Sudah Tiga Super Tucano Jatuh, Investigasi Harus Menyeluruh
Hingga kini tiga pesawat Super Tucano mengalami kecelakaan, termasuk yang terjadi di Pasuruan. Dari 16 unit, sejak dikirim dari Brasil pada 2012, kini tersisa 13 pesawat Super Tucano. Investigasi menyeluruh dibutuhkan.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kecelakaan dua pesawat jenis EMB 314 Super Tucano yang terjadi di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, bukanlah yang pertama kali. Agar peristiwa serupa tak kembali terulang, otoritas yang berwenang diharapkan dapat melakukan investigasi, dan untuk sementara waktu unit-unit pesawat Super Tuscano tak dioperasikan dahulu.
Pada 10 Februari 2016, satu unit pesawat EMB 314 Super Tucano dengan nomor ekor TT-3108 jatuh dan menimpa rumah warga di Kota Malang. Pada insiden tersebut, tiga orang tewas, yakni dua penerbang TNI AU dan seorang warga sipil.
Pada Kamis (16/11/2023), dua pesawat EMB 314 Super Tucano bernomor ekor TT-3103 dan TT-3111 jatuh di Watu Gedek, yang masuk di wilayah Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Pasuruan. Kecelakaan terjadi di lahan kentang, sekitar pukul 11.30-12.00. Watu Gedek merupakan daerah perbukitan di kaki Gunung Bromo dengan elevasi sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut (Kompas, 17 November 2023).
Pengamat pertahanan dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISeSS), Khairul Fahmi, berpandangan, faktor penyebab kecelakaan sebuah pesawat bisa terkait dengan hal teknis atau nonteknis, mulai dari adanya masalah teknis di pesawat sampai kondisi cuaca yang sementara diduga menjadi penyebab kecelakaan. Di sisi lain, faktor seperti kelalaian manusia juga tidak bisa dikesampingkan.
Selain itu, Khairul pun mengusulkan agar semua pesawat berjenis EMB 314 Super Tucano tidak diterbangkan sementara waktu dalam rangka investigasi tersebut. Sebab, di kelasnya, pesawat EMB 314 Super Tucano merupakan pesawat yang cukup mumpuni karena dilengkapi dengan fitur keamanan yang baik.
”Karena itu, untuk memastikan penyebab kecelakaan diperlukan audit yang komprehensif, termasuk terhadap beban kerja, faktor kelelahan alutsista (alat utama sistem senjata), serta mendalami riwayat catatan perbaikan dan pemeliharaan yang dilakukan selama ini,” kata Khairul ketika dihubungi pada Jumat (17/11/2023).
Menurut Khairul, selain mencari penyebab kecelakaan, diharapkan tim investigasi TNI AU juga sekaligus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap prosedur perawatan pesawat beserta ketersediaan anggarannya. Hal itu penting sebagai bahan pertimbangan pimpinan TNI AU dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan perawatan alutsista agar faktor keamanan dan keselamatannya dapat ditingkatkan.
Dengan demikian, saat ini hanya tersisa 13 pesawat EMB 314 Super Tucano yang dioperasikan TNI AU. Padahal, pesawat tersebut tergolong baru di Indonesia karena baru didatangkan dari Brasil pada 2012.
Secara terpisah, Direktur Imparsial Gufron Mabruri, dalam keterangan tertulis, menyampaikan, dengan jatuhnya dua pesawat EMB 314 Super Tucano di Kabupaten Pasuruan, maka sudah tiga pesawat sejenis yang mengalami kecelakaan. Dengan demikian, saat ini hanya tersisa 13 pesawat EMB 314 Super Tucano yang dioperasikan TNI AU. Padahal, pesawat tersebut tergolong baru di Indonesia karena baru didatangkan dari Brasil pada 2012.
Kecelakaan pada pesawat latih dengan kemampuan sebagai pesawat antiperang gerilya ini pun menambah jumlah kecelakaan pada alutsista TNI. Sejak 2015 hingga kini, lanjut Gufron, setidaknya ada 19 kali kecelakaan pada alutsista di Indonesia.
”Kami memandang di tengah kondisi yang memperihatinkan tersebut, sudah seharusnya pemerintah melakukan investigasi secara serius dan menjelaskan kepada publik secara terbuka penyebab jatuhnya tiga pesawat Super Tucano yang relatif baru secara beruntun dan dalam waktu yang relatif berdekatan,” kata Gufron.
Menurut Gufron, insiden tersebut mesti diinvestigasi secara terbuka dan menyeluruh. Semua pihak, termasuk Menteri Pertahanan, diminta agar turut bertanggung jawab atas beberapa kecelakaan pada pesawatEMB 314Super Tucano tersebut. Untuk itu, DPR perlu memanggil Menhan untuk meminta pertanggungjawaban.
Dalam keterangan tertulis, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati menyatakan, TNI AU akan membentuk tim investigasi untuk mencari penyebab terjadinya kecelakaan dua pesawat Super Tucano yang jatuh di wilayah Kabupaten Pasuruan. Tim tersebut akan memeriksa semua faktor penyebab kecelakaan, termasuk memeriksa langsung kondisi pesawat pascakecelakaan.