Presiden Meminta Forum Rektor Beri Masukan kepada Para Capres
Dalam pertemuannya dengan Presiden Jokowi, Forum Rektor Indonesia diminta memberikan masukan bagi para calon presiden.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta Forum Rektor Indonesia memberikan masukan bagi para calon presiden mengenai hal yang mesti mereka lakukan. Terkait hal itu, Forum Rektor Indonesia akan menggagas mekanisme penyampaian masukan tersebut.
”Kami diminta nanti untuk bisa memberikan masukan-masukan bagi para capres (calon presiden) apa yang harus mereka lakukan. Jadi bukan sebaliknya, bukan capres yang kemudian menarik kita, tapi kita yang kemudian diminta untuk memberikan masukan-masukan apa yang mesti dilakukan untuk Indonesia maju,” kata Ketua Forum Rektor Indonesia Mohammad Nasih saat menjawab pertanyaan awak media di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Menurut Nasih, hal itu nantinya akan berkaitan dengan banyak diskusi-diskusi di Forum Rektor Indonesia. Forum Rektor Indonesia dalam pertemuannya dengan Kepala Negara juga menyampaikan ada beberapa pemilih pemula di perguruan tinggi yang perlu mendapatkan sosialisasi dan informasi yang benar tentang banyak hal.
”Dan, ini akan kami kombinasikan. Jadi, dalam satu kesempatan, mungkin, kami akan mengajak para capres itu untuk barangkali mendengarkan masukan-masukan dari kami dan tentu juga mendengarkan masukan dari para calon pemilih atau apa pun. Tapi bukan mereka, capres, yang menyampaikan. Tapi justru kami yang menyampaikan dan memberi informasi kepada para pasangan capres,” ujar Nasih.
Berkaitan format acara, Nasih menuturkan, Forum Rektor Indonesia akan menggagas mekanismenya. Namun, mekanisme bukan berupa debat. ”Mungkin bukan di soal perdebatan. (Hal) yang terpenting tapi kami memosisikan perguruan tinggi itu sebagai guru-guru bangsa, istilahnya, yang kemudian harus memberikan informasi sebanyak-banyaknya bagi para capres. Bukan sebaliknya. Itu yang nanti akan kami coba formulasikan lebih baik lagi agar pelaksanaannya lebih enak lagi di kemudian hari,” katanya.
Nasih mengatakan, Forum Rektor Indonesia menginginkan ada vektor yang sama untuk menjadikan Indonesia maju di 2034. ”(Hal ini) karena kuncinya di situ. Begitu di sini lepas, maka kita akan ketinggalan dengan banyak negara lain,” ujar Nasih.
Pada kesempatan tersebut, Nasih menyampaikan fokus dari diskusi Forum Rektor Indonesia dengan Presiden Jokowi yang berkaitan dengan tantangan masa depan. Fokus tersebut terkait cara menyiapkan sumber daya manusia yang unggul agar Indonesia dapat menjadi negara lima besar dunia di tahun 2045.
”Banyak program yang tadi kita coba gali bersama-sama. Dan tentu kami mendapatkan penugasan, dalam tanda kutip, dari Pak Presiden untuk lebih memformulasi dan mentekniskan lagi, kira-kira untuk memastikan Indonesia menjadi negara maju tahun 2034 itu diperlukan apa saja,” kata Nasih.
Sehubungan dengan hal tersebut, Forum Rektor Indonesia nantinya akan membahas dengan lebih teknis sebagai bagian dari masukan yang mesti menjadi pijakan bagi para pengelola negara, siapa pun yang nanti akan memimpin bangsa dan negara Indonesia.
”Sehingga keberlanjutan pembangunan di Indonesia yang mengarah ke satu vektor yang sama, yakni Indonesia maju 2034, ini akan lebih bisa dipastikan lagi. Dan itu kuncinya, satu, kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan fokus-fokus tertentu, termasuk di agromaritim,” kata Nasih.
Adapun hal kedua berkaitan peta jalan berkaitan pengembangan dalam sains dan teknologi yang akan menjadi pilar kemajuan suatu negara. ”Di mana pun negara maju mesti sains dan teknologinya maju sehingga ini juga akan menjadi bagian masukan yang kita sampaikan,” katanya.
Keberlanjutan pembangunan di Indonesia yang mengarah ke satu vektor yang sama, yakni Indonesia maju 2034, akan lebih bisa dipastikan lagi. Dan itu kuncinya, satu, kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan fokus-fokus tertentu, termasuk di agromaritim.
Forum Rektor Indonesia akan mendetailkan lebih lanjut peta jalan pengembangan sains dan teknologi di Indonesia untuk mendorong ketahanan pangan, ketahanan kesehatan, dan ketahanan energi. ”Intinya, kita menjadi negara yang berdikari, mandiri, dan tentu jadi negara maju. Jadi, dua hal itu menjadi topik diskusi kami pada sore hari ini,” kata Nasih.
Sebelumnya, Presiden Jokowi juga bertemu dengan perwakilan kepala desa. ”Kami dari perwakilan kepala desa, alhamdulillah, pak presiden menerima kami dengan baik. Intinya adalah seperti anak dengan orangtua, beliau begitu respons menerima kami. Artinya ini adalah sebuah pertemuan yang cukup baik bahwa di mana pertemuan ini silaturahmi, itu di antaranya,” kata Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Surtawijaya.
Sehubungan hal yang dibicarakan dalam pertemuan, Surtawijaya menyebut usulan terkait periodisasi masa jabatan kepala desa. ”Kalau pertemuan, biasa, kita mengusulkan seperti yang sudah terjadi di publik, yaitu berbicara periodisasi. Namun semua tinggal nanti rapat eksekutif dan legislatif yang menentukan pada akhir. Sementara ini beliau (Presiden Jokowi) hanya menanggapi kita aja dari usulan-usulan kita,” ujarnya.
Terkait dana desa, Surtawijaya mengatakan, pihaknya sudah lama mengajukan hal tersebut. ”Kita inginnya 70 persen diatur oleh desa, 30 persen diatur oleh pusat,” kata Surtawijaya.
Surtawijaya menampik ketika ditanya apakah dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi juga dibicarakan soal pemilu. ”Enggak ada, total, kita pure persoalan desa saja,” katanya.
Saat ditanya sikap Apdesi, Surtawijaya menuturkan bersikap netral. Berkaitan ada tidaknya pesan pemilu damai, Surtawijaya mengiyakan. ”Oh itu sangat. Itu beliau pesan harus kondusif, berjalan baik, itu pasti. Netralitas dijaga biarkan masyarakat yang memilih. Masyarakat sudah cerdas memilih,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah Apdesi akan menjamin netralitas dalam pemilu, Surtawijaya menuturkan bahwa secara kelembagaan hal itu diupayakan. ”Ya, kita berupaya, Apdesi-nya. Kalau pribadi silakan saja, hak prerogatif semua, kan?” katanya.