Siasat Mencari Komandan Tempur untuk Merebut Suara Rakyat
Tiga bakal pasangan capres dan cawapres telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memenangi Pilpres 2024, termasuk berburu komandan tempur. Akankah efektif untuk merebut suara rakyat?
Berbulan-bulan jelang pencalonan presiden dan wakil presiden 2024 dibuka, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tak pernah mau bicara banyak setiap kali ditanya ihwal arah dukungan pada pemilu mendatang. Padahal, sudah banyak utusan partai politik ataupun bakal calon presiden mencoba mendekatinya.
Namun, tiba-tiba, pada 6 November 2023, dengan berjilbab kuning, Khofifah hadir dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-59 Partai Golkar di kantor DPP Golkar, Jakarta. Ini mengingatkan kejadian pada enam tahun silam, tepatnya 22 November 2017. Khofifah yang masih menjabat sebagai Menteri Sosial datang ke DPP Golkar dan mendapatkan surat rekomendasi untuk maju di Pemilihan Gubernur Jatim 2018. Kala itu, Khofifah juga mengenakan pakaian dan jilbab serba kuning.
Dalam perayaan HUT Ke-59 Golkar, di hadapan Presiden Joko Widodo dan semua pemimpin partai politik (parpol) koalisi pendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto meminta Khofifah memenangkan Prabowo-Gibran di Jatim. Tanggung jawab itu, lanjut Airlangga, sebagai bentuk ”politik balas jasa” karena Golkar pernah berkontribusi memenangkan Khofifah saat Pilgub Jatim 2018.
”Khofifah yang didukung Golkar di Pemilu (Pilgub 2018) yang lalu dan ke depannya ini akan mendukung pasangan Prabowo-Gibran,” ujar Airlangga saat ditemui seusai acara.
Khofifah tidak sendiri. Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu bakal dibantu mantan Gubernur Jatim, yang juga Wakil Ketua Dewan Pakar Golkar Soekarwo, dan Ketua DPD Golkar Jatim M Sarmuji.
Selain ingin menguasai Jatim, Golkar juga ingin memberikan sumbangsih untuk memenangkan Prabowo-Gibran di Jawa Barat. Airlangga pun meminta mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil akan pemenangan Prabowo-Gibran di Jabar. Kamil yang kini menjadi Wakil Ketua Umum Golkar telah didapuk pula menjadi anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo- Gibran.
Baca juga: Parpol Selaraskan Strategi Pemenangan Caleg dan Capres
Sekretaris TKN Prabowo- Gibran, Nusron Wahid, saat ditemui akhir pekan lalu di Jakarta, menjelaskan, nama Khofifah belum dimasukkan ke struktur TKN karena pihaknya masih menghormati statusnya sebagai Gubernur Jatim. Namun ditegaskan, masuknya nama Khofifah ke struktur TKN tinggal menunggu ”hilal”. Sebab, masa jabatan Khofifah sebagai Gubernur Jatim akan berakhir 31 Desember 2023.
Galang suara pemuda
Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD tidak memfokuskan kerja-kerja pemenangan ke daerah-daerah tertentu. Pasangan ini justru menempatkan seluruh wilayah sama pentingnya. Ada kepentingan elektoral ditinjau dari banyaknya penduduk. Ada pula daerah yang dianggap penting karena geopolitik, seperti Papua, Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat.
”Selain itu juga (penting) karena ketentuan konstitusi tentang aspek representasi guna memenuhi ketentuan ’sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia’,” kata Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto.
Untuk menyolidkan langkah pemenangan, PDI-P secara khusus juga menginstruksikan seluruh kader yang menjabat kepala daerah kader untuk menyosialisasikan Ganjar-Mahfud.
Selain itu, karena melihat besarnya antusiasme masyarakat, khususnya kalangan pemilih muda, DPP PDI-P menugaskan para kepala daerah berusia muda turut berperan aktif membantu upaya pemenangan Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024. Mereka antara lain Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan, dan Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan.
Setidaknya ada empat hal yang ditugaskan kepada mereka. Pertama, bergerak cepat memetakan dan menyusun strategi penggalangan pemilih muda di wilayahnya masing- masing. Kedua, bertindak sebagai juru kampanye nasional sekaligus juru bicara Ganjar- Mahfud. Ketiga, menyosialisasikan visi-misi Ganjar-Mahfud kepada masyarakat umum, utamanya pemilih muda. Keempat, berkoordinasi dengan Tim Pemenangan Daerah masing-masing untuk membangun strategi pemenangan.
Baca juga: Capres Terus Galang Dukungan Figur Publik
Hasto menyampaikan, TPN melihat pemilih muda sebagai keberpihakan dan jalan masa depan. Menurut dia, upaya menarik pemilih muda tidak hanya ditentukan dengan simbolisasi tokoh, tetapi justru menjadikan setiap orang muda sebagai kunci bagi masa depan.
”Mereka harus digerakkan ide masa depan. Muda identik dengan kreativitas, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keberanian mengambil gagasan, cara berpikir out of the box, serta idealismenya,” kata Hasto.
Untuk itu, dalam upaya memperkuat strategi pemenangan, TPN juga akan membentuk tim khusus untuk menggalang anak muda. Peran tim pemenangan pemuda Ganjar-Mahfud ini diharapkan dapat membangun kepercayaan bahwa dari segi kultur, Ganjar-Mahfud memiliki rekam jejak yang lebih baik dalam memberikan opsi yang lebih beragam bagi masa depan anak- anak muda.
Daya tarik capres
Berbeda dengan dua pasangan kandidat lainnya, pasangan Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar tidak akan bergantung pada kepala daerah atau mantan kepala daerah. Sebab, jika dilihat menjelang Pilpres 2024, para kepala daerah juga akan habis masa jabatannya.
”Jadi, strategi pemenangan kami bukan kepala daerah, melainkan memperkuat wilayah yang menjadi basis kami, basis grassroot (akar rumput) kami. Itu tidak terkait dengan kepala daerah,” kata anggota Tim Pemenangan Anies-Muhaimin, Al Muzzammil Yusuf.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengungkapkan bahwa tiap-tiap parpol koalisi telah mendapatkan wilayah garapan pemenangan. Pembagian tersebut didasari pada masing-masing kekuatan parpol di wilayah tersebut.
Pemenangan Anies-Muhaimin di Jatim dan Jateng, misalnya, dikomandoi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kemudian, wilayah-wilayah seperti DKI Jakarta, Depok, Jabar, Banten, Sumatera Barat, dan Aceh akan dipimpin PKS. Lalu, Partai Nasdem akan mengomandani wilayah-wilayah seperti Sulawesi Selatan, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Utara.
”Kalau bekerja, semua tentu bekerja. Tetapi kalau koordinator daerah terkait diserahkan kepada antara lain (partai internal koalisi) begitu. Dengan demikian, lebih gampang koordinasinya. Kan, enggak mungkin, mosok misal di Jatim dikasih ke PKS to, pasti ke PKB,” ucap Al Muzzammil.
Yang utama tetaplah figur capres dan cawapres yang menentukan. Karena yang dijual di lapangan bukan timses, melainkan figur kontestan. Yang ada di kertas suara itu sosok capres dan cawapres, bukan timses
Lagi pula, lanjut Al Muzzammil, dalam memilih capres itu, rakyat tidak mengikuti kepala daerahnya. Rakyat, menurutnya, sudah mempunyai preferensi sendiri terkait sosok capres yang akan dipilih.
”Jadi, daya tarik capres itu sangat kuat. Daya tarik kepala daerah dan partai-partai justru kurang. Buktinya apa? Di pilkada (pemilihan kepala daerah), partai terbesar di suatu daerah belum tentu menang. Justru daya tarik capres itu yang menentukan,” tegasnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno sependapat dengan Al Muzzammil. Meski, menurutnya, akan terjadi pertempuran yang menarik di Pilpres 2024 karena beberapa tim pemenangan melibatkan ”mantan penguasa di daerah” dan ”yang sedang berkuasa di daerah” untuk memenangi pertarungan, secara prinsip tim sukses tersebut sebatas pelengkap untuk mengorkestrasi kemenangan, terutama untuk menggalang dukungan pemilih.
Baca juga: Dukung Anies-Muhaimin, Partai Ummat Harapkan Dampaknya dalam Pileg
”Di luar itu yang utama tetaplah figur capres dan cawapres yang menentukan. Karena yang dijual di lapangan bukan timses, melainkan figur kontestan. Yang ada di kertas suara itu sosok capres dan cawapres, bukan timses,” ucap Adi.
Ia melihat, semua sumber daya politik, terutama dengan memanfaatkan figur-figur kunci, seperti Khofifah dan Ridwan Kamil untuk kepentingan Prabowo-Gibran; termasuk kubu Ganjar-Mahfud yang menggunakan para kepala daerah berusia muda, adalah pertarungan politik yang akan memperebutkan massa riil di bawah. Namun, ujung-ujungnya tetap adalah bagaimana masing-masing tim sukses tersebut mampu meyakinkan pemilih di bawah, dan meyakinkan mereka untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
”Itulah yang akan diuji. Jadi, sekuat apa pun kadang tim sukses itu, kalau figur yang dijual itu tidak acceptable, tidak dapat diterima, sentimennya negatif. Ya, percuma kerja-kerja yang dilakukan tim sukses itu. Tim sukses itu kerja politiknya akan oke kalau figur yang dijual itu dalam kondisi apa pun bisa diterima pemilih,” kata Adi.
Pemanfaatan figur-figur setara gubernur juga belum tentu efektif dalam strategi pemenangan. Sebab, yang memiliki penetrasi kuat ke basis massa atau yang memiliki basis teritori yang bersentuhan langsung dengan rakyat adalah wali kota dan bupati. Merekalah yang bersentuhan langsung dengan rakyat setiap hari dan setiap saat.