Politik Identitas Cukup Berhenti di Pemilu 2019 Saja
Politik identitas cukup berhenti di Pemilu 2019 saja. Pemilu 2024 hendaklanya dilaksanakan dengan suasana gembira.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Masyarakat Indonesia terbelah akibat maraknya isu politik indentitas yang dimainkan pada Pemilu 2019. Pada Pemilu 2024 diharapkan kondisi serupa tidak akan berulang lagi.
”Politik identitas cukup berhenti di Pemilu 2019 saja. Pada tahap selanjutnya, mari kita bersama-sama melaksanakan pemilu dengan riang gembira,” ujar Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki saat ditemui dalam acara pembukaan Swayamvara Tripitaka Gatha (STG) XI Nasional di Gedung Tri Bhakti, Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (2/11/2023).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dia mengingatkan betul agar politik identitas tidak kembali digunakan karena dampak buruk yang masih dirasakan hingga sekarang. Segenap masyarakat diminta agar memaknai pemilu sebagai bagian dari periodisasi kegiatan lima tahunan yang dilakukan negara untuk menjaga kelangsungan pemerintahan.
Oleh karena itu, perbedaan pilihan terkait calon pemimpin, diharapkan tidak dibawa terlalu dalam sehingga menciptakan jurang pemisah dalam kehidupan bersama di masyarakat.
Dalam sambutannya dalam acara pembukaan STG XI Nasional, Saiful menuturkan, saat ini ada tiga kelompok yang mengancam rusaknya tali silaturahmi dan persatuan kesatuan bangsa. Kelompok pertama adalah kelompok yang selalu merasa sebagai bagian atau kelompok masyarakat yang merasa bahwa pihaknya adalah kelompok yang selalu benar.
Kelompok kedua adalah kelompok eksklusif yang memiliki pandangan sendiri, menghindari tatanan sosial yang ada di masyarakat, dan memiliki kecenderungan memisahkan diri untuk menjalankan aturannya sendiri. Kelompok yang terakhir adalah kelompok yang memiliki ideologi transnasional, yaitu kelompok yang membawa ideologi tertentu yang tidak sesuai dengan konsep NKRI.
Saiful mengatakan, kita semua seharusnya bersyukur karena bangsa Indonesia diciptakan dengan begitu banyak keanekaragaman di dalamnya. Oleh karena itu, segenap masyarakat semestinya menjaga soliditas dan persatuan kesatuan atas semuanya, dengan mengacu pada apa yang sudah diwariskan oleh para pendahulu dan pendiri negara, yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Serupa dengan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dalam agama Islam, STG dalam agama Budha adalah lomba keagamaan, lomba membaca kitab suci Tripitaka. Tidak sekadar terfokus pada upaya untuk meraih gelar juara dan piala, Saiful menuturkan, ajang lomba semacam ini diharapkan juga dapat semakin meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan umat Budha, dan sekaligus juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka dengan menerapkan ajaran Sang Buddha dalam keseharian.
Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tripitaka Gatha Nasional (LPTGN) David Herman Jaya mengatakan, setelah sempat terkendala situasi pandemi, STG yang terakhir kali digelar tahun 2017 sangat disyukuri bisa kembali digelar di tahun ini.
”Dengan penundaan yang terjadi akibat pandemi, semua peserta yang terlibat di tahun ini akan menjadi lebih ambisius, dan pasti akan menampilkan kemampuan mereka yang lebih berkualitas,” ujarnya.
Jumlah perlombaan yang dipertandingkan dalam STG XI mencapai 16 lomba, di mana terdiri dari 7 perlombaan utama, 7 perlombaan penunjang, dan 2 perlombaan ekshibisi.
Tujuh perlombaan utama terdiri dari membaca dhammapada, membaca sutra/mantra/darani, membaca paritta, membaca keng, dharmadesana bahasa Indonesia, dharmadesana bahasa Inggris, dan dharmadesana bahasa Mandarin.
Tujuh lomba penunjang adalah lomba seni kaligrafi, lomba menyanyi solo, lomba cipta tari kreasi, lomba paduan suara, bercerita, barongsai tradisional, dan lomba cipta boga vegetarian. Adapun dua lomba ekshibisi yang dipertandingkan adalah membaca dokyo syodai dan lomba membaca paritta dengan menggunakan bahasa daerah.
Total jumlah jumlah peserta terdata sebanyak 1.254 orang dari 33 provinsi dari seluruh Indonesia. STG XI Nasional ini melibatkan 49 juri dan tujuh orang yang duduk di posisi dewan hakim.