Temui Petinggi PKS, Anies Pastikan Partai Pendukung Sangat Solid
Setelah bertemu tiga pucuk pimpinan partai politik pendukungnya, bakal capres Anies Baswedan menegaskan bahwa koalisi sangat solid.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
Tiga hari berturut-turut bakal capres dari KPP, Anies Rasyid Baswedan, intens bertemu dengan petinggi tiga partai politik pendukungnya.
Setelah bertemu Surya Paloh dan Susilo Bambang Yudhoyono, Anies menyambangi kediaman Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri.
Pertemuan-pertemuan digelar untuk menunjukkan bahwa KPP intens berkomunikasi dan sangat solid.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah bertemu dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikelas, Bogor, Jawa Barat, bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan, menemui Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera Salim Segaf Al-Jufri, Sabtu (26/8/2023). Tak hanya mengklaim bahwa tiga partai politik pendukungnya sangat solid, Anies juga memastikan telah mengantongi nama bakal calon wakil presiden yang akan diumumkan dalam waktu yang tepat.
Anies yang mengenakan kemeja batik berwarna coklat tiba di kediaman Salim Segaf Al Jufri di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan, pada pukul 06.15. Anggota Tim 8 yang turut serta dalam kunjungan itu di antaranya adalah Sudirman Said, Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwoto, dan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya. Anggota Tim 8 lain dari PKS adalah Wakil Ketua Majelis Syura PKS Sohibul Iman dan Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf. Presiden PKS Achmad Syaikhu turut menyambut Anies bersama Tim 8.
Mereka berbincang sambil menikmati sajian kopi rempah dan roti lapis tuna. Pertemuan yang digelar tertutup itu berlangsung lebih dari satu jam hingga pukul 07.57.
Kami rasa tidak perlu banyak bicara, tetapi justru kami bekerja sangat solid dalam arti yang sesungguhnya. KPP insya Allah siap untuk menyongsong fase berikutnya menuju 2024.
Seusai pertemuan, Anies menegaskan bahwa pertemuan dengan Ketua Majelis Syura PKS menyuntikkan energi baru untuk bergerak lebih baik dan sistematis untuk menghadapi Pemilu 2024. Hingga saat ini, Tim 8 dan tiga partai politik (parpol) anggota KPP juga sangat solid karena terus berkomunikasi.
”Kami rasa tidak perlu banyak bicara, tetapi justru kami bekerja sangat solid dalam arti yang sesungguhnya. KPP insya Allah siap untuk menyongsong fase berikutnya menuju 2024,” kata Anies.
Mantan Gubernur DKI itu menjelaskan bahwa kunjungannya ke Salim Segaf merupakan pertemuan lanjutan setelah sebelumnya bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Rangkaian pertemuan itu digelar sebagai upaya untuk menyamakan langkah dan strategi untuk menghadapi Pemilu 2024.
”Arahan yang diberikan oleh Pak Surya Paloh, Pak SBY, dan Habib Salim itu sama semua. Mereka berpandangan dan kesepakatan tentang arah langkah strategi ke depan,” kata Anies.
Dalam tiga pertemuan yang digelar selama tiga hari berturut-turut itu, lanjut Anies, juga dibahas mengenai berbagai upaya untuk persatuan dan kerekatan antaranak bangsa. Dengan demikian, ikhtiar untuk melakukan perubahan untuk persatuan benar-benar membuahkan hasil. Semua elite KPP juga sepakat bahwa unsur utama untuk menghadirkan persatuan itu adalah kesetaraan dan keadilan.
”Beliau (Salim Segaf Al Jufri) juga menekankan pentingnya saling dukung, saling topang. Karena Tim 8 telah mencerminkan komunikasi yang setara, terbuka, yang akrab dan persaudaraan yang sangat kuat. Keberhasilan yang diraih adalah keberhasilan bersama dan perjuangan tidak hanya pada aspek eksekutif, tetapi juga legislatif,” kata Anies.
Satukan mesin partai
Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya juga menegaskan bahwa Tim 8 terus menjalin berkomunikasi. Selain strategi untuk memenangi pemilu presiden (Pilpres), komunikasi juga dibangun untuk menyamakan pandangan terkait sosok bakal cawapres.
Menurut dia, sudah ada satu nama bakal cawapres yang dikantongi oleh Anies. Nama itu akan diumumkan pada waktu yang tepat. Sebab, deklarasi cawapres termasuk dari bagian strategi yang sedang dimusyawarahkan bersama. ”Karena itu akan menjadi faktor yang membangkitkan semangat publik terhadap dukungan capres yang mengusung properubahan,” kata Teuku Riefky.
Ia juga menegaskan bahwa urusan bakal cawapres sudah selesai karena hal itu menjadi kewenangan Anies. Pertemuan intensif akhir-akhir ini justru digelar untuk membicarakan konsolidasi internal dan upaya menyatukan tiga mesin parpol agar lebih kuat.
Syaikhu menuturkan, PKS berpegang pada apa yang sudah diputuskan dalam Musyawarah Majelis Syura VIII di Jakarta, Februari lalu. Majelis Syura PKS telah memutuskan untuk memberikan kursi bakal capres kepada Anies, sedangkan pemilihan bakal cawapres diserahkan kepada Anies, sesuai dengan perjanjian dalam piagam koalisi.
”Tinggal nanti Pak Anies yang paham kapan mungkin waktu yang tepat untuk mengumumkan dan siapa yang akan jadi pendampingnya. Yang penting, kami sudah berikan kriteria-kriteria kepada beliau,” tutur Syaikhu.
Saat ditanya tentang hasil survei yang menunjukkan popularitas dan elektabilitas Anies turun karena belum mendeklarasikan cawapres, Syaikhu mengatakan, dalam dinamika hasil survei, wajar jika popularitas dan elektabilitas menurun. Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor dan tidak hanya soal cawapres yang belum diumumkan.
”Bagi kami, kalaupun tertinggal biasa kok, kami dulu di DKI juga seperti itu. Yang penting, nanti setelah deklarasi kami bekerja secara all out, tiga partai memenangkan pasangan ini,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Syaikhu, fokus KPP adalah bagaimana agar koalisi bisa berlayar dan menang. Sebab, mereka menangkap mayoritas aspirasi publik yang menghendaki perubahan dan keberlanjutan untuk Indonesia yang lebih baik.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs Ahmad Khoirul Umam mengatakan, pertemuan intensif Anies dengan para elite partai KPP menunjukkan adanya upaya salah satu pihak untuk mengulur waktu penetapan bakal cawapres. Salah satu pihak yang dimaksud adalah Partai Nasdem. Sebab, PKS dan Demokrat sudah menyatakan kesiapan untuk mendeklarasikan bakal cawapres dan membentuk infrastrukur pemenangan Anies.
”Surya Paloh terus memilih diam, mengulur waktu, dan tidak segera memutuskan nasib keberlanjutan pencapresan Anies sehingga koalisinya stagnan dengan elektabilitas masih terseok-seok pada enam bulan jelang Pilpres 2024,” katanya.
Survei Litbang Kompas periode 27 Juli-7 Agustus 2023 merekam, nama Anies masuk dalam tiga besar tokoh potensial capres dengan elektabilitas 12,7 persen. Angka itu mengantarkan Anies menduduki posisi ketiga setelah bakal capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Ganjar Pranowo dengan keterpilihan 24,9 persen dan ketua umum sekaligus bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas 24,6 persen.
Umam mengingatkan, stagnasi elektabilitas Anies menjadi ujian berat bagi partai-partai politik pengusung Anies, terutama PKS dan Demokrat. Selain terancam tidak mendapatkan efek ekor jas dari pencalonan Anies, PKS dan Demokrat juga mulai gusar karena merasa koalisi tidak ada kemajuan, kesetaraan, dan keseriusan untuk bergerak bersama.
”Jika koalisi perubahan benar-benar masih ingin tampil kompetitif, seharusnya Anies bisa lebih agresif dan berani memecah kebekuan di dalam koalisinya. Sebab, pascabergabungnya Golkar dan PAN ke kubu Prabowo, konfigurasi parpol pembentuk poros koalisi saat ini sudah fase final, tidak ada lagi yang perlu ditunggu. Jika Anies tetap terdiam, bisa jadi dia kehilangan momentum,” katanya.
Umam pun mengingatkan, hasil survei elektabilitas saat ini jangan disamakan dengan situasi saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Sebab, dengan kekuatan-kekuatan politik serta logistik yang relatif terbatas, Anies dan KPP seharusnya bergerak cepat, mendeklarasikan bakal capres-cawapres serta membentuk infrastruktur pemenangan. Dengan cara itu, diyakini, elektabilitas Anies akan kembali naik mendekati Pilpres 2024.