Proporsi pemilih muda berusia 17-39 tahun pada Pemilu 2024 mendekati 60 persen. Mereka mendambakan pemimpin dengan karakter jujur dan tidak terlibat korupsi.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, KURNIA YUNITA RAHAYU, DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
Survei pemilih muda yang dilakukan CSIS menunjukkan 34,8 persen responden ingin pemimpin yang tidak korupsi di 2024.
Di kalangan pemilih muda, elektabilitas Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan masih berada di tiga teratas.
Peringkat elektabilitas Ganjar, Prabowo, dan Anies, menjadi lebih dinamis ketika dihadap-hadapkan dalam simulasi dua nama.
JAKARTA, KOMPAS — Pemilih muda, yaitu berusia 17 hingga 39 tahun, berharap sosok pemimpin pada 2024 adalah yang bersih, berintegritas, antikorupsi, serta tetap sederhana dan merakyat. Anak-anak muda berharap pemimpin jujur dan tidak korupsi akan bisa mewujudkan harapan mereka dalam pembukaan kesempatan kerja hingga peningkatan kesejahteraan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Survei Pemilih Pemuda dan Pemilu 2024: Dinamika dan Preferensi Sosial Politik Pascapandemi oleh Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Jakarta, 8-13 Agustus 2022, menunjukkan karakter pemimpin yang diidamkan anak muda pada 2024 adalah yang jujur atau tidak korupsi (34,8 persen).
Selain itu, juga sosok pemimpin merakyat dan sederhana (15,9 persen), tegas dan berwibawa (12,4 persen), berprestasi atau berkinerja baik saat memimpin (11,6 persen), dan berpengalaman memimpin (10,1 persen).
Dalam survei yang melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi dengan margin of error +/- 2,84 persen ini, juga ada pertanyaan, apabila pemilu presiden dilaksanakan hari ini, manakah di antara 14 nama tokoh yang akan dipilih sebagai Presiden RI?
Hasilnya, Ganjar Pranowo dipilih 25,9 persen responden, disusul Prabowo Subianto (19,2), Anies Baswedan (18,1), Ridwan Kamil (16,2), dan Sandiaga Uno (4,3).
Saat disimulasikan dalam tiga nama, elektabilitas Ganjar mencapai 33,3 persen, disusul Anies dengan 27,5 suara, kemudian Prabowo dengan 25,7 persen. Namun, saat disimulasikan dalam dua nama, yaitu Anies dan Ganjar, Anies menggaet 47,8 persen, sedangkan Ganjar mendapat 43,9 persen.
Saat dikontestasikan antara Prabowo dan Ganjar, Ganjar mengantongi 47,2 persen, sedangkan Prabowo 45 persen. Sementara itu, saat pilihan antara Anies dan Prabowo, Anies mendapat 48,6 persen, sedangkan Prabowo 42,8 persen.
Melihat masa depan
Peneliti pada Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes saat memaparkan hasil survei, Senin (26/7/2022), menjelaskan, survei dilakukan pada demografi pemilih muda berusia 17-39 tahun karena proporsi mereka cukup besar pada Pemilu 2024, yaitu mendekati 60 persen.
Menurut dia, munculnya karakter pemimpin bersih dan antikorupsi tak terlepas dari bagaimana mereka melihat masa depan, terutama di isu strategis kesehatan, ketenagakerjaan, dan perekonomian, yang sangat ditentukan pemimpin jujur dan bersih.
Mereka berharap pemimpin yang berintegritas bisa mewujudkan asa mereka di masa depan. Baik soal pembukaan kesempatan pekerjaan maupun peningkatan kesejahteraan.
”Selain itu, anak muda juga peduli pada isu pemberantasan korupsi. Ada situasi di mana mereka khawatir terhadap angka korupsi yang tinggi dan meningkat akhir-akhir ini. Mereka menilai korupsi di Indonesia memprihatinkan sehingga butuh pemimpin yang bersih dan jujur,” kata Arya.
Berkaca dari hasil survei itu, lanjutnya, data yang ada seharusnya dijadikan pijakan bagi parpol atau elite politik untuk mengambil kebijakan.
Masih amat cair
Partai-partai politik terus berkomunikasi untuk membentuk koalisi menuju Pemilu 2024. Sebanyak 76,9 persen responden jajak pendapat Kompas, 6-9 September 2022, memandang penentuan koalisi berbanding lurus dengan kepentingan elite.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno melihat poros koalisi yang terbentuk murni kepentingan elite dan tidak mencerminkan suasana kebatinan rakyat secara umum. Target ideal mereka akan mengusung ketua umum masing-masing agar memperoleh efek ekor jas. Sementara itu, konstituen hanya menerima apa yang sudah diputuskan elite partai tersebut.
Adi juga melihat poros koalisi yang saat ini terbentuk, yakni Partai Gerindra-Partai Kebangkitan Bangsa, serta Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB (Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan), masih amat cair.
Terlebih, jika melihat peristiwa akhir-akhir ini, di mana Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, misalnya, masih membuka ruang untuk jadi calon wakil presiden dari Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Puan Maharani (Kompas, 26/9/2022). Padahal, PKB sudah berkoalisi dengan Gerindra.
Ditemui di Kompleks Senayan, Jakarta, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan, jika Muhaimin ingin menjadi cawapres dari Puan, itu hak Muhaimin. Namun, ia mengingatkan, karena PKB sudah berkoalisi dengan Gerindra, keputusan akhir pasangan capres-cawapres harus diputuskan bersama dirinya.
”Ini, kan, perkembangan berjalan terus. Kami ikuti, kami diskusi terus sama beliau (Muhaimin),” ujar Prabowo.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menambahkan, Gerindra menghormati pernyataan Muhaimin yang ingin jadi cawapres Puan. Ia juga mendengar Muhaimin akan meminta izin terlebih dahulu kepada Prabowo jika ingin maju dengan Puan sebagai pasangan capres-cawapres.
”Itu, kan, adab yang bagus sekali dan harus kita contoh,” ucap Habiburokhman.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menegaskan poros KIB bukan bersumber dari kepentingan elite, melainkan dari aspirasi pengurus dan kader partai di daerah. Begitu pula dengan PAN. Aspirasi selalu ditampung melalui proses dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, sampai ke pusat.
Viva menegaskan, fondasi KIB sangat kuat dan kokoh. Bahkan, KIB sudah menggelar pertemuan di tingkat kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan KIB serius membangun koalisi pada Pilpres 2024. Bahkan, ada pemikiran koalisi ini dilanjutkan sampai pilkada serentak November 2024.