Pemilih Golkar dari Gen Z Menurun, Gen X di PKS dan PPP Meningkat
Pemilih sejumlah partai politik dari berbagai generasi masih terlihat fluktuatif. Para pemilih dari generasi Y dan Z yang keberadaannya mendominasi pada Pemilu 2024 masih menjadi incaran utama partai politik.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, IQBAL BASYARI, WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemilih sejumlah partai politik dari berbagai generasi masih fluktuatif. Pemilih dari Partai Golkar dari generasi Z menurun, sedangkan pemilih dari Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Persatuan Pembangunan kini didominasi generasi X. Pemilih dari Gen Y dan Z yang mendominasi di Pemilu 2024 masih menjadi incaran utama.
Survei Litbang Kompas periode 27 Juli-7 Agustus 2023 merekam, sejumlah partai politik (parpol) mengalami perubahan elektabilitas berdasarkan generasi. Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi tiga parpol dengan basis dukungan berdasarkan generasi mengalami pergeseran secara signifikan.
Pemilih Golkar dari generasi Z atau di bawah 26 tahun menurun, sedangkan dari generasi Y, yakni usia 26-41 tahun, meningkat. Pada survei Agustus, pemilih Golkar dari Gen Z sebesar 23 persen, menurun dari survei Mei, yakni 43 persen. Sementara pemilih dari Gen Y sebanyak 38 persen atau meningkat dari survei sebelumnya 16 persen. Adapun jumlah pemilih dari Gen X dan baby boomers di atas 42 tahun relatif sama.
Kemudian, pemilih PKS dari Gen Y menurun, sedangkan dari Gen X dan baby boomers meningkat. Pemilih PKS di survei kali ini didominasi dari Gen X dan baby boomers sebanyak 43 persen, meningkat dibandingkan survei Mei sebesar 33 persen. Sementara itu, pemilih dari Gen Y menurun, dari 48 persen pada Mei menjadi 36 persen pada Agustus. Kemudian dari Gen Z, jumlahnya relatif tidak banyak berubah.
Adapun jumlah pemilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dari Gen X dan baby boomers meningkat, sedangkan dari Gen Y menurun. Sebanyak 73 persen pemilih PPP berasal dari Gen X dan baby boomers, meningkat dari survei Mei 59 persen. Pemilih dari Gen Y sebanyak 14 persen, turun dari survei sebelumnya 32 persen. Sementara itu, pemilih dari Gen Y mengalami sedikit kenaikan, yakni 14 persen dari sebelumnya 9 persen.
Menanggapi perubahan pemilih dari Gen Z yang menurun, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar Dave Akbarshah Fikarno Laksono mengatakan, momentum pengumuman daftar calon sementara (DCS) akan dimanfaatkan Golkar untuk lebih masif bersosialisasi. Hal ini mengingat proporsi pemilih generasi Z yang cukup besar dan memiliki karakter berbeda dari pemilih lainnya.
”Pemilih dari Gen Z ini memiliki kekhasan, kebutuhannya berbeda dari pemilih generasi lainnya, seperti fokus pada kehidupan masing-masing, gaya hidup yang affordable, dan memanfaatkan digitalisasi. Itu yang seharusnya bisa dijawab oleh partai politik,” katanya.
Pemilih dari Gen Z ini memiliki kekhasan, kebutuhannya berbeda dari pemilih generasi lainnya, seperti fokus pada kehidupan masing-masing, gaya hidup yang ’affordable’, dan memanfaatkan digitalisasi.
Berdasarkan data daftar pemilih tetap Komisi Pemilihan Umum (KPU), proporsi pemilih dari dari Gen Z sebanyak 22,85 persen, kemudian dari Gen Y atau milenial sebanyak 33,60 persen. Adapun pemilih dari Gen X sebanyak 28,08 persen, baby boomers sebanyak 13,73 persen, serta pre-boomer 1,74 persen.
Menurut Dave, partai politik dipandang tidak boleh sekadar menyodorkan tokoh-tokoh, tetapi juga menjawab tantangan dan kebutuhan generasi Z. Oleh karena itu, Golkar terus mengawal isu-isu yang berkaitan dengan generasi Z, misalnya pada sektor kesehatan, pendidikan, dan pertahanan. Golkar juga akan mengintensifkan komunikasi kepada pemilih muda melalui platform-platform media sosial yang ada.
”Sebenarnya arahnya sudah ke sana. Sekarang butuh komunikasi intens untuk menyampaikan pesan bahwa Golkar yang paling mengerti keresahan-keresahan generasi Z,” ucapnya.
Menua
Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri mengatakan, kenaikan suara dari kalangan Gen X disebabkan banyak perempuan usia di atas 42 tahun terpapar iklan PKS di televisi. Iklan yang dipasang di acara dangdut sengaja dipilih karena banyak ditonton oleh pemilih usia tersebut. Hasil survei Litbang Kompas kemudian mengonfirmasi dampak dari iklan yang dipasang selama tiga bulan terakhir itu.
Menurut dia, PKS tetap mengejar suara dari kelompok pemilih Gen Y dan Z yang jumlahnya lebih dari 50 persen. Mereka akan mengoptimalkan pemilih dari kalangan Gen X untuk memengaruhi pilihan politik anaknya dalam satu keluarga. Sebab, ada kecenderungan pilihan orangtua berpengaruh pada preferensi pilihan anak-anaknya.
Meskipun jumlah pemilih dari kalangan Gen Y dan Gen Z sangat besar, mereka dinilai bukanlah pemilih yang mudah diprediksi. ”Perebutan suara dari kalangan itu sangat sengit karena semua parpol membidik ceruk pemilih terbesar,” kata Mabruri.
Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani mengakui, pendekatan partainya terhadap pemilih dari kalangan milenial dan generasi Z masih relatif baru. Pendekatan yang dilakukan kepada generasi tersebut belum terlalu fokus dibandingkan terhadap generasi X yang memang sudah lebih memahami karakter PPP.
”Harus diakui pula karena jajaran PPP tidak ingin kehilangan (pemilih generasi X), dan sebaliknya hendak memastikan bahwa pemilihnya yang sudah pernah memilih atau setidaknya mengenal PPP tidak lari ke partai lain,” kata Arsul.
Namun, tambahnya, di sisa waktu enam bulan jelang Pemilu 2024, PPP akan mulai meningkatkan intensitas aktivitas kepartaian untuk generasi Z. Bergabungnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno sebagai kader PPP diharapkan dapat mendorong percepatan penetrasi terhadap pemilih muda.
”Caleg-caleg termasuk saya juga melakukan aktivitas di dapil (daerah pemilihan) masing-masing dengan kelompok sasaran adalah generasi Z. Yang kami lakukan, misalnya, melalui kegiatan seni, olahraga, dan berbagai bentuk aktivitas luar ruang,” ujar Arsul.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Didik Mukrianto menuturkan, pihaknya menyadari betul potensi elektoral yang besar dari kalangan pemilih muda pada Pemilu 2024. Sejak jauh-jauh hari, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono pun telah memberikan perhatian terhadap potensi pemilih muda. ”Namun, para pemilih muda tidak sekadar dipandang sebagai limpahan suara. Literasi politik perlu dibangun pada kelompok pemilih pemula,” katanya.
Dalam berbagai kesempatan, menurut Didik, Demokrat telah menangkap optimisme kaum muda terhadap pembangunan politik dan demokrasi. Karena itu, partai akan terus berpihak pada isu kaum muda, di antaranya terkait lapangan kerja, pendidikan, dan layanan kesehatan.
”Jika melihat hasil survei, kecenderungan pemilih Demokrat memang terbesar ada di generasi Y madya. Dan, secara umum, pemilih Demokrat memang ada di pemilih muda,” ujar Didik.