingginya bisa dirukyah, minimal 2 derajat. Nah, Muhammadiyah itu melihatnya asal wujud saja. Walau kurang 2 derajat bagi Muhammadiyah sudah masuk. (Oleh) Karena itu, untuk menyamakan kriteria ini, kan, belum ketemu,” kata Wapres Amin.
Jika terjadi perbedaan awal Ramadhan, umat Islam dipersilakan mengikuti penetapan dari pemerintah atau dari Muhammadiyah. ”Pokoknya yang ikut pemerintah, ikut pemerintah, tapi Lebaran-nya ikut pemerintah. Kalau puasanya ikut Muhammadiyah, Lebaran-nya ikut Muhammadiah. Jangan waktu puasa ikut pemerintah, lebih belakang, giliran Lebaran ikut yang lebih dulu, itu tidak betul,” kata Wapres Amin.
Dalam keterangan tertulis di laman Kementerian Agama, Kementerian Agama mengumumkan baru akan menggelar Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1445 H pada Minggu (10/3/2024). Sidang isbat akan dihelat di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta Pusat.
Kalau puasanya ikut Muhammadiyah, Lebaran-nya ikut Muhammadiah. Jangan waktu puasa ikut pemerintah, lebih belakang, giliran Lebaran ikut yang lebih dulu, itu tidak betul.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kamaruddin Amin mengatakan, kegiatan ini akan digelar secara hybrid, daring dan luring. ”Sidang isbat ini merupakan salah satu layanan keagamaan bagi masyarakat untuk mendapat kepastian mengenai pelaksanaan ibadah,” ujar Kamaruddin pada Rapat Persiapan Penetapan Awal Ramadan di Jakarta, Senin (19/2/2024).
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kemenag Adib menambahkan, sidang isbat akan melibatkan tim hisab dan rukyat Kementerian Agama. Sidang juga akan dihadiri para duta besar negara sahabat dan perwakilan ormas Islam.
Sidang ini juga akan melibatkan perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); serta undangan lainnya. ”Kami juga mengundang pimpinan MUI dan Komisi VIII DPR untuk hadir dalam sidang,” katanya.
Sementara itu, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada 11 Maret 2024; Idul Fitri 1 Syawal pada 10 April 2024; puasa Arafah 9 Zulhijah pada 16 Juni 2024; serta Idul Adha 10 Zulhijah 1445 H pada 17 Juni 2024.
Kepastian informasi waktu-waktu penting umat Islam ini disampaikan Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Sayuti pada 20 Januari 2024 melalui konferensi pers di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta.
Turut hadir dalam acara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti, serta Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas.
Muhammad Sayuti menjelaskan, penetapan tersebut diputuskan dengan menggunakan metode hisab wujudul hilal hakiki. Dia berharap Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H diikuti oleh warga Muhammadiyah.