Ditinggalkan PKB, Prabowo: Tak Ada Lara dalam Demokrasi
”Demokrasi itu tidak ada lara-laraan. Demokrasi adalah suatu proses diskusi, bertemu, kadang-kadang berpisah,” kata Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·2 menit baca
Prabowo Subianto menegaskan tidak ada lara dalam demokrasi meski ditinggalkan oleh PKB.
Prabowo Subianto juga mengajak semua pihak mengakhiri politik adu domba.
Kendati ditinggalkan PKB, dukungan dari parpol lain untuk Prabowo terus bertambah.
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto angkat bicara menanggapi keputusan Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB menerima tawaran Partai Nasdem untuk memasangkan Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar. Kendati ditinggalkan oleh PKB, bakal calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju itu menegaskan tidak ada lara dalam demokrasi. Sebab, dalam kerja sama politik selalu ada pihak yang datang dan juga pergi.
”Demokrasi itu tidak ada lara-laraan. Demokrasi adalah suatu proses diskusi, bertemu, kadang-kadang berpisah. Rakyat yang menilai, rakyat menilai setiap perbuatan, setiap ucapan. Semua kita serahkan ke rakyat,” ujar Prabowo seusai acara deklarasi dukungan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia di Djakarta Theater, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).
PKB memutuskan untuk meninggalkan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang telah satu tahun dibangun bersama Partai Gerindra dan menerima tawaran Partai Nasdem untuk bekerja sama menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Satu bulan menjelang tahapan pendaftaran capres-cawapres dimulai, PKB yang sebelumnya mendukung Prabowo sebagai bakal capres mengalihkan dukungan kepada Anies karena Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, diberi posisi sebagai bakal cawapres. Deklarasi kerja sama PKB dan Nasdem sekaligus pasangan Anies-Muhaimin digelar di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu sore ini.
Demokrasi itu tidak ada lara-laraan. Demokrasi adalah suatu proses diskusi, bertemu, kadang-kadang berpisah. Rakyat yang menilai, rakyat menilai setiap perbuatan, setiap ucapan. Semua kita serahkan ke rakyat.
Dalam sambutannya, Prabowo mengaku tidak khawatir dengan langkah Muhaimin menerima pinangan Nasdem. Menteri Pertahanan itu meyakini PKB akan kembali bersama pendukungnya karena sejatinya semua partai bersaudara.
”Tenang saja, insya Allah mereka akan hadir kembali. Sebab, kita menganggap semua orang saudara kita,” ujarnya di hadapan para pengurus dan kader Partai Gelora. Prabowo, bahkan, sempat meneriakkan kata, ”Hidup PKB!” di akhir pidatonya.
Akhiri politik adu domba
Pada kesempatan itu, Prabowo juga sempat menyinggung soal aroma pengkhianatan yang belakangan terjadi. Namun, ia tidak bersedia menjelaskan secara gamblang siapa pihak yang mengkhianati ataupun pihak yang dikhianati.
Prabowo hanya mengingatkan agar semua pihak melakukan instrospeksi diri. Sebab, belajar dari sejarah, Indonesia dijajah Belanda lantaran adanya pengkhianatan dan adu domba.
Tak hanya itu, ia juga menceritakan pengalamannya pernah disebut sebagai pengkhianat saat memutuskan bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo. ”Akhirnya, saya harus menjelaskan dan lama-lama mereka paham. Jadi, politik adu domba, politik pembelahan itu harus diakhiri,” kata Prabowo.
Tambah dukungan
Kendati ditinggalkan PKB, dukungan bagi Prabowo terus mengalir. Setelah Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN), giliran Partai Gelora memberikan dukungan untuk Prabowo.
Deklarasi dukungan dipimpin oleh Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah beserta jajaran pengurus dan diikuti ribuan kader Partai Gelora. Adapun sejumlah politikus yang hadir yaitu Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani, Sekjen PAN Eddy Soeparno, serta Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Cheryl Tanzil.
Anis Matta memastikan Gelora akan setia memperjuangkan Prabowo pada Pilpres 2024. ”Deklarasi ini adalah permulaannya, mudah-mudahan setelah ini insya Allah Pak Prabowo di tengah ketidakpastian format koalisi yang terjadi hari-hari ini. Pak Prabowo mendapat tambahan sekutu yang bisa dipercaya dan diandalkan,” ujarnya.
Anis Matta juga memuji Prabowo sebagai figur pemimpin yang rendah hati. Ia menilai, Prabowo mau belajar dari Presiden Joko Widodo yang merupakan rivalnya dalam Pilpres 2014 dan 2019. ”Beliau sampai pada titik kerendahan hati untuk mau belajar dari lawannya yang telah mengalahkannya. Itulah jiwa besar, itulah kerendahan hati, itulah kearifan, dan itulah pemimpin,” ujar Anis.