Salurkan Bantuan Pangan di Klaten, Presiden: Siapa yang Tidak Setuju?
Presiden Joko Widodo menanyai warga soal bantuan pangan. Ia ingin mengetahui jika ada yang tidak setuju soal itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Presiden Joko Widodo melontarkan pertanyaan kepada warga sewaktu menyalurkan bantuan pangan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pertanyaan itu terkait setuju atau tidaknya warga atas bantuan tersebut.
Penyaluran bantuan pangan itu dilaksanakan di Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Meger, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (31/1/2024). Presiden didampingi Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Bupati Klaten Sri Mulyani, Direktur Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
“Jadi, ini Bapak-Ibu, Januari, Februari, dan Maret akan diberikan (bantuan pangan) pada Bapak-Ibu semuanya. Yang tidak setuju, tunjuk jari,” kata Presiden.
Warga berbondong-bondong keluar setelah mendapatkan bantuan pangan di Gudang Bulog Meger, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (31/1/2024).
Para penerima manfaat merespons pertanyaan itu dengan heboh. Secara bersama-sama, mereka menyatakan tidak setuju jika tidak ada pemberian bantuan pangan semacam itu.
Bantuan pangan itu berupa beras. Setiap keluarga penerima manfaat akan mendapatkan 10 kg per bulan. Menurut rencana, bantuan itu diberikan hingga Juni.
”Setuju nggih (ya)? Jadi, ini diberikan Januari sampai Juni. Nanti, setelah Juni, saya akan melihat APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) lagi. Kalau memang memungkinkan akan dilanjutkan,” kata Presiden.
Presiden juga menanyai para penerima manfaat apakah bantuan beras 10 kg per bulan itu cukup bagi mereka. Menurut dia, jumlah yang diberikan itu mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, secara spontan, salah seorang warga menyeletuk bahwa beras dengan jumlah tersebut hanya cukup untuk satu pekan.
Menanggapi celetukan warga, Presiden malah berseloroh. Bagi dia, 10 kg beras baru habis setelah dikonsumsi selama dua bulan.
”Lha, bagaimana, tinggal berdua saja. Mboten pitados (tidak percaya)? Mana tadi Bu Jokowi (Iriana). Ya, memang benar,” ujarnya seraya terkekeh.
Presiden juga memastikan, beras yang disalurkan sebagai bantuan pangan itu memiliki kualitas baik. Ia mempersilakan para penerima manfaat mengecek kualitasnya setelah mereka tiba di rumah masing-masing.
”Saya jamin berasnya baik dan beras premium. Ini diberikan kepada 22 juta penerima manfaat di seluruh Tanah Air,” kata Presiden.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyampaikan, bantuan pangan itu diberikan tidak terkait pemilu. Pemberian bantuan itu sudah berlangsung sejak tahun lalu. Pelaksanaannya berlanjut karena dirasa masih banyak keluarga yang membutuhkan.
Pada Maret, diprediksi ada panen 3,5 juta ton. Jumlah itu di atas kebutuhan nasional yang menyentuh 2,5 ton per bulan.
Di sisi lain, Arief menyebut, stok beras yang ada mencukupi hingga perayaan Idul Fitri, April nanti. Pasalnya, pada Maret, diprediksi ada panen 3,5 juta ton. Jumlah itu di atas kebutuhan nasional yang menyentuh 2,5 ton per bulan.
”Kami akan stok impor dan serap padi lokal untuk tetap mempertahankan harga di tingkat petani tetap baik. Jadi, kalau ada yang menyampaikan harga di tingkat petani jatuh, itu enggak. Hari ini harga gabah Rp 7.000-Rp 8.000 per kg,” kata Arief.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyampaikan, program bantuan pangan itu menjadi upaya stabilisasi pasokan harga pangan. Pasalnya, ada tren kenaikan harga beras, yakni Rp 14.000-Rp 16.000 per kg.
Terlebih, lanjut Bayu, ada laporan defisit beras 2,7 juta ton. Itu disebabkan para petani saat ini baru memulai musim tanam. Pihaknya sempat melakukan pengecekan lapangan di sela-sela kunjungannya di Solo Raya. Rata-rata padi baru berusia dua minggu hingga satu bulan.
”Program-program pemerintah ini dimaksudkan menjadi alternatif bagi masyarakat yang tujuannya untuk meringankan tekanan gejolak harga beras yang ada di masyarakat, terutama masyarakat yang membutuhkan,” kata Bayu.