Pilpres Dua atau Tiga Poros, Rakyat Ingin Perbaikan Ekonomi
Rakyat tetap menghendaki terjadinya perbaikan di berbagai bidang kehidupan, terutama sosial dan ekonomi, siapa pun pemimpin yang terpilih pada Pilpres 2024.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
KOMPAS
Ganjar Respons Wacana Duet dengan Prabowo di Pilpres 2024
JAKARTA, KOMPAS - Wacana memasangkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo menuju kontestasi Pemilihan Presiden 2024 kembali menguat. Namun, arah angin masih sulit diterka meskipun peluang mewujudkannya masih terbuka lebar. Terlepas dari siapa pun yang akan terpilih menjadi pemimpin negeri ini, rakyat tetap menghendaki terjadinya perbaikan di berbagai bidang kehidupan, terutama di sektor sosial dan ekonomi.
Ide dua poros atau memasangkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo pertama kali dibicarakan pada awal 2003. Baik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) maupun Partai Gerindra mengakui wacana tersebut meskipun versi yang disampaikan berbeda. Hingga saat ini, kedua parpol juga masih membuka peluang kerja sama walaupun keduanya sama-sama mengincar posisi sebagai presiden.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, PDI-P merupakan cinta pertama Prabowo Subianto. Hubungan Gerindra dengan PDI-P hingga saat ini juga berlangsung dengan baik. Bahkan, partai besutan Prabowo itu mengklaim memiliki memori manis sebagai cinta pertamanya.
Alasan lain yang membuat hubungan Gerindra dengan PDI-P sangat dekat adalah kesamaan secara ideologi. Namun, harus diingat pula, selain ideologi dan politik, ada faktor strategi dan taktik yang harus diperhitungkan dalam kontestasi.
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertahananan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketika meresmikan pembukaan Muktamar Sufi Internasional Tahun 2023 yang diselenggarakan di Sahid International Convention Center, Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, Selasa (29/8/2023).
”Ideologi, mirip. Bahkan, dapat dikatakan PDI-P salah satu acuan utama kami. (Secara) politik sama-sama prokeberlanjutan. Tetapi, strategi dan taktik berbeda. Bisa dikatakan masing-masing sudah ada takdirnya sebagai capres definitif dari masing-masing partai dan dari koalisi pendukungnya,” ujar Habiburokhman pada acara Satu Meja The Forum dengan tema ’Angin Kencang Dua Poros’ yang disiarkan Kompas TV, Rabu (27/9/2023) malam.
Acara yang dipandu oleh Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo ini juga menghadirkan Ketua DPP PDI-P Ahmad Basarah, Wakil Ketua Umum Partai GerindraHabiburokhman, pengamat politik Ahmad Khoirul Umam, dan budayawan Eros Djarot.
Habiburokhman menambahkan, sebagai capres, Prabowo Subianto saat ini tidak hanya berurusan dengan Gerindra melainkan dengan seluruh partai politik pengusungnya. Oleh karena itulah pihaknya berpikir realistis bahwa tidak mungkin dalam satu koalisi ada dua capres.
Menurut dia, yang lebih masuk akal adalah dalam satu poros ada dua pasangan calon. Artinya, yang dimaksud dengan wacana dua poros lebih mengarah pada makna prosos yang pro pada isu tentang keberlanjutan dan poros yang mendukung perubahan.
Habiburokhman mengaku tidak bisa menilai apakah kemungkinan duet Prabowo-Ganjar bisa terjadi. Alasannya, dalam konteks kepantasan, dia justru mempertanyakan apakah pihaknya pantas menawarkan posisi cawapres kepada PDI-P yang notabene merupakan partai besar dan dua kali memenangi pemilu.
Mendekati detik-detik terakhir penentuan duet capres-cawapres dan pendaftaran ke KPU pada Oktober 2023, lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis elektabilitas simulasi pasangan capres-cawapres dalam Pilpres 2024.
”Ganjar juga tokoh yang sangat potensial. Apakah pantas kami menawarkan cawapres kepada beliau. Disisi lain, tentu kami satu langkah pun tidak akan mundur. Tetap sebagai capres,” tegas Habiburokhman.
Sementara itu, Ahmad Basarah lebih melihat kemungkinan duet Ganjar-Prabowo masih terbuka. Hal itu karena partainya dengan rendah hati membuka diri untuk segala kemungkinan kerja sama politik dengan blok politik yang lain.
”Prinsipnya, PDI-P siap untuk mengikuti dua pasangan calon atau tiga pasangan calon. Kita berpegang teguh pada demokrasi dan hukum. Kita selalu punya keyakinan untuk itu,” kata Ahmad Basarah.
Ahmad Basarah mengatakan, berdasarkan realitas politik yang terjadi saat ini, wacana dua poros tersebut seakan tidak mungkin terealisasi. Alasannya, karena kedua partai telah mengeluarkan keputusan hukum masing-masing yang menetapkan Ganjar sebagai bacapres PDI-P dan Prabowo sebagai bacapres Gerindra. Selain itu, sudah terbentuk blok koalisi partai politik pendukung setiap capres.
Infografik Persentase Proporsi Pendukung Loyal dan Kurang Loyal pada Anies, Ganjar, dan Prabowo
”Namun, dalam perspektif hukum kita mengenal adagium das sollen tidak sama dengan das sen. Hal-hal yang diciptakan menurut aturan hukum belum tentu praktiknya sama,” kata Basarah.
Dia menambahkan, dalam perspektif yang lebih luas, politik tidak hanya dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tetapi sebagai sebuah seni. Artinya politik memiliki banyak strategi yang bisa dimainkan. Oleh karena itulah menurut dia, segala kemungkinan itu bisa terjadi.
”Saya punya asumsi kemungkinan duet Ganjar-Prabowo itu masih terbuka tergantung bagaimana sikap lima aktor yang ada di dalamnya. Pertama, sikap Pak Joko Widodo, kemudian sikap Ibu Megawati Soekarnoputri, sikap Pak Prabowo, sikap Pak Ganjar dan sikap para ketua umum partai politik Koalisi Indonesia Maju,” jelas Basarah.
Ekspektasi itu terkait dengan sosial, ekonomi, pekerjaan, tentang masa depan anak-anak muda, kepastian kerja, dan lainnya. Oleh karena itu, yang terpenting dari proses politik, jangan hanya menghadirkan drama, gimik, hura-hura.
Terlepas dari terwujud tidaknya wacana dua poros yang berkembang saat ini, inti dari proses demokratisasi yang mewujud dalam Pemilu 2024 adalah melahirkan pemimpin yang bermanfaat bagi masyarakat. Tekait hal itu, pengamat politik Ahmad Khoirul Umam mengaku belum bisa menilai sejauh mana kemanfaatan bagi masyarakat apabila wacana memasangkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo dalam Pemilu 2024 terwujud.
Menurut Umam, para capres harus diuji terlebih dahulu terkait dengan konteks visi, misi, platform, dan program kerja yang dijanjikan. Program tersebut harus visible atau memiliki misi yang bagus bagi masa depan bangsa. Selain itu, para capres harus bisa menjelaskan bagaimana cara mencapai target yang ditetapkan.
Terlepas dari siapa pun yang akan terpilih menjadi pemimpin negeri ini, rakyat tetap menghendaki terjadinya perbaikan di berbagai bidang kehidupan, terutama di sektor sosial dan ekonomi. Dia melihat yang penting dari agenda politik ini adalah merealisasikan ekspektas politiknya.
”Ekspektasi itu terkait dengan sosial, ekonomi, pekerjaan, tentang masa depan anak-anak muda, kepastian kerja, dan lainnya. Oleh karena itu, yang terpenting dari proses politik, jangan hanya menghadirkan drama, gimik, hura-hura,” kata Umam.
Ganjar, Prabowo dan Anies Lanjutkan Safari Politik
Menurut dia, proses demokrasi harus bisa menciptakan good government dan public service yang baik sehingga memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat yang notabene merupakan rakyat kecil (kawulo alit). Dampak yang dimaksud adalah peningkatan kesejahteraan dan terbukanya pekerjaan.
”Kalau kemudian hanya narasi tentang wacana identitas, tentang ideologi, tetapi tidak memberikan kepastian apa pun pada masa depan, saya pikir (akan) membuat orang antipati terhadap proses pemilu,” kata Umam.
Budayawan Eros Djarot mengajak partai politik melakukan pendidikan politik kepada masyarakat agar Pemilu 2024 lebih baik lagi daripada sebelumnya. Menurut dia, sampai hari ini rakyat masih terus diombang-ambingkan oleh wacana-wacana politik yang dilontarkan para politisi.