Adu Strategi Capres-Cawapres Jaring Suara Perempuan
Sejumlah strategi disiapkan capres-cawapres agar perempuan terpikat dan memilihnya saat tiba waktu pemungutan suara.
Banyaknya jumlah pemilih perempuan dalam Pemilu 2024 membuat tim pemenangan calon presiden dan wakil presiden Indonesia beradu strategi untuk menjaring suara kelompok ini. Beragam cara pun disiapkan, mulai dari mendekati kelompok-kelompok perempuan yang beragam, hingga sosialisasi program, dan visi misi yang mewakili kepentingan dan suara perempuan.
Upaya memengaruhi suara perempuan terlihat dari semangat Sindoro (52), pedagang sayur sekaligus sukarelawan Sobat Ganjar-Mahfud (SoGan Nusantara). Sejak beberapa bulan terakhir, setiap hari ia sibuk mengikuti roadshow dukungan untuk Ganjar. Dalam dua pekan terakhir saja, ia sudah ke Jakarta, Tanjung Pinang, Brebes, Indramayu, dan Bali.
”Dagangan saya jadi telantar (karena sibuk). Kepentingan pribadi saya kesampingkan dulu, pokoknya totalitas. Enggak ada kesel (capek),” kata perempuan asal Semarang, Jawa Tengah, ini, seusai menghadiri acara konsolidasi masyarakat dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kebun Binatang Tasta Zoo, Bali, Minggu (19/11/2023).
Di hadapan sekitar 500 pedagang dan pengusaha UMKM di Bali, Sindoro berteriak lantang, ”SoGan Nusantara! Jaya! Jaya! Jaya!” katanya sambil mengepalkan tangan ke udara. Semangatnya membuat para pedagang juga antusias. ”Jaya! Jaya! Jaya!” jawab mereka.
Ia menyebutkan SoGan Nusantara sudah membentuk jaringan sukarelawan yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota di Indonesia. Sukarelawan juga tersebar di sejumlah negara, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, dan Turki. Tugas mereka ini mengumpulkan suara untuk mendukung Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 2024.
Sindoro menyebutkan, alasan dukungan Sindoro kepada Ganjar-Mahfud adalah karena ia sudah mengikuti sepak terjang Ganjar sejak menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sindoro menilai Ganjar sebagai sosok yang cekatan, tegas, dan tidak mementingkan diri sendiri. “Selain itu, Pak Ganjar cepat tanggap dan tidak terbukti korupsi,” jelasnya.
Baca juga: Meningkatkan Keterpilihan Perempuan pada Pemilu 2024
Upaya untuk menjaring suara perempuan bagi Ganjar-Mahfud juga terlihat dari kemunculan gerakan Perempuan untuk Indonesia Kuat, atau disebut gerakan PINK. Gerakan ini menjadikan Atikoh, istri Ganjar, sebagai simbol perjuangan perempuan. Kelompok ini membuat tagar #2024AtikohIbuNegara untuk mengajak masyarakat dukung Ganjar-Mahfud dan peduli pada isu-isu perempuan, seperti isu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Penggagas Gerakan PINK, Donna H Pediarto, mengatakan, gerakan PINK diluncurkan untuk mengajak masyarakat memilih pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, sekaligus mengajak masyarakat untuk peduli terhadap isu-isu perempuan.
Data Komisi Pemilihan Umum menunjukkan, jumlah pemilih perempuan dalam Pemilu 2024 mendominasi, dengan jumlah 102,58 juta orang, sementara pemilih laki-laki 102,21 juta orang. Jumlah pemilih perempuan dalam pemilu 2019 juga mendominasi, yaitu pemilih perempuan 126.000 orang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dengan banyaknya pemilih, perempuan menjadi target potensial untuk meraih suara dalam Pemilu 2024.
Upaya menjaring suara perempuan juga dilakukan oleh tim pemenangan pasangan calon presiden nomor urut 1, yaitu Anies dan Muhaimin, serta nomor urut 2, yaitu Prabowo dan Gibran. Mereka mendekati kelompok perempuan karena percaya perempuan menjadi bagian krusial untuk menang dalam pertarungan dalam Pilpres 2024.
Baca juga: Dramaturgi Panggung Depan Politisi
Nihayatul Wafiroh Co-captain Timnas Amin mengatakan, perempuan merupakan kelompok kedua yang penting untuk merebut suara dalam Pilpres 2024 setelah anak muda. ”Karena kelompok penting, otomatis perempuan jadi sumber penggalangan suara,” katanya.
Menurut Nihayatul, ada delapan misi yang ditawarkan oleh Anies-Muhaimin yang menyasar kelompok perempuan. Misalnya, mengatasi kemiskinan dan memperluas lapangan pekerjaan. ”Ini menunjukkan kami punya concern yang besar tentang perempuan. Ketika ada persoalan kemiskinan, yang paling berdampak adalah perempuan,” katanya.
Selain itu, isu penting lain yang diangkat adalah menjamin pemenuhan hak perempuan, terutama bebas dari tindakan kekerasan dan diskriminasi. Selain itu, Anies-Muhaimin juga ingin memastikan akses perempuan terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan, serta perempuan mendapatkan perlindungan yang menyeluruh.
Ketua Umum Tunas Indonesia Raya (Tidar) Rahayu Saraswati mengatakan, suara perempuan punya pengaruh besar dalam pemilu. Tidar merupakan organisasi sayap Partai Gerindra yang ditujukan untuk anak muda (berusia 17-35 tahun).
”Kalau kampanye ke desa dan kampung, pasti ketemunya perempuan. Banyak perempuan kalau sudah menentukan pilihan susah berubah pikiran. Mereka jadi influencer di rumah tangga mereka masing-masing,” ujarnya.
Saat sosialisasi program, Rahayu menekankan pentingnya suara perempuan untuk menentukan arah kebijakan presiden dan wakil presiden, seperti untuk menekan harga sembako, pendidikan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan cara itu, ia berharap perempuan lebih tergerak hatinya untuk menggunakan hak suara dalam pemilu dan memilih Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024.
Adapun isu-isu yang diangkat untuk menjaring suara perempuan adalah mengenai harga bahan pokok, pendidikan, kesehatan untuk anak dan ibu hamil, serta mendorong perlindungan dan keamanan terhadap perempuan. ”Terkait isu kekerasan seksual, kami mendorong perlu ada kepastian hukum yang menyeluruh untuk melindungi perempuan. Ini adalah isu yang layak diperjuangkan,” ungkapnya.
Saat berkunjung ke daerah-daerah, Rahayu melihat perempuan sangat peduli dan sadar tentang politik. Pengalaman ini mematahkan anggapan yang menyatakan bahwa perempuan tidak peduli terhadap politik. ”Politik di desa-desa menjadi keseharian. Hanya pembahasannya berbeda dengan konteks di kota,” katanya.
Baca juga: Caleg Perempuan Menembus Legislatif, Antara Militansi dan Privilese
Menurut Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia Mike Verawati Tangka, suara perempuan penting dalam Pemilu 2024 tidak hanya untuk menambah perolehan suara, tetapi juga untuk memastikan pemilu berjalan jujur dan adil serta mewakili kepentingan perempuan. Oleh karena itu, ia mendorong perempuan terlibat aktif dalam Pemilu 2024.
Partisipasi aktif masyarakat, misalnya, dengan menelusuri rekam jejak, kinerja, dan visi-misi dari pasangan calon presiden dan wakil presiden Indonesia. Menurut Mike, perempuan juga harus aktif memantau pelaksanaan pemilu dengan terlibat aktif dengan mendaftarkan diri sebagai panitia penyelenggara pemilu, pemantau, sukarelawan, ataupun saksi-saksi di lapangan. Selain itu, perempuan harus aktif memperjuangkan agenda-agenda politik yang mendukung kesetaraan dan keadilan.
Sejauh ini, menurut Mike, peran perempuan baru sebatas pendulang suara. Perempuan belum secara maksimal dilibatkan untuk memastikan penyelenggaraan pemilu berjalan jujur dan adil.
”Padahal, perempuan sangat penting untuk mencegah kecurangan. Misalnya, terkait isu money politic, perlu ada penguatan agar perempuan memahami apa itu money politic, bagaimana mencegah dan melaporkan. Kalau ada penguatan ini, perempuan semakin berperan di tengah masyarakat,” katanya.
Berkaca dari pengalaman pemilu sebelumnya, sebanyak 1.800 perempuan yang menjadi anggota dan sukarelawan Koalisi Perempuan Indonesia terlibat aktif dalam Pemilu 2019 sebagai saksi dan pemantau di tempat pemungutan suara. Mike memprediksi, keterlibatan perempuan saksi dan pemantau dalam Pemilu 2024 semakin besar.
Baca juga: Ketika Capres-Cawapres Dekati Pemilih lewat Kegiatan Bernuansa Keagamaan
Adapun terkait agenda kerja, visi dan misi pasangan calon presiden dan wakil presiden, menurut dia sudah cukup mewakili perempuan karena mengangkat isu-isu terkait kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan perlindungan perempuan. Sayangnya, tidak ada indikator untuk menilai keberhasilan kerja ini. Tanpa indikator yang jelas, program kerja untuk perempuan hanya sebatas jargon-jargon.
Isu yang diangkat oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden juga belum lintas sektor. Padahal sangat banyak isu yang beririsan satu topik dengan topik lainnya. Misalnya, isu perubahan iklim yang menjadikan perempuan sebagai korban utama atau krisis energi yang merugikan perempuan. Isu-isu ini harus diangkat dan diperjuangkan oleh calon presiden dan wakil presiden mendatang.